Program Decide Plan dan Yabiku NTT Bahas Hak Pendidikan Seks Remaja

Bagikan Artikel ini

Laporan Judith Lorenzo Taolin
Kefamenanu, NTTOnlinenow.com – Masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak menuntut pemerintah dan mitra untuk bekerja keras, cerdas dan tuntas terutama dalam pelayanan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban tindak kekerasan. Dengan adanya kolaborasi stakeholder dalam bidang kesehatan khususnya isu – isu yang berkaitan dengan perilaku beresiko di kalangan remaja (bullying, penggunaan internet yang tidak sehat, seks bebas atau seks beresiko, napsa (narkoba, alkohol), rokok, pacaran tidak sehat) maka dapat mengurangi angka perilaku beresiko di kalangan remaja/pelajar.

Antonius Efi, Direktur Yayasan Amnaut Bife “Kuan” (Yabiku) NTT memandang pentingnya informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas terhadap kaum remaja/pelajar. Menurutnya, informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja/pelajar perlu dilakukan karena jika tidak maka akan memberi dampak buruk bagi remaja/pelajar secara fisik ataupun psikis. “Informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas terhadap kaum remaja/pelajar yang apabila tidak dilakukan maka memiliki dampak yang buruk terhadap kaum remaja/pelajar baik secara fisik maupun psikis. Dan pada pemerintah dapat menghambat pembangunan ekonomi dan mengikis modal manusia dan sosial suatu negara serta dapat membahayakan kelangsungan hidup, kesehatan dan pendidikan”, ungkap Antonius Efi.

Selain itu, Efi juga menilai perlu adanya kolaborasi stakeholder dalam bidang kesehatan untuk mengadakan sosialisasi dan pelayanan kesehatan peduli remaja. “Perlu adanya kolaborasi stakeholder seperti ini. Bersama Plan Indonesia, Yabiku NTT menggelar Workshop pengenalan Program Decide kepada stakeholder kabupaten TTU untuk membangun pemahaman bersama stakeholder di tingkat kabupaten TTU mengenai mekanisme pengelolaan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja/pelajar, guna membangun koordinasi dan komunukasi yang baik dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman dengan melihat segala kendala dan tantangan yang dihadapi pemerintah, masyarakat dan Yabiku NTT dalam menghadapi berbagai masalah khususnya kesehatan reproduksi terhadap kaum muda/pelajar di kabupaten TTU”, lanjut Efi.

Plan Indonesia Selamatkan Investasi Orang Tua

Gloria Andarinyo Fai, Decide Project Coordinator Plan Indoneisa dalam kesempatan mempresentasikan Program Decide mengenai isu kesehatan reproduksi, perkawinan anak, perkawinan dini dan perilaku beresiko lainnya mengatakan target dari program ini dimulai dengan menyasar di 5 Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMPTP). “Khusus di kabupaten TTU, kita memulai dengan menyasar 5 Sekolah Menengah Pertama dan juga kita mulai dengan tahapan untuk pengkapasitasian. Ada kelompok masyarakat yang namanya kelompok perlindungan anak desa di 31 desa, yang kebetulan 31 desa tersebut merupakan desa – desa dampingan Program dari Plan”, jelas Andarinyo.

Lanjutnya, “Lewat pendampingan ke sekolah – sekolah kemudian terbangun satu sistim, yaitu sistim pencegahan dan sistim penanganan. Ketika ada kasus anak – anak menjadi korban dari perilaku beresiko ataupun membutuhkan informasi terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi maka forum dalam sekolah dua sistim itu yang merespon”.

Program Decide yang diimplementasikan oleh PLAN Internasional Indonesia yang sekarang, menurut Gloria Andarinyo memang sudah dalam masa transisi untuk menjadi Yayasan Plan Indonesia. Decide itu sendiri mengusung 4 isu besar dengan target utamanya remaja usia 10-24 tahun. Isu yang pertama adalah remaja usia itu diharapkan mampu mengelolah kesehatan reproduksi mereka. Isue kedua, mereka juga bisa mencegah diri untuk tidak menjadi korban dari pernikahan usia anak atau usia dini. Ketiga, mereka juga diharapkan mampu mengelola kesehatan menstruasi dengan lebih baik dan isue ke empat disadari jaman sekarang banyak sekali perilaku beresiko yang ada di kalangan remaja. Decide program ini, isue keempat yang ingin disasar oleh decide program adalah terkait dengan bagaimana mencegah remaja – remaja untuk tidak menjadi korban dari perilaku beresiko contoh Bullying, pacaran yang tidak sehat, seks beresiko, internet yang tidak bijaksana sampai kepada penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang lainnya. Konten utamanya Paln Indonesia ingin menyelamatkan investasi orang tua.

“Jika bicara soal rantai kemiskinan, sering kali indikator didalamnya adalah tingginya angka perkawinan dini. Remaja – remaja yang menikah di usia dini akan menjadi beban baru buat rumah tangga orang tua. Selain itu dari sisi ekonomi belum siap dan ada juga remaja perempuan yang secara skill belum tahu cara mengelola RT, cara mengasuh anak sehingga banyak persoalan yang timbul dari anak – anak yang menjadi korban dari perkawinan usia dini. Kita berharap dengan kehadiran program ini, remaja – remaja memahami dengan jelas apa hak – hak mereka khususnya hak terkait kesehatan seksual dan reproduksi”, ungkap Andarinyo menutup wawancara media ini.

Usai presentasi Program Decide, dilanjutkan dengan sharing penyamaan Program / sharing informasi Program per OPD, diskusi kendala dan tantangan kesehatan reproduksi dan dukungan dari OPD untuk implementasi Decide Program di Kecamatan dan Desa.

Pelaksanaan kegiatan Workshop pada Kamis (15/02) di aula Hotel Victory Kefamenanu bersama stakeholder kabupaten terkait Mekanisme Pengelolaan Informasi Kesehatan reproduksi dan Skesualitas di kalangan remaja / pelajar ini menghadirkan 15 peserta yang berasal dari Dinas P3A kabupaten TTU, Dinas Badan Perencanaan Keluarga Berencana Nasional (BPKBN) kabupaten TTU, P2TP2A, Dinas Kesehatan, Dinas PPO dan Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo)di kabupaten TTU serta Lembaga Pengada Layanan di kabupaten TTU.