26 Perempuan Pilihan ikut Pelatihan Strategi Pemilu 2024

Bagikan Artikel ini

Laporan Frans Watu
Jakarta, NTTOnlinenow.com – Keterwakilan perempuan pada pemilu tahun 2024 terus didengungkan. Faktanya, sejak pemilihan umum (Pemilu) 2004 lalu, jumlah keterwakilan perempuan di parlemen terutama DPR RI masih belum mencapai 30%. Padahal, Undang-Undang No. 10/2008 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) dan dan UU No. 2/2011 tentang Perubahan UU No. 2/2008 tentang Partai Politik telah mengamanatkan untuk memastikan setidaknya 30% perempuan dicalonkan dalam daftar anggota parlemen.

Melalui program ASEAN Women’s Political Leadhership, Cakra Wikara Indonesia, Westminister Foundation for Democracy bekerjasama dengan Global Affairs Canada menyelengarakan Pelatihan Strategi Pemilu 2024 bagi perempuan. Kegiatan ini bertujuan mendorong potensi perempuan dalam menghadapi Pemilu 2024.

Pelatihan ini mendapat dukungan dari Global Affairs Canada berlangsung pada tanggal 13 – 15 Maret 2023 di Jakarta. Kegiatan yang hanya melibatkan 26 calon legislative perempuan terpilih, hasil seleksi yang sangat ketat dari berbagai daerah di Indonesia.

Peserta dipilih melalui seleksi cukup ketat oleh tim panel yang terdiri dari panitia dan tim fasilitator pelatihan. Peserta wajib mendapatkan surat rekomendasi/pengantar dari kantor partai (DPP/Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan/Bapilu/Organisasi Sayap Partai/bagian/divisi/bidang yang berurusan dengan seleksi calon) dan melampirkan formulir pendaftaran yang telah diisi.

Dari 26 peserta ada satu peserta termuda, Serena Cosgrova Francis (23 tahun), salah satu kader milenial Partai Gerindra asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Gadis kelahiran 20 September 1999, dikenal sebagai kader muda Partai Gerindra yang diperiapkan maju pada Pemilu tahun 2024. Alumni SMAN 3 Kupang ini akan maju dari daerah pemilihan NTT 2 meliputi Timor, Sumba, Rote dan Sabu.

Rena begitu dia disapa, merupakan alumni Hubungan Internasional UI dengan predikat Cumlaude. Rena juga dikenal aktif dalam kegiatan peduli lingkungan bersama WWF (World Wide Fund for Nature) dan Timor Foundation.

Saat dihubungi, Rena mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat karena memberi sudut pandang baru bagi caleg-caleg potensial lintas dapil dan lintas partai terkait strategi, skema pembentukan tim kampanye hingga simpul di akar rumput.

“Materi yang relevan untuk turun sosialisasi. Ada 10 sesi semua diajarkan bagaimana cara berinteraksi dengan masyarakat negosiasi antar pemangku kepentingan hingga alokasi dana kampanye,” kata Rena.

Peran perempuan dalam dunia politik masih tertinggal. Padahal perempuan mengisi separuh dari populasi Indonesia. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa partisipasi perempuan di bidang politik begitu penting.

Keterlibatan perempuan dalam parlemen diharapkan mampu merepresentasikan pengalaman perempuan yang dituangkan dalam kebijakan yang lebih responsif gender.

Dunia politik bukan hal baru bagi Rena, ayahnya Fary Djemi Francis merupakan mantan ketua komisi 5 dan 2 periode menjadi anggota DPR RI mewakili masyarakat NTT.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya keterlibatan perempuan dalam dunia politik, salah satunya karena dari diri mereka sendiri yang tidak proaktif.

Perempuan kurang confidence, juga menjadi salah satu penyebab mereka belum meyakini kemampuannya dalam berpolitik.

Oleh karena itu, penting juga memberikan dukungan bagi perempuan untuk memperoleh pengetahuan dan peningkatan praktik politiknya serta mendapatkan dukungan moral dari partai politik tempat mereka bernaung.