Mabuk di Pesta Wisuda, Yaner Cs Diamankan di Mapolres TTU, Paginya Ditemukan Meninggal

Bagikan Artikel ini

Laporan Judith Lorenzo Taolin
Kefamenanu, NTTOnlinenow.com – Beginilah kondisi Yaner Afeanpah, pemuda berusia 23 tahun yang ditemukan tewas di dalam ruangan Satuan Tahanan dan Barang Bukti (Sah Tahti) Mapolres Timor Tengah Utara (TTU), pada Minggu pagi (22/10/2017).

Sebelum menemui ajalnya, malamnya Yaner dan 23 pemuda lainnya diamankan pihak kepolisian setempat lantaran diduga telah membuat keributan di suatu pesta wisuda tepatnya di blok F kompleks BTN kilo meter 9 jurusan Kupang dari kota Kefamenanu.

Sesuai audiens yang digelar Kapolres TTU, AKBP Rishian Krisna Budhiaswanto dengan keluarga korban pada Minggu setelah korban diketahui meninggal, bahwa pihak kepolisian mendapat laporan warga telah terjadi keributan dalam acara pesta wisuda di BTN kilo meter 9 jurusan Kupang dari kota Kefamenanu. Setelah mendapat laporan tersebut, Kapolres bersama sejumlah personil mendatangi alamat yang dilaporkan dan menggeledah beberapa tempat acara yang sementara berlangsung untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

“Kami mendapat laporan dari warga bahwa telah terjadi keributan di salah satu pesta wisuda yang di gelar di BTN KM 9 Kefamenanu. Setelah mendapat informasi tersebut, kami langsung mendatangi alamat sesuai yang diinfokan. Dan untuk memastikan kebenaran informasi tersebut, kami melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah pemuda yang mengikuti acara di beberapa tempat pesta wisuda berlangsung. Dari beberapa tempat acara yang diperiksa, tibalah kami di tempat pesta dimana korban berada. Di sana semua pemuda diperiksa dan karena tercium aroma miras dari mulut korban, korban dan 23 pemuda lainnya digiring ke Mapolres TTU untuk diberi pengarahan. Selama 24 pemuda diamankan di sini, tidak ada tindakan kekerasan apapun terhadap mereka. Mereka juga bukan tahanan, kami mengamankan mereka semata – mata hanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan seputar tempat acara berlangsung. Setelah mereka dibekali arahan, mereka juga kami siapkan makan malam kemudian menyuruh mereka untuk beristirahat”, jelas Kapolres Rishian Krisna.

Pernyataan Kapolres Rishian Krisna dibenarkan keluarga korban Jhoni Tulasi dan beberapa pemuda yang ikut ke Polres melihat teman – temannya digiring dan diamankan. Doni, salah satu teman korban yang ikut diamankan, mengakui tidak adanya tindak kekerasan yang diberlakukan ke mereka. Mereka diberi arahan, makan malam kemudian disuruh beristirahat.

“Kami semua diamankan di Polres kemudian dinasihati dan diberi makan malam. Setelah itu disuruh tidur untuk keesokan paginya dipulangkan ke alamat masing – masing”, ungkap Doni senada dengan yang disampaikan Johni Tulasi dan teman korban lainnya.

Lanjut Doni yang ditemui di depan kamar jenasah RSUD TTU, “Pagi tadi saya yang duluan bangun dan berusaha membangunkan teman lain. Ketika saya bangunkan Yaner, tidak ada respon. Badannya sudah kaku dan dingin. Kemudian saya membangunkan Milan (tuan acara). Saat itulah diketahui bahwa Yaner telah meninggal sekitar pukul 05.00 wita dan kami melaporkan ke pihak kepolisian”.

Baca juga : Sahabat Polisi Minta Kapolres TTU Pulangkan Tiga Penyidik Kasus Illegal Logging Yang Dimutasi

Orang tua korban dan keluarga lainnya yang mengikuti jalannya audiens terlihat pasrah atas peristiwa yang menimpa anaknya, namun berharap kasus kematian anaknya bisa diungkap secara transparan.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian Resort Timor Tengah Utara masih melakukan penyelidikan, sementara keluarga korban sejak sore hingga malam masih menunggui jasad afeanpah di luar ruang jenasah RSUD TTU guna diotopsi. Dan sesuai rencana, setelah selesai diotopsi jenasah akan diberangkatkan ke kampung halamannya di Kaubele Kecamatan Biboki Moenleu untuk dimakamkan.

**Orang tua Korban, “Kami Berdua Sudah Mendapat Tanda (Sambil menangis)” **

Atas kasus kematian yang menimpa putra dari Paulus Afeanpah dan Petronela Amfotis, kedua orang tua ini mengaku sudah mendapat tanda terlebih dahulu. Bapak korban, Paulus Afeanpah mengatakan didatangi seekor lalat besar yang sesuai kepercayaan orang Timor pertanda ada kematian dalam keluarga. Ibu korban, Petronela Amfotis sebelum mengetahui putranya meninggal, sempat merasakan kesedihan yang mendalam dan menangis di dalam kendaraan yang ditumpanginya dari kampung menuju ke kota.

“Sore kemarin saya merasa sedih dan seperti kehilangan sesuatu yang berharga tapi tidak tahu apa yang hilang. Ada juga seekor lalat besar terbang terus ke arah saya dan sesuai kepercayaan orang Timor, lalat besar yang datang membawa kabar kedukaan, akan ada kematian dalam keluarga. Ternyata saya mendapat kabar anak saya meninggal”,ungkap Paulus dengan menahan tangis.

Dilanjutkan ibu korban sambil menangis, “Saya merasa sangat sedih sekali dan tidak tahu ada apa, saya sampai menangis di atas kendaraan selama dari Kaubele menuju ke kota Kefamenanu Sabtu (21/10) kemarin. Sampai di Kefa, saya dijemput anak saya, Yaner di terminal dan mengantar saya ke tempat lain. Kemudian dia (almarhum) meminta agar Minggu besok mampir ke dia sebentar saja. Sayapun mengiyakan, tanpa berpikir akan ada kejadian buruk yang menimpanya. Ternyata pagi ini sebelum sampai ke tempatnya, saya dikabarkan dia sudah meninggal”.

Korban yang bekerja sebagai security di salah satu Bank swasta di Kota kefamenanu sejak Januari 2017, dikenal sebagai pemuda yang tidak pernah mengidap suatu penyakit yang berbahaya dan dalam kesehariannya tidak mempunyai masalah dengan pihak manapun.