Lembata Bukan Tempat untuk Memperkaya Diri

Bagikan Artikel ini

Kunjungan H. Sulaeman L. Hamzah di SKO SMARD
Lembata, NTTOnlinenow.com – “Bila orang sudah punya tekad dan mau melaksanakan dengan tulus, maka apapun tantangan, atau di manapun dia berada, ia akan terus konsisten berjuang untuk mewujudkan impiannya”, demikian kata-kata dari H. Sulaeman L. Hamzah di SK0 SMARD. Dalam kunjungan sekitar 1 jam di Sekolah Keberbakatan Olahraga Swasta satu-satunya di Indonesia, Pak Sulaeman seperti yang selalu ia katakana dan lakukan, terus berjuang untuk sebuah tujuan. Karena itu meski NTT bukan daerah pemilihannya, tetapi ia tahu bahwa di kampung halamannya, ia tidak akan lupa. Lebih lagi karena berbakti dengan tulus sudah menjadi filosofi yang diyakini dan dilaksanakannya.

Kunjungan ini sebenarnya dirancang untuk dilakukan pada hari Selasa 10 Mei 2022. Namun mengingat tidak ada penerbangan ke Kupang pada hari Rabu 11 Mei, maka terpaksa dimajukan sehari sebelumnya. Yayasan Cabang Koker Lembata yang dinahkodai oleh Markus Labi Waleng rencananya bersama team: Marosis Ali dan Wilem Warat Watun akan berkunjung ke Lewotolok, kampung halaman pak Haji. Namun justru sebaliknya, suami dari Siti Rukiah justru memilih mengunjungi sekolah yang beralamat di Jl., Koker no 1, Barat Pasar Lamahora Lembata.

Dukung dengan cara masing-masing

Dalam kunjungan yang kurang dari satu jam, bukan seorang Sulaeman L. Hamzah kalau hanya melihat dari jauh. Ia ingin melihat secara nyata keadaan di lapangan untuk bisa menentukan tindakan. Karena itu, pria lulusan SD Don Bosko Ile Ape (1968) dan SMP Ampera (1970) ini melihat dari dekat rencana bangunan 3 lantai yang ingin didirikan oleh Yayasan Koker Niko Beeker. Bangunan itu kini sudah ada fondasi dengan besi ulir 19 yang dipersiapkan agar secara perlahan menjadi bangunan tumbuh.

Kepada anggota DPR RI dari Nasdem, dapil Papua yang kin menjabat periode kedua, Markus Waleng menceritakan bahwa fondasi yang kokoh ini dibangun atas bantuan dari CSR PT Telkom Indonesia. Melalui Komisaris Utama waktu itu, Dr Reinald Kasali, Yayasan Koker mendapatkan bantuand an segera meletakan fondasi. Selanjutnya menurut Marksu yang juga Kadis Pemuda dan Olahraga Lembata, Yayasan bekerja baik secara internal maupun mengetuk hati para donatur untuk terlibat dalam mimpi yang besar ini.

Labi Waleng selanjutnya mengisahkan bahwa bangunan sementara 4 ruangan yang ditempati kini, merupakan karya mandiri dari pengurus Koker. Ini dapat tercapai karena Yayasan selalu berpijak pada 5 K sebagai nilai dasar Koker yaitu: Kejujuran, Komitmen, Kepedulian, Kontribusi, dan Kolaborasi.

Pada bagian lain, Wilem Warat yang merupakan bendahara cabang menuturkan tentang biaya operasional sekolah di SMARD. Dengan murid yang masih terbatas sesuai tuntutan sekolah keberbakatan, setiap bulan dibutuhkan sekitar Rp 20 juta untuk operasional. Menurut Wilem, selama ini, sumber satu-satunya adalah dari SPP siswa yang juga selalu kurang. Beruntung Yayasan selalu bahu-membahu untuk mendukung operasional pendidikan.

Hal senada diungkapkan oleh Marosis Ali, Ketua Pelaksana Yayasan Cabang Lembata. Rosis, demikian disapa, sudah berkoordinasi agar penerimaan Haji Sulaeman dapat lebih meriah. Tetapi perubahan itu tidak membuatnya kecewa. Ia malah bersyukur karena orang seperti H. Sulaeman bisa menyempatkan diri mengunjungi sebuah sekolah yang masih sederhana tetapi punya mimpi yang besar.

Tentang kesan terhadap pribadi Haji Sulaeman, Ali mengatakan beliau tampak seperti pastor malah uskup. Ia berbicara begitu anggun menggambarkan ketulusannya yang bisa terpancar dari kata-kata.

Sebagai tanggapan, pria yang sekaligus menjadi Ketua Flobamora Papua dari 2013 sampai sekarang mengatakan bahwa ia sudah mendapat cerita tentang SMARD dan rencana pendirian Perguruan Tinggi dari pengurus Yayasan Koker pusat. Ia pun berharap agar SMARD semakin mendapatkan dukungan dari masyarakat agar dapat mengirimkan anaknya ke SMARD. Karena itu Haji Sulaeman berharap agar kualitas dan kuantitas siswa di SMARD semakin ditingkatkan.

Bukan Cari Hidup

Meski dalam waktu kunjungan yang sangat singkat, Ketua Bidang Pertanian, Peternakan dan Kemandirian Desa DPP Partai NasDem (2019–2024) mengingatkan para guru tentang sejarah perjuangan otonomi Lembata. Pada proses itu, meski sebagai anggota MPR mewakili Papua, ia merasa terpanggil untuk ambil bagian dalam proses yang akhirnya melahirkan otonomi Lembata.

Sejak saat itu ia terus mengikuti perkembangan yang terjadi di Lembata hingga kini. Sambil mengakui adanya kemajuan tetapi dengan jujur ia akui bahwa pemimpin di Lembata yang meninggalkan kesan positif hanya satu orang yaitu Piter Boli Keraf yang menjadi Penjabat Bupati pertama. Sesudah itu, kepemimpinan yang ada baik masa Ande Duli Manuk maupun Eliaser Yentji Sunur lebih meninggalkan kekecewaan daripada kegembiraan.

Terhadap hal itu ia mengajak agar orang Lembata harus beralih dari menjadikan Lembata sebagai ‘obyek’ untuk memperkaya diri tetapi menjadi tempat untuk mengabdi: “Kalau kemudian ada anak-anak saya yang mau kembali ke Lembata maka saya akan katakan bahwa Lembata bukan tempat untuk mencari makan. Lembata adalah tempat untuk mengabdi secara total”, demikian tegasnya.

Sebagai bentuk memelihara ingatan akan komitmen 7 Maret maupun upaya otonomi yang diperjuangkan, maka H. Sulaeman L. Hamzah memprakarsai terbitnya buku: ‘Lembata; Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya’ ini sudah dicetak oleh Penerbit Ikan Paus Lamalera sebanyak seribu eksemplar. Buku yang ditulis oleh Thomas T. Ataladjar tersebut selanjutnya akan dibagikan ke setiap sekolah di Lembata untuk dijadikan sumber. Diharapkan para Dinas Pendidikan dapat menjadikan buku ini sebagai salah satu sumber muatan lokal. Buku tersebut rencananya akan diluncurkan di Lembata pada bulan Oktober dan diharapkan akan hadir menteri dan gubernur NTT.

Karena terdesak senja yang makin mendekat. Pak Haji pun pamit. Ia pun segera berangkat mempersiapakn penerbangan sehari sesudahnya ke Jakarta sambil memohon doa untuk peluncuran buku pada bulan Oktober juga untuk perjalanan dinasnya ke Argentina pada belasan Mei ini. (Team Humas Koker).