Partai Demokrat Dinilai Terapkan Sikap Politik ‘Minus Malum’

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Sikap Partai Demokrat membebaskan kader dan simpatisannya untuk bebas menentukan pilihan dalam Pilpres 2019 (boleh mendukung dan memilih Paslon Jokowi- Ma’ruf Amin), merupakan pilihan sikap politik yang “minus malum”.

Penilaian ini disampaikan Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus dalam keterangan persnya yang diterima media ini, Senin (17/9/2018).

Menurut Petrus, sikap politik itu diambil untuk menyelamatkan posisi Demokrat dari kegagalan mencapai Parliamentary Threshold (PT) empat persen dari suara sah nasional sekaligus merupakan lonceng kematian bagi Paslon Prabowo Subianto- Sandiaga. Sikap ini terkesan seolah- olah Partai Demokrat menempatkan hak pilih warga di atas segala kepentingan politik praktis partai lambang merci itu. Namun publik sangat paham bahwa sikap politik Demokrat yang demikian adalah sikap oportunis.

“Karena realitas mayoritas kader dan simpatisan bahkan struktural Partai Demokrat telah secara terbuka menyatakan dukungannya kepada Paslon Capres- Cawapres Jokowi- Ma’ruf Amin,” kata Petrus.

Dia berargumen, Partai Demokrat telah melihat betapa arus besar arah dukungan masyarakat dalam Pilpres 2019 kepada Jokowi- Ma’ruf Amin. Sehingga meskipun secara yuridis Partai Demokrat terikat dalam perjanjian koalisi parpol pengusung pasangan Prabowo – Sandiaga, namun harus realistis memberi restu atas dukungan kader-kadernya kepada Jokowi-Ma’ruf Amin di tengah sikap ragu-ragu yang menjadi ciri khasnya selama ini. Partai Demokrat seolah- olah sedang diajarkan bagaimana seharusnya bersikap konsisten.

“Pelajaran itu diperoleh melalui pilihan sikap politik Partai Demokrat yang dipopulerkan para kader, simpatisan dan struktural partai di tingkat bawah yang sejak awal secara konsisten dan terbuka mendukung Jokowi- Ma’ruf Amin,” tandas Petrus.

Advokat Peradi ini mengatakan, realitas politik inilah yang membuat posisi Partai Demokrat menjadi gamang dan mendadak banting setir membangun tradisi politik baru. Sikap yang diambil yakni membebaskan arah dukungan politik para kader, simpatisan bahkan struktural Partai Demokrat yang sejak awal mendukung Jokowi- Ma’ruf Amin. Artinya meskipun Partai Demokrat tetap terikat pada perjanjian koalisi parpol pengusung Prabowo-Sandiaga, namun dalam soal hak pilih warga, Demokrat telah didaulat untuk tunduk pada kehendak arus bawah.

“Membebaskan kader- kader bahkan sebagian struktur Partai Demokrat di beberapa provinsi untuk boleh berbeda pilihan politik yakni memilih Jokowi- Ma’ruf Amin, tentunya membawa resiko hilangnya posisi tawar Partai Demokrat di mata partai koalisi Prabowo- Sandiaga. Inilah “lonceng kematian” bagi paslon Parabowo- Sandiaga,” terang Petrus.