Harga Bahan Makanan Turun Picu Deflasi di NTT

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, pada Maret 2017, terjadi deflasi sebesar 0,79 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 128,24.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi NTT, Maritje Pattiwaelapia menyampaikan ini kepada wartawan di Kupang, Senin (3/4/2017).

Menurut Maritje, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok kesehatan.

“Kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami deflasi tertinggi yang diikuti kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Inflasi terbesar terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,34 persen,” katanya.

Maritje menyampaikan, dari dua kota IHK di NTT, Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,87 persen dengan IHK 129,19 sedangkan Kota Maumere mengalami deflasi sebesar 0,23 persen dengan IHK 122,01 persen.

Dari 28 kota sampel IHK Nasional, terdapat 33 kota yang mengalami inflasi dan sisanya, 49 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Banjarmasin dengan inflasi sebesar 0,01 persen.

Baca : Kelompok Sandang Picu Inflasi Februari 0,15 Persen di NTT

“Sedangkan deflasi terbesar terjadi pada Kota Tanjung Pandan yang sebesar 1,49 persen dan deflasi terkecil terjadi di Kota Padang yang sebesar 0,01 persen,” ujarnya.

Sementara itu, untuk inflasi tahun kalender 2017 NTT sebesar 0,10 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy), Maret 2017 terhadap Maret 2016 sebesar 2,95 persen.

Inflasi tahun kelender 2017 untuk Kota Kupang sebesar 0,09 persen. Inflasi tahun ke tahun (yoy) Maret 2017 terhadap Maret 2016 sebesar 2,83 persen. Sedangkan untuk Kota Maumere, inflasi tahun kalender 2017 sebesar 0,12 persen, dan inflasi (yoy) sebesar 3,84 persen.

Maritje menambahkan, indeks harga konsumen merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan.

“Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan oleh BPS,” tandasnya.