Maret 2018, Tingkat Kesejahteraan Petani NTT Menurun

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Kesejahteraan petani Nusa Tenggara Timur (NTT) menurun seiring dengan melemahnya indeks Nilai Tukar Petani (NTP). NTP menghitung rasio antara indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Maritje Pattiwaellapia menyebutkan, NTP Provinsi NTT pada bulan Maret 2018 sebesar 104.48. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan Februari yang justru mengalami peningkatan.

“Terjadi penurunan sebesar 0,32 persen jika NTP Maret 2018 dibandingkan dengan NTP Februari 2018. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan/daya beli dan daya tukar (term of trade) petani di pedesaan menurun,” katanya kepada wartawan di Kupang, Senin (2/4/2018).

Menurut Maritje, NTP bulan Maret 2018 didasarkan pada perhitungan NTP dengan tahun dasar 2012 (2012=100). Penghitungan NTP ini mencakup 5 subsektor, yaitu subsektor padi & palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

“Pada bulan Maret 2018, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 104.48 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 108,62 untuk subsektor tanaman padi-palawija (NTP-P); 100,07 untuk subsektor hortikultura (NTP-H); 100,98 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 105,95 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt) dan 108,27 untuk subsektor perikanan (NTP-Pi),” katanya.

Maritje menjelaskan, menurunnya indeks nilai tukar petani tersebut, disebabkan karena biaya produksi pertanian dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga petani meningkat tetapi penerimaan petani menurun.

“Di daerah perdesaan terjadi inflasi pada bulan Maret 2018 sebesar 0,06%. Subkelompok yang mengalami inflasi adalah makanan jadi (0,20%), perumahan (0,02%),sandang (0,13%), kesehatan (0,55%), pendidikan (0,17%) dan transportasi (0,80%).” jelas Maritje.