Di OEsapa Barat, PIAR NTT gelar Sosialisasi Program Dampak Covid 19 melalui Revitalisasi Desa Wisata Inklusi

Bagikan Artikel ini

Kupang, NTTOnlinenow.com – Pengembangan Inisiatif Advokasi Rakyat (PIAR) NTT menggelar Sosialisasi Program Penanggulangan Dampak Covid 19 melalui Revitalisasi Desa Wisata Inklusi, di Kantor Kelurahan LLBK, Selasa (12/4).

Pada kesempatan tersebut diawali dengan perkenalan PIAR oleh Gadrida yang mewakili Direktur PIAR yang tidak hadir karena sementara bertugas ke luar daerah. PIAR adalah sebuah LSM yang didirikan tahun 1996, bekerja dengan issue HAM dan Anti Korupsi.

Selanjutnya ia menjelaskan dalam Program kerjasama Pemerintah Australia dan Indonesia ini PIAR NTT berada di dua kabupaten/kota yakni Kabupaten RoNda dan Kota Kupang. Khusus di Kota Kupang lanjutnya ada di empat kelurahan. Penetapan desa wisata inklusi harus memenuhi tiga syarat pertama desa/kelurahan ada destinasi wisata, kedua aksesibilitas dan ketiga ada produk unggulan UMKM.

Sementara pendamping lapangan PIAR NTT, Zevan Aome menjelaskan Covid 19 berdampak pada kesehatan menyebabkan sakit bahkan kematian, dampak sosial tidak adanya kepedulian diantara sesama masyarakat, dampak ekonomi pendapatan menurun, pemutusan hubungan kerja dan pengangguran, meningkatnya kemiskinan, penurunan daya beli.

Sementara itu, mimpi atau outcome dari program ini yakni pertama, masyarakat 15 desa berdaya untuk berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam peningkatan penanganan Covid 19 dalam membangkitkan ketahanan sektor pariwisata melalui crowdscourcing dan aplikasi monitoring Covid 19 berbasis komunitas. Kedua, meningkatnya ekonomi kelompok dalam masyarakat pelaku usaha di wilayah pendampingan.

Selanjutnya Zevan memaparkan untuk mencapai mimpi tersebut maka strategi yang harus dilakukan atau outputnya pertama, terbentuknya forum di komunitas sehingga dapat berkontribusi dan berpartisipasi. Aktif dalam penanganan. Covid 19 untuk mengimplementasikan beberapa ide dari crowdsourcing. Kedua, terpromosikan perilaku sehat mengurangi penyebaran Covid 19, ketiga, tersedianya data Base produk unggulan UMKM di desa dampingan, terlaksananya serangkaian pelatihan terkait motivasi, keuangan, penasaran termasuk penasaran on line. Keempat, adanya dokumen strategi berkelanjutan program UMKM.

Dia menambahkan untuk mendapatkan output maka ada beberapa kegiatan/activity yakni workshop pertemuan para pihak, audiens dan MoU dengan pemda, sosialisasi dan launching program tingkat kabupaten/kota dan desa/kelurahan, pertemuan untuk pembentukan forum KPW Sikat (Kelompok Pemantau Wisata berbasis Masyarakat.
Selain itu, tambahan. Zevan yakni kegiatan memahami isu isu untuk crwodsourcing, pelatihan penyusunan draft perdes dan monitoring, diskusi pemetaan wilayah sasaran (penyusunan tool), diskusi rutin dengan warga.

Dalam sesi dialog yang dipandu Gadrida beberapa peserta bertanya. Mama Serafina Kolo (57), warga RT 04, RW 02 menyatakan sangat tertarik dengan program ini karena ada kegiatan menyangkut Managemen keuangan.
Ditambahkannya pengetahuan dan ketrampilan ini yang ingin diketahuinya karena pengalaman selama ini ada uang tetapi cepat habis karena tidak mengetahui Managemen pengelolaannya.

Respon lainnya dari Bapak Yakob Benggu, (52) warga RT 08, RW 03 dari Paradiso. Diungkapkannya sebagai penjual semangka ia bangkrut karena selama Covid 19 tidak ada hotel yang membeli jualan semangkanya karena hotel tutup dan tidak ada pesta warga karena dilarang.

Selanjutnya ia menuturkan ia berpindah pada usaha pemeliharaan ternak babi. Tetapi ada virus babi sehingga piaraannya dan warga lainnya semua mati. Tak putus asa ia beralih ke pertukangan kecil kecilan. Ia mendatangi salah satu organisasi perangkat daerah yang memberikan bantuan alat pertukangan. Tetapi ia mendapat jawaban namanya tidak ada dalam daftar penerima bantuan dan bantuannya sudah habis.

Istrinya berjualan salome untuk membantu keuangan keluarga. Saat mereka mendatangi OPD terkait meminta bantuan kereta katanya tidak bisa. Herannya ada tetangga yang tidak berjualan mendapat bantuan meski akhirnya ia berjualan.

Peserta lainnya yakni Palce Foeh (48) Ketua , RW 01, warga RT 02, mengemukakan di OEsapa Barat ada banyak UMKM ada yang bertahan tetapi ada yang tidak. Ada yang dapat bantuan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota.
Ditegaskannya UMKM yang tidak bertahan selain karena modal maka pengemasan juga mempengaruhi daya tarik. Karenanya ia menyarankan selain memperhatikan modal, produk tetapi juga memberikan pelatihan pengemasan untuk membuat daya tarik.

Sedangkan perespon terakhir Bapak Johan Bei (47), Ketua RT 18 ia menyarankan pentingnya pelatihan penguatan kapasitas untuk menaikan kualitas SDM warga sehingga bisa merespon program secara baik.
Kegiatan ini diikuti RW, RT, UMKM, warga masyarakat dan staf pemerintah kelurahan. Pembukaan kegiatan oleh Lurah OEsapa Barat, Christian E. Chandra, SH. (non)