Butuh Langkah Terpadu Atasi Persoalan Hama Belalang di Pulau Sumba
Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Belalang kembara (Locusta Migratoria) kembali muncul di Pulau Sumba, khususnya di Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemunculan koloni belalang kumbara ini bahkan mulai meresahkan karena sudah menyerbu ke sejumlah fasilitas publik.
Sekretaris Komisi V DPRD NTT, Yunus Takandewa mengatakan, hama belalang di Pulau Sumba merupakan persoalan ekologis, sehingga untuk mengatasi persoalan dimaksud perlu ada upaya bersama atau kerja sama lintas sektor.
“Ini persoalan ekologis, ketidakseimbangan ekologis yang menyebabkan koloni hama belalang menyerbu kota. Sepanjang pantauan selama ini, kecamatan-kecamatan penyangga kota itu memang terdiri dari sabana kering yang rentan terbakar,” kata Yunus kepada wartawan di Kupang, Senin (12/6/2017).
Menurut Yunus, kerja sama lintas sektor dimaksudkan agar ada tindakan penyelamatan ekologis sehingga terjadi keseimbangan antara predator untuk hama belalang dimaksud. Karena jika tidak dilakukan maka serangan hama akan kembali muncul dan menyerang setiap saat.
“Jadi selain upaya melalui pestisida seperti yang selama ini dilakukan, tetapi untuk jangka panjangnya harus ada langkah bersama lintas sektor dalam hal ini misalnya peternakan, untuk mensosialisasikan pola beternak yang baik kepada masyarakat,” ujarnya.
Yunus menyampaikan, pola peternakan yang selama ini dilakukan oleh petani, peternak di Sumba yaitu melepas bebas ternak di padang. Selain itu, para peternak juga gemar membakar padang, dengan tujuan setelah dibakar nanti akan tumbuh rumput hijau untuk dimakan oleh ternak mereka.
Baca :Ribuan Belalang Kembara Duduki Bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu
“Nah.. ketika misalnya, budaya bakar masih merajalela yang diterapkan oleh peternak di Sumba, maka koloni belalang akan menyerang atau masuk ke kota yang terkesan masih hijau,” kata politisi asal Sumba ini.
Dia berpendapat, kebiasaan membakar padang yang dilakukan masyarakat di Sumba tersebut, bisa berdampak pada ancaman musnahnya hama predator, sehingga perkembangan hama belalang kembara menjadi tidak terkontrol yang kemudian jumlahnya semakin banyak, tentu berimbas pada kurangnya sumber makanan sehingga bermigrasi masuk ke daerah perkotaan.
“Sekarang ini yang mengkuatirkan adalah ketika belalang mulai menyerang fasilitas-fasilitas publik seperti bandara. Ini sudah sangat menggelisahkan sehingga langkah bersama harus segera dilakukan. Paling tidak mulai dalam penyusunan rencana jangka pendek daerah untuk menyelesaikan persoalan ini,” tandasnya.
Sementara itu, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya mengatakan, pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya penelitian namun hingga saat ini belum bisa untuk menghilangkan hama belalang kembara di Pulau Sumba. Meski demikian, koordinasi terus dilakukan untuk menangani persoalan dimaksud.
“Memang ada satu hal yaitu predator belalang sudah mulai berkurang. Kalau dulu kita pakai tenaga manusia agar bagaimana supaya menguburkan belalang-belalang ini. Kita terus berkoordinasi untuk atasi masalah ini,” pungkas Lebu Raya.