316 KK di Manggarai Timur Nikmati Listrik Tenaga Air

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Sebanyak 316 kepala keluarga (KK) di Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur menikmati listrik yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Wae Laban melalui proyek adaptasi perubahan iklim Strategic Planning and Action to Strengthen Climate Resilience of Rural Communities (SPARC).

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan dan jumlah debit air.

Pengelola Proyek SPARC, Fransiska Sugi dalam keterangan persnya yang diterima media ini, Kamis (27/4) mengatakan, PLTHM di Desa Wae Laban, Kecamatan Elar itu telah diresmikan pada Rabu, 26 April 2017.

Fransiska menjelaskan, pembangunan jaringan PLTMH yang telah diresmikan itu merupakan kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, Bank NTT, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Melalui proyek adaptasi perubahan iklim SPARC, UNDP memfasilitasi penyaluran program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank NTT demi memperluas penyediaan akses listrik.

“Pembangunan PLTMH ini telah dimulai secara swadaya oleh masyarakat dan menjangkau sekitar 60 KK. Dengan pembangunan jaringan lewat kemitraan ini, jangkauan listrik ditingkatkan hingga 316 KK, juga gereja, musholla, sekolah, puskesmas, kantor kelurahan dan kecamatan,” kata Fransiska.

Baca : Operasikan Sistem Timor, PLN Tekan BPP Hingga Rp3,4 Miliar Perbulan

Menurutnya, kondisi NTT yang tidak memiliki sumber potensi energi fosil juga menjadi salah satu pacuan penggunaan energi yang terbarukan. Selain memanfaatkan energi yang sudah ada, penggunaan PLTMH juga lebih murah jika dibandingkan dengan generator listrik atau lampu pelita yang membutuhkan minyak.

Lebih lanjut Fransiska mengatakan, pembangunan PLTMH ini juga diharapkan menjadi solusi rasio eletrifikasi NTT yang baru mencapai 58 persen, jauh dibawah rata-rata nasional pada tahun 2015 yang sudah mencapai 81 persen. Pengadaan listrik diharapkan dapat memenuhi peningkatan kebutuhan yang penting untuk produktivitas ekonomi, jam belajar untuk anak-anak dan konektivitas masyarakat.

“PLTMH memberikan peluang masyarakat untuk melakukan saving dari kebutuhan rumah tangga dibanding penggunaan generator,” papar Fransiska.

Dia berpendapat, hasil saving tersebut dapat dimanfaatkan untuk diversifikasi mata pencaharian rumah tangga dan pemenuhan kebutuhan lainnya seperti pendidikan anak. Dengan membaiknya ekonomi rumah tangga dan berkembanganya pengetahuan, tentu akan menguatkan ketahanan iklim masyarakat.

Fransiska menambahkan, berdasarkan peta kerentanan dan resiko iklim SPARC, provinsi NTT dalam 40 tahun ke depan sangat rentan terhadap kondisi cuaca ekstrim seperti kekeringan yang berkepanjangan. Dengan begitu, pembangunan yang memadai diharapkan dapat meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim.