Peresmian Rumah Adat Beyleto di Perbatasan Belu-Timor Leste
Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Jelang peresmian rumah adat suku Beyleto berbagai tradisi mulai dilakukan warga turunan rumah suku milik kerajaan Kemak Dirubati di wilayah Kabupaten Belu.
Rangkaian kegiatan adat dilakukan sejak 15 Juli 2017 lalu di lokasi rumah adat itu. Acara awal dilakukan kegiatan Sai Talimata yang artinya pembersihan rumah adat dari sisa-sisa bahan pekerjaan.
Disaksikan media, Sabtu (29/7/2017) kemarin rangkaian acara sudah berlangsung hingga tradisi Maneheu Mola dimana anggota suku rumah dari garis keturunan perempuan mulai berdatangan ke acara adat. Sementara garis keturunan laki-laki telah datang sejak tanggal 25 Juli lalu.
Menjadi kewajiban, setiap suku rumah dari garis keturunan perempuan maupun laki-laki serta adik kakak yang datang membawa ternak kambing. Setiap suku garis keturunan ketika memasuki lokasi rumah adat berjalan sambil menari dan meronggeng diiringi gong serta gendang.
Saat akan masuk pelataran rumah adat, rombongan yang datang disambut tarian oleh keluarga yang telah disiapkan untuk menyambut secara adat, selanjutnya menerima dan saling merangkul kemudian menari mengitari rumah adat selanjutnya masuk ke tenda yang telah disediakan untuk dijamu secara adat.
Untuk diketahui jumlah suku rumah garis keturunan perempuan sebanyak 72 suku sedangkan suku rumah garis keturunan laki-laki berjumlah 35 suku yang semuanya tersebar di berbagai daerah.
Baca juga : Tim KP Beri Pembekalan Wawasan Kebangsaan Pada Paskibraka Belu
Menurut Panitia peresmian rumah adat, Djose Martins Nai Buti kepada awak media, puncak peresmian rumah adat Beyleto Dirubati akan dilakukan pada tanggal 3 Agustus mendatang yang ditandai dengan penyelesaian atap rumah adat, serta peletakan benda pusaka milik para leluhur ke dalam rumah adat.
“Sekalian juga kita pendataan anak cucu suku dan sejauh mana kepatuhan beban adat serta kebersamaan. Kuncinya ternak yang dibawa harus ada di bawah rumah adat dengan harapan Para leluhur berikan berkat dan tidak ada di luar karena itu mereka akan tersinggung. Simbolnya itu mereka keluarga suku semua dilindungi.
Nantinya jelas dia, pada bagian depan rumah adat dipasang bendera merah putih, dan bendera itu sejak dulu berada di rumah adat. Seluruh suku rumah sudah masuk nanti akan ditutup dengan lima kepala suku besar akan datang bawa upeti sekaligus bawa bendera datang tanam di sebelah kiri kanan bendera setelah itu berikan prosesi adat baru resmikan.
“Kita juga sudah undang Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Kemendikbud Republik Indonesia untuk hadir bersama Bupati Belu pada acara puncak peresmian rumah adatnyai,” ungkap Djose Naibuti yang juga keturunan dari Raja suku Beyleto itu.
Suku Kemak adalah salah satu suku terbesar di Kabupaten Belu selain tiga suku lainnya Tetun, Bunaq (marae) dan Dawan. Keberadaan Kerajaan Kemak Dirubati berawal dari catatan sejarah bahwa ada tiga kerajaan besar yang memimpin masyarakat kemak di pulau Timor, yaitu Deribate (dibaca: Dirubati), Atasabe, dan Leimea.
Sekitar tahun 1912 kerajaan Dirubati masuk ke wilayah Kota Atambua. Dimana pada saat raja berserta seluruh rakyatnya sempat bermukim di Tohe (sekarang Desa Tohe, Kecamatan Raihat). Setelah tiga tahun menetap, raja dan rakyatnya pindah ke kota Atambua yang saat ini Kelurahan Manumutin.
Raja kemak Don Fransisco Xavier de Martins Nai Leto di tahun 1912 bersama rakyatnya memilih menetap di Atambua yang mana tersebar di beberapa wilayah seperti Tenubot, Kuneru, Asulait, Nekafehan, Lesupu, Haliwen, Sadi, Tohe, Maumutin serta Haekesak.
“Berdasarkan catatan sejarah tersebut, maka pada tahun 2017 kerajaan kemak Deribate di Timor Barat telah berusia lebih dari satu abad. Harapan kita para leluhur memberikan berkat dan melindungi selalu setiap warga baik dari turunan suku rumah perempuan maupun laki-laki,” pinta Djose.