Catatan Pojok El Tari Memorial Cup Malaka

Bagikan Artikel ini

Frans Watu ~ Mantan Pemain PSK & Galatama
Betun, NTTOnlinenow.com – Pembukaan El Tari Memorial Cup (ETMC) berjalan meriah, bagaikan atraksi budaya menyambut kehadiran wisatawan yang hendak melihat keindahan gunung Lakaan dan Kampung Adat Masinlulik. Even dua tahunan sepakbola di NTT ini diikuti oleh 22 tim dari Kabupaten/Kota di NTT. ETMC dimainkan di 3 lapangan Betun, Besikama dan Kobalima.

Kehadiran Gubernur dan Wakil Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef A. Nae Soi dan sejumlah Bupati dan Walikota se NTT, Ketua DPRD NTT, hadir juga Ketua Komisi V DPR RI Fahry Francis yang merupakan pemilik klub dan Akademi Sepakbola Bintang Timur. ETMC merupakan babak penyisihan Liga 3. Even ini diharapkan dapat menggerakkan ekonomi Kabupaten Malaka sebagai penyelenggara. Ada atraksi budaya, penampilan tenun dan mungkin ini pemandangan baru di dunia sepakbola, semua jajaran undangan dan petinggi NTT hadir menggunakan kain tenun yang merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat di tapal batas NTT dan Timor Leste.

Pembukaan ETMC ditandai dengan pertandingan tuan rumah PS. Malaka vs PS.Kabupaten Kupang. Pertandingan dimenangkan tuan rumah dengan skor 2-0. Sebagai mantan pemain PSK Kupang, saya pernah merasakan atmosfir di turnamen yang diambil dari nama mantan gubernur NTT El Tari.

Dalam sambutannya Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menyebut pentingnya suguhan budaya dalam setiap kesempatan. Untuk itu pelaksanaan El Tari Memorial Cup kali ini didahului dengan atraksi budaya. Malaka menunjukan sebuah peradapan ditengah genjarnya Pemda NTT menggerakan pariwisata sebagai prime mover ekonomi.

Viktor meminta para atlet dan penyelenggara, untuk menjaga sportivitas permainan. “Harus siap mengakui kelemahan dan kekurangan, siap mengakui kemampuan dan keahlian lawan. Viktor ingatkan bagi tim yang membuat keributan untuk didiskualifikasi, tidak ikut pada kontestasi yang beradab seperti ini,” tegas Viktor.

Malaka mematok target juara, sehingga ada arogansi, harga mati bagi tuan rumah untuk mejuarai ETMC. Hal ini tergambar dari sikap dan dukungan dari birokrasi dan masyarakat setempat. Ada istilah suporter Malaka, masuk mudah tapi tidak gampang keluar. Ini menggambarkan kalau piala itu sudah di Malaka jangan coba dibawa keluar. Wajib hukumnya untuk juara.

Ada 2 kejadian di laga perdana, bagi kami mantan pemain kejadian seperti ini tidak lazim dilakukan oleh seorang coach. Biasanya pemain dipanggil ke pinggir lapangan untuk diberikan instruksi baik dalam defance maupun dalam melakukan attacking. Gara-gara salah pushing dua orang pemain dipanggil ke pinggir lapangan lalu mendapat tamparan dari sang pelatih.

Ini liga 3 bung, bukan liga tarkam, seharusnya Asprop NTT sebagai otoritas tertinggi sepakbola di NTT harus tegas. Seorang coach yang menangani tim dan berada di banch pemain pada ETMC minimal mengantongi lisensi D, sedangkan untuk putaran final (babak lanjutan setelah ETMC) minimal lisensi C.

Kita tahu hingga saat ini baik FIFA maupun PSSI terus mengkampayekan rasis dan anti kekerasan di lapangan. Dari sisi regulasi mungkin tidak ada hukuman bagi seorang pelatih yang menampar pemain di banch (pinghir lapangan) di saat permainan sedang berlangsung. Namun dari sisi etika dan estetika sangat tidak elok.

Saya baru tahu kalau pelatih PS.Malaka adalah seorang Ketua DPRD setempat, pertanyaannya apakah sang pelatih juga mengantongi lisensi kepelatihan ? Andai tidak punya lisensi dan tdk terdaftar di jajaran pelatih, seharusnya pengawas pertandingan mengusir yang bersangkutan dari bench pemain.

Pada ETMC ke 29 di Malaka salah satu tim langganan juara PSN Ngada absen karena mereka tengah berkonsentrasi di liga 3 nasional, namun ada 2 pendatang baru yaitu Putra Oesao (Kabupaten Kupang) dan Bintang Timur FC (Belu). Dua pendatang baru ini akan menjadi kuda hitam, disamping tuan rumah yang diprediksi bisa juara ETMC 2019.

Penulis adalah Mantan Kapten Suratin Cup NTT, Memperkuat PSK Kupang di ETMC 1985, ASMI Jakarta, Liga Galatama bersama Perkesa Mataram, Lampung Putra, Arema Malang.