Cis Timor Adakan Pelatihan Teknis Bagi PPL di Belu Perbatasan RI-RDTL
Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – LSM Circle of Imagine Society (CIS) Timor bersama Catholic Relief Services (CRS) Indonesia menggelar pelatihan teknis bagi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Belu.
Kegiatan diikuti 40 orang petugas PPL dari Desa target Program Cis Timor dan CRS Indonesia yakni Desa Tasain, Rinbesihat, Dafala, Umaklaran, Bauho serta sisa desa lain yang diatur Dinas teknis bertempat di Hotel Matahari Atambua perbatasan RI-RDTL.
Menurut Project Manager CIS Timor Wendelinus Inta, kegiatan pelatihan teknis bagi PPL tentang alat pertanian cerdas iklim dan pertanian konservasi, produksi pangan lokal, pemilihan benih, dan pengendalian hama terpadu.
“Kegiatan selama dua hari sejak Senin 21 November 2022 kemarin dan hari ini penutupan. Metode pelatihan hari pertama di kelas metode teori, diskusi kelompok dan hari ini metode praktek lapangan dengan project INCIDENT di lahan demplot CIS Desa Dafala,” terang dia, Selasa (22/11).
Jelas Wendi, tujuan kegiatan agar PPL dan pendamping mampu memahami alat pertanian cerdas iklim dan pertanian konservasi, produksi pangan lokal, pemilihan benih, dan pengendalian hama terpadu termasuk PCH.
“Agar penyuluh pertanian dan pendamping mampu mempraktekkan dan menyebarkan sistem pertanian cerdas Iklim, inovasi pengelolaan air, optimasi lahan, perbaikan kesuburan tanah, penggunaan pupuk organic berimbang dan pemilihan jenis bibit unggul,” terang dia.
Lanjut Inta, pelatihan bagi para penyuluh dan pendamping lapangan tentang pertanian konservasi dan pertanian cerdas iklim ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut, para penyuluh dan pendamping pertanian mampu memahami inovasi-inovasi optimasi perbaikan kesuburan tanah lahan kering dan konservasi.
Memahami alat pengukuran curah hujan dan pengukuran PH tanah pertanian konservasi. Memahami dan mampu melakukan praktik-praktik kultural terkait pola tanam dan sistem bedengan. Memahami dan mampu menerapkan manajemen hama dan penyakit tanaman, mulai dari pencegahan sampai melakukan kontrol di lapangan.

Memahami dan mampu menerapkan sistem kesuburan dan konservasi tanah melalui sistem minim olah tanah dan sistem mulsa. Memahami dan mampu menerapkan manajemen sumber daya alam dan ekosistem dengan praktek teras, sistem penanaman agroforestry untuk konservasi air dan kegunaan lainnya.
Kemudian, memahami tentang adaptasi iklim dan manajemen risiko iklim dengan penggunaan informasi terkait iklim, diversifikasi tanaman konsumsi (pangan lokal) dan restorasi / lanskap berkelanjutan dan memahami dan mampu melakukan praktik-praktik penanganan dan penyimpanan pasca panen dengan metode pemilihan dan penyimpanan benih yang baik.
Masih menurut Inta, perubahan iklim global berdampak pada setiap aspek kehidupan manusia. Persoalan utama yang dialami yakni, pemahaman petani terkait dengan perubahan iklim dampaknya masih sangat rendah sehinga banyak petani yang memutuskan untuk melakukan praktek bertani secara traditional dengan mengandalkan pengetahuan iklim traditional melalui petunjuk bintang, bulan, pohon, burung dan lain-lain.
Para petani juga lanjut dia, belum dapat mengakses dan memahami informasi BMKG, yang dapat membantu petani menentukan waktu tanam. Selain itu yan dilakukan adalah pasrah dan cenderung menerima saja kondisi yang terjadi. Karena itu sangat dibutuhkan sistem pertanian cerdas Iklim dengan mengakses informasi cuaca dan iklim.
“Perugas PPL sebagai ujung tombak pendampingan bagi petani baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap petani menjadi lebih baik dalam mengelola usaha tani guna meningkatkan produksi. Oleh karena itu penguatan kapasitas bagi PPL sangat penting dilakukan, agar kedepan konsep ini dapat disebarkan kepada seluruh petani di Kabupaten Belu,” pungkas Inta.