CD Bethesda Gelar Pelatihan Pengawas Minum Obat bagi WPA, KDS Belu dan Keluarga ODHIV

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – UPKM/CD Bethesda Yakkum Yogyakarta area Belu menggelar pelatihan Pengawas Minum Obat bagi KDS, WPA dan keluarga ODHIV yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta sebagai pengawas minum obat ARV bagi ODHIV.

Kegiatan digelar dua hari sejak Jumat 16 dan Sabtu 17 Juni diikuti sebanyak 25 orang peserta dari WPA, KDS dan keluarga ODHIV berlangsung di Hotel Nusa dua Atambua, Kabupaten Belu perbatasan RI-RDTL.

Koordinator CD Bethesda Yakkum area Belu, Yosafat Ician menyampaikan bahwa Kabupaten Belu sejak 2013 hingga Mei 2022 jumlah total kasus HIV dan AIDS ada 835. Rinciannya, HIV ada 381 kasus, AIDS 454 kasus, meninggal 316 kasus.

Dalam rentang periode tersebut, kasus tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu 104 kasus. Penurunan kasus mulai tahun 2019 sampai November 2022, yaitu tahun 2019 ada 95 kasus, tahun 2020 ada 66 kasus, 2021 ada 46 kasus dan sampai November 2022 menjadi 45 kasus berdasarkan sumber Dinas Dinas Kesehatan Belu.

Lanjut Yosafat, sesuai sumber Dinas Kesehatan Propinsi NTT meski terjadi penurunan, namun angka ODHIV yang minum ARV tahun 2021 ada 318 orang dan tahun 2022 ada 398 orang. Angka kasus ini menunjukkan ada lebih dari 50 & ODHIV yang tidak terdata masih tetap minum atau tidak minum obat ARV.

“Berdasarkan data di atas kita dapat melihat bahwa kasus baru HIV tetap terjadi setiap tahun. Kasus baru tetap ada meski dengan angka fluktuatif yang cenderung menurun. Selain itu, masih banyak ODHIV tidak minum obat ARV secara rutin,” terang dia kepada media, Minggu (18/6).

Bertambahnya jumlah ODHIV baru yang mengetahui status HIV dan ODHIV yang tidak rutin minum obat ARV tentunya membutuhkan peningkatan dukungan keluarga, baik dalam penerimaan status maupun kepatuhan ARV. Dukungan keluarga, pasangan, teman dan orang terdekat menjadi salah satu faktor pendukung penting dalam kepatuhan ARV bagi ODHIV Mereka memiliki peran yang besar dalam mendukung ODHIV untuk menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) serta rutin mengakses layanan kesehatan dan.

PMO adalah seseorang yang dipercaya untuk mengawasi dan memantau klien dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin kepatuhan klien dalam meminum obatnya sesuai dengan jadwal dan dosis yang telah ditentukan.

“Tugas dari seorang PMO yakni mengawasi klien agar minum obat secara teratur, memberi dorongan kepada agar mau berobat teratur, mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan memberi penyuluhan pada anggota keluarga klien yang mempunyai risiko untuk segera melakukan tes HIV,” kata dia.

Lanjut Yosafat, untuk menjadi seorang PMO maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu PMO adalah seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun klien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh klien. Seorang PMO juga seseorang yang tinggal dekat dengan klien, bersedia membantu dengan sukarela, dan bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan klien.

Seorang PMO harus melakukan komunikasi persuasif kepada klien untuk menjamin kepatuhan dalam berobat. Komunikasi interpersonal dapat dilakukan melalui pembenan penjelasan mengenai cara minum obat yang baik dan benar, efek samping obat, informasi tentang HIV dan AIDS, menanyakan kendala dan mendengarkan keluhan selama menjalani pengo batan, memberikan empati dan pujian untuk meningkatkan semangat dalam berobat serta tidak menunjukkan ekspresi yang tidak menyenangkan saat berkomunikasi dengan pasien.

“Saat ini CD Bethesda Yakkum sedang melaksanakan program pengendalian terpadu HIV dan AIDS di Kabupaten Belu dan Kota Yogyakarta dengan salah satu komponen yang dilaksanakan adalah Pengendalian HIV secara Bio-medical.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di dalam komponen tersebut adalah berikan pelatihan Pengawas Minum Obat bagi WPA, KDS Belu dan keluarga ODHIV,” ujar dia.

Dikatakan, tujuan pelatihan memberikan pengetahuan kepada peserta tentang jenis ARV, efeksamping, kepatuhan ARV, peran penting kader dan keluarga sebagai PMO serta komunikasi persuatif. Selain itu memberikan ketrampilan melalui praktek menerapkan komunikasi yang efektif untuk memantau kepatuhan pengobatan.

“Ouputnya ada peningkatan pengetahuan kepada peserta tentang jenis ARV, efeksamping, kepatuhan ARV, peran penting kader dan keluarga sebagai PMO serta komunikasi persuatif. Ada peningkatan ketrampilan melalui praktek menerapkan komunikasi yang efektif untuk memantau kepatuhan pengobatan dan ada rumusan rencana tindak lanjut,” pungkas Yosafat .