Kadis Pendidikan Ungkap Penyebab Buruknya Mutu Pendidikan di Sumba Timur

Bagikan Artikel ini

Laporan Nyongki Mauleti
Waingapu, NTTOnlinenow.com – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, Yusuf Waluwanja, mengatakan, rendahnya mutu pendidikan di Kabupaten Sumba Timur disebabkan banyak faktor krusial, seperti, minimnya sarana pendukung, kualifikasi guru yang belum memenuhi standar (S1), serta beberapa permasalahan lainnya yang membutuhkan penanganan serius dari semua pihak yang terkait didalamnya.

Saat ini kami telah membentuk Forum Peduli Pendidikan yang diketua oleh wakil Bupati, Sekda, Kadis Pendidikan dan Kepala Bappeda. Forum ini telah bekerja untuk mendeteksi persoalan pendidikan di Sumba Timur, dan telah dibuat rekomendasi untuk diangkat sampai ke Pihak Kementerian Pendidikan,” kata Yusuf Waluwanja saat membuka kegiatan Media Engagement Program INOVASI di hotel Padadita, Senin, (20/2/2018).

Yusuf mengatakan, Rekomendasi yang disampaikan pemerintah Sumba Timur ke pihak Kementerian mendapat sambutan dari menteri pendidikan sehingga ditunjuklah lembaga INOVASI bekerjasama dengan Pemprov NTT dan empat Kabupaten di daratan Sumba untuk melakukan penelitian terhadap berbagai persoalan pendidikan yang ada di Sumba. Untuk itu kita berharap INOVASI bisa bekerja maksimal untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sumba Timur dan Pulau Sumba secara keseluruhan.

Yusuf Waluwanja menjelaskan, yang menjadi momok dalam peningkatan mutu pendidikan di Sumba Timur tidak sebatas pada kompetensi guru semata. Kendala lain adalah rombongan belajar yang tidak sesuai, sarana penunjang kegiatan belajar mengajar yang tidak memadai dan persoalan lainnya.

“Dari penelitian yang dilakukan oleh INOVASI yang dipusatkan di Kecamatan Hahar, ternyata banyak hal yang menjadi indikator kenapa pendidikan kita tidak berjalan dengan baik misalnya jarak tempuh anak yang jauh, anak yang tidak sarapan ketika pergi sekolah, anak-anak yang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan persoalan lain. Persoalan-persoalan tersebut menjadi lingkaran setan di dunia pendidikan,”papar Yusuf Waluwanja.

Menurut Yusuf Waluwanja, problem pendidikan di Sumba Timur tidak hanya terjadi di pedalaman tapi juga di wilayah kota. Jika di pedalaman, jarak dan kemampuan guru dan siswa menjadi persoalan maka sebaliknya di Kota, persoalan teknologi sudah mulai meresahkan terutama bagi anak-anak sekolah.

“Kalau di pedesaan mungkin kekurangan sarana dan ruang belajar tapi di Kota terjadi penumpukan siswa dalam rombongan belajar (Rombel). Jika di pedesaan jarak dan sarapan pagi menjadi persoalan bagi siswa maka di Kota adalah persoalan kemajuan teknologi. Teknologi ini baik jika dimanfaatkan untuk hal baik tapi juga akan merusak bila disalahgunakan untuk hal yang negatif. Anak-anak SD di kota sudah pegang Android dan mengakses internet dengan bebas. Jika tidak di pantau maka bisa menimbulkan hal negatif,” paparnya.

Dia juga mengungkapkan, luas wilayah di Sumba Timur juga menjadi kendala dalam melakukan pengawasan yang melekat terkait kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Tak jarang sebagai kepala Dinas kata Yusuf, dia harus berjalan kaki karena daerah yang dituju tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Dia juga terkadang harus menginap di pedesaan karena kondisi wilayah yang cukup sulit.

“Kita di Sumba Timur ada 265 SD. Jumlah ini tidak termasuk SD kecil dan SD paralel. SD kecil atau Paralel ini adalah sekolah yang kita buat untuk memperpendek jarak tempuh siswa. Jumlah sekolah SMP ada 77 buah. Harapan kita, kemajuan itu terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berbagai pembenahan yang kita lakukan,”harapnya.

Dia juga mengatakan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan. “Jadi urusan pendidikan itu bukan hanya urusan guru dan pemerintah semata tapi juga peran aktif orang tua dalam mendukung anak untuk belajar yang giat dan rajin sekolah. Bagimana orangtua menyiapkan makan pagi buat anak dan mengontrol mereka untuk belajar,”pungkasnya.