Lima Bulan Insentif Belum Dibayar, Perawat RS Atambua Mogok
Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Kurang lebih 20 tenaga perawat RSUD Gabriel Manek SVD Atambua melakukan aksi mogok kerja sejak Senin hingga Kamis 18 Februari 2021.
Para tenaga kesehatan khususnya ruangan isolasi Covid-19 selama 5 bulan atau sejak Oktober 2020 sampai Februari 2021 mogok lantaran insentif belum diterima.
Sementara di ruang IGD terdapat empat pasien Covid-19 tertahan dan belum dipindahkan ke ruang isolasi lantaran perawat belum ada yang masuk kerja.
Terkait hal tersebut, RF salah satu oknum perawat, Kamis (18/2/2021) mengatakan, para tenaga perawat di ruangan isolasi akan mengadukan kepada PLh Bupati Belu.
Pasalnya, para perawat yang mogok sudah menunggu lama dan berulang kali mempertanyakan hak mereka. Namun, pihak managamen sebatas janji belum merealisasikan hak perawat Covid-1.
Dikatakan, pemberlakuan berbeda dari manegemen dimana penunjang pelayanan macam Satpam, OB dan pihak lainnya dibayar normal. Sementara perawat Covid-19 yang bertarung nyawa hak-haknya ditunda. Sesuai hitungan normal bagi daerah zona merah setiap perawat berhak menerima Rp 7.5 juta, perbulan.
“Sudah berulangkali kita mempertanyakan hak insentif tetapi jawabannya masih berproses di dinas Kesehatan. Ini kan anggaran tahun 2020 tetapi heran belum bayar hak kami. Janji mau mau bayar sebelum libur Natal. Lalu ditunda akhir Desember. Ditunda lagi awal tahun. Itu pun sampai sekarang tidak dibayar,” jelas dia.
“Sebelumnya pihak RSUD Gabriel Manek minta para perawat untuk masukan nomor rekening dan kartu tanda penduduk (KTP) sebagai sayarat pencairan karena alasan nilai anggaran cukup besar. Tetapi janji itu hingga saat ini belum juga direalisasikan,” tambah RF.
Sementara itu, Direktur RSUD Atambua dr.Bathseba E. Corputty mengakui bahwa insentif perawat isolasi ruangan covid-19 pada tahun 2020 itu, masih belum dibayar oleh pihak rumah sakit yakni bulan Oktober, November dan Desember.
“Insentif yang belum dibayar itu pihak rumah sakit mengusulkan pembayarannya melalui Kemenkes. Jadi pada akhir Desember 2020, alur verifikasi pembayaran insentif Nakes disiapkan pihak rumah sakit dan diajukan pengklaiman melalui Dinkes Belu,” terang dia.
Pembayaran bagi Nakes ruangan isolasi covid-19 Belu sejak Oktober-Desember 2020 mentok di Dinkes hingga Februari 2021. Padahal ada anggaran dari Kemenkes untuk Dinkes Belu masih ada hingga saat ini. Pihak RS Atambua terus membangun komunikasi dengan Dinkes Belu. Tetapi dinkes sendiri belum menyelesaikan data pendukungnya.
“Manegemen RSUD Gabriel Manek tidak menahan insentif para perawat, namun terus berkomunukasi dengan Dinkes. Karena ada anggarannya. Akhir tahun 2020, Kemenkes ada transfer ke dinkes sebesar Rp 1,4 miliar sekian. Untuk realisasi pembayaran tenaga kesehatan baru Rp 200 juta lebih. Sedangkan pagu angaran untuk rumah sakit sendiri sudah habis,” jelas Elen.
Permasalahan itu ujar dia, telah disampaikan kepada para perawat untuk bersabar saja. Karena pengurusan administrasi di rumah sakit sudah selesai. Tinggal tunggu saja dari Dinkes. Sebab setiap tahun sama, dokumen anggaran jadi dulu baru dilakukan pembayaran. Ini yang tidak dimengerti para perawat. Sehingga tidak ada pembiaran tetapi rumah sakit terus berupaya.
Kaitan dengan 4 pasien Covid-19 yang tertahan di IGD, dr Elen katakan bahwa pasien harus di ruangan IGD dan tetap dipantau. Karena di IGD disiapkan banyak tempat tidur untuk antisipasi apabila ada lonjakan kasus berikutnya.