Hadirkan Stasiun Pengisian Listrik dan Alat Penyimpanan Daya, PLN Terangi Desa Terpencil Di NTT

Bagikan Artikel ini

Waingapu, NTTOnlinenow.com – PLN terus melakukan inovasi demi menghadirkan listrik ke wilayah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar). Salah satunya dengan menghadirkan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) di Desa Kabanda, Kecamatan Ngadu Ngala, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT.

Untuk menghadirkan listrik di rumah masyarakat, PLN melalui program PLN Peduli juga memberikan bantuan berupa Alat Penyimpanan Daya Listrik (APDAL) kepada 161 Kepala Keluarga di desa tersebut. Total biaya pembangunan SPEL dan penyediaan APDAL untuk menerangi masyarakat Kabanda mencapai Rp 1,7 miliar.

“Program ini merupakan bagian dari program PLN Peduli. Pemanfaatan SPEL dan APDAL ini merupakan solusi untuk menerangi desa-desa yang masih gelap gulita dan sulit untuk dijangkau,” tutur General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur, Agustinus Jatmiko dalam keterangan tertulis.

APDAL yang merupakan alat penyimpan energi listrik berbasis baterai dengan kapasitas Watt hour (Wh) yang dapat di isi ulang pada SPEL. Untuk di Kabanda ini, APDAL memanfaatkan sinar matahari melalui panel surya sebagai sumber energi.

“Jadi potensi energi yang ada di lokal kita manfaatkan sebaik mungkin, ini yang akan terus kita dorong,” ucap Jatmiko.

APDAL yang telah terisi oleh listrik selanjutnya dapat disambungkan di instalasi listrik milik pelanggan dengan 3 buah lampu dan 3 buah saklar. APDAL bisa diisi ulang secara mandiri di SPEL PLN yang tersedia di beberapa titik.

Kepala Desa Kabanda, Umbu Ndamung Kilimandu menyampaikan ucapan terima kasih kepada PLN yang telah menghadirkan listrik untuk masyarakat di desanya.

”Kami sangat mengapresiasi dan menyampaikan ucapan terima kasih bagi PLN yang telah menyalurkan bantuan tabung listrik bagi desa kami. Ini adalah satu loncatan besar bagi desa kami dalam memenuhi kebutuhan kelistrikan di desa yang merupakan bagian dari roda penggerak berbagai aspek masyarakat diantaranya perekonomian dan pendidikan,” ucapnya.

Rasa syukur dan bahagia juga datang dari keluarga Umbu Ndaing, sebagai salah satu penerima bantuan APDAL. Hadirnya listrik membuat masyarakat dapat beraktivitas pada malam hari.

“Selama ini kami menggunakan alat sederhana yaitu lampu pelita yang minyak tanahnya kami beli dengan harga 15 ribu rupiah untuk daerah yang terisolir seperti ini. Paling sedikit dalam sebulan menghabiskan 2 liter minyak tanah, yang berarti setiap bulan kita mengeluarkan biaya 30 ribu. Dilihat dari fungsi penerangan yang baru kami terima saat ini memang sangat luar biasa karena kami bisa melakukan beberapa kegiatan di malam hari termasuk memecahkan kemiri yang merupakan hasil tani di Desa Kabanda,” ujar Ndaing.