Daya Beli Petani NTT Menurun
Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur (BPS NTT) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di daerah itu mengalami penurunan dari 101,19 persen menjadi 101,02 persen atau sekitar 0,17 persen.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maritje Pattiwaellapia saat Konferensi Pers di Kupang, Rabu (1/3/2017).
Menurut Maritje, NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, jadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan daya beli petani di pedesaan. Bila NTP tinggi maka daya beli petani juga meninggi, sebaiknya bila NTP turun daya beli petani pun turun.
“Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin tinggi pula tingkat kemampuan daya beli petani, begitu pula sebaliknya. Penurunan NTP NTT disebabkan turunnya subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan,” jelasnya.
Baca : Kelompok Sandang Picu Inflasi Februari 0,15 Persen di NTT
Dia mengatakan, pada bulan Februari 2017, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 101,02 persen dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 106,10 untuk subsektor tanaman pangan. Sedangkan untuk subsektor hortikultura sebesar 99,83 dan subsektor tanaman perkebunan rakyat 91,86.
“Untuk subsektor peternakan 107,73 dan untuk subsektor perikanan sebesar 104,76. Jika NTP Februari 2017 dibandingkan dengan NTP Januari 2017, terjadi penurunan sebesar 0,17 persen,” katanya.
Maritje mengungkapkan, penurunan tersebut disebabkan karena terjadi peningkatan lebih kecil pada indeks harga hasil produksi pertanian dan terjadi peningkatan lebih besar pada indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
“Bila ditinjau per subsektor dengan membandingkan NTP Februari dengan NTP Januari maka subsektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 0,23 persen dan subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 1,34 persen,” ujar Maritje.