Guru dan Warga Segel SMPN Rinbesihat, Kepsek Dituntut Mundur

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Bangunan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Rinbesihat yang terletak di Desa Rinbesihat, Kecamatan Tasbar, Kabupaten Belu, Timor Barat perbatasan RI-Timor Leste disegel para Guru dan warga setempat, Senin (5/3/2018).

Aksi penyegelan sekitar pukul 07.30 Wita ditandai dengan penempelan tiga kertas di dinding tembok sekolah yang bertuliskan, sekolah ini disegel, kami menolak guru kontrak dan kami ingin kepala sekolah dipindahkan dari SMP Rinbesihat secepatnya.

Menurut para Guru dan perwakilan warga dihalaman sekolah, penyegelan dilakukan para Guru dan warga sebagai puncak kekesalan atas sikap kepala sekolah Wilhelmus Nahak Bauk yang dinilai tidak berpihak pada para guru yang selama ini mengabdi serta warga sekitar terutama pemilik lahan.

Kebijakan Kepsek sepihak yang mana mendatangkan dua orang guru tenaga kontrak dari SDK Halilulik yakni, Guru kontrak Bernadetha Un yang bawakan pelajaran Bahasa Indonesia.
Selain itu, Dionisia Seran, guru Bahasa Inggris. Padahal, di SMPN Rinbesihat telah ada empat guru Bahasa Indonesia dan tiga guru Bahasa Inggris.

“Kami tolak tambahan guru kontrak sebab stok guru sudah lebih banyak dari rombongan belajar. Kalau Kepala Sekolah buat begini sama dengan mengusir kami secara halus dan kami tidak terima ini,” tutur Joko didampingi rekan seprofesi lainnya.

Tidak saja itu, kebijakan lain Kepsek yang ditantang para Guru terkait managemen sekolah yang tidak transparan. Selain itu juga mendatangkan bendahara dari sekolah lain. Hal ini dirasakan tidak masuk akal.

“Masa rumah tangga kami diurus oleh tetangga. Seolah kami disini tidak ada guru sehingga kepala sekolah mendatangkan bendahara dari SMA Kimbana,” terang salah satu guru yang enggan mau disebtukan identitasnya.

Para Guru bersama sejumlah tokoh masyarakat menegaskan, sekolah tersebut akan tetap disegel sampai ada titik temu atau jalan keluar terhadap semua persoalan yang terjadi di SMPN Rinbesihat.

Akibat aksi tersebut sebanyak 204 anak-anak yang mengenyam pendidikan di sekolah itu terpaksa dipulangkan sejak pagi karena pagar sekolah tersebut sudah dikunci pemilik lahan bersama para Guru dan warga sekitarnya.

Sementara itu alasan pemilik tanah Dominikus Kauk yang ikut menyegel lantaran Kepsek tidak mau menerima tenaha guru dari Rinbesihat. Saat memberikan tanah untuk dibangun sekolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Belu menjanjikan akan diterima anaknya sebagai ucapan terima kasih.

“Anaknya akan diterima untuk mengabdi di sekolah dan akan diangkat sebagai tenaga kontrak daerah. Tapi hingga hari ini janji tersebut tidak dipenuhi,” akui Kauk.