Keluarga Pasien Kecewa Pelayanan RS Atambua, Ini Penjelasan Plt. Direktur

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Keluarga pasien mengaku kecewa dengan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mgr. Gabriel Manek, Svd Atambua terkait dengan pelayanan kesehatan.

Pasalnya, sejak pukul 15.30 Wita sampai 16.40 Wita pada Senin tanggal 6 Februari 2023 kemarin, pasien atas nama Bruno Mali (71) didampingi keluarga yang berada di UGD RS Atambua membutuhkan penanganan medis tidak dilayani petugas.

Lantaran tidak mendapat penanganan medis dari petugas, pihak keluarga pun terpaksa membawa pasien BPJS itu ke Rumah Sakit Sito Husada untuk mendapat penanganan medis.

Salah seorang keluarga pasien Junaidi Charles Mau kepada media mengaku sangat kecewa dengan pelayanan Rumah Sakit Atambua. Pihak keluarga membutuhkan tindakan medis, bukan seperti ini terkesan menolak pasien.

Dijelaskan, pihak keluarga menginginkan pasien dipasang keteter dulu saat berada di UGD, lantaran pasien sudah menahan kencing berjam-jam. Keluarga telah sampaikan ke petugas, tapi tidak ada tindakan medis dan itu membuat keluarga sangat kecewa.

“Makanya kita keluarga kecewa sekali dan terakhir kita bawa ke Sito pasang untuk pasang keteter,” ungkap dia.

Terpisah Plt. Direktur RS Atambua, drg. Ansila Eka Muti yang dikonfirmasi media, Selasa (7/2) membenarkan bahwa, sebelumnya pasien telah ditangani di poli oleh dokter Oscar dan meminta untuk dilayani duluan tapi nomor urut 95 dan pasiennya lagi banyak.

Lanjut dia, dokter sampaikan ke keluarga pasien nanti akan dirujuk untuk dilakukan laser karena usianya sudah lanjut, sehingga dokter mau melakukan rujukan.

“Pasiennya mungkin karena tidak bisa kencing datang ke UGD dan saat itu pasien lagi rame, dan sampaikan untuk bersabar karena bersamaan ada pergantian shift,” terang Ansila.

Jadi, lanjut dia pasien lagi ramai di ruangan triase UGD. Ruangan triase itu adalah ruangan dimana orang melakukan seleksi mana pasien yang gawat dan mana tidak gawat, dan disitu tempat tidur juga penuh.

“Kita bilang sabar, dan kitakan lihat kondisi pasien kan masih bisa jalan dan dilayani baik di poli. Karena datang di UGD belum ditangani kemudian pasiennya marah-marah sampai memaki perawat, tapi perawat diam saja,” terang Ansila.

Lebih lanjut ditegaskan, pihaknya bukan menolak pasien yang bersangkutan saat berada di UDG. Pasien meminta untuk ditangani, sementara di UGD ada pasien darurat yang butuh mendapat tindakan medis.

“Kalau menurut saya pasien diminta bersabar kalau datangi UGD, kita mendahulukan pasien yang gawat. Jadi, pasien sebelumnya sudah dilayani dokter spesialis penyakit dalam di poli dan kita sudah lakukan dengan benar” tandas Ansila.