Penjabat Wali Kota Kupang Dukung Program PIAR NTT Kerja Dengan Warga Inklusi

Bagikan Artikel ini

Kupang, NTTOnlinenow.com – Penjabat Wali Kota Kupang, George Hadjo mendukug Program PIAR NTT untuk warga inklusi yakni Program Penanggulangan Dampak Covid 19 melalui Revitalisasi Desa/Kelurahan Wisata Inklusi di empat kelurahan dalam Kota Kupang. Keempat kelurahan wisata inklusi tersebut yakni Kelurahan LLBK, Kelapa Lima, Oesapa Barat dan Kelurahan Lasiana.

Dukungan tersebut disampaikan Penjabat Wali Kota George saat PIAR NTT bersama empat lurah dari empat kelurahan wisata inklusi beraudiensi dengan Penjabat Walikota George di ruang kerjanya, Senin malam (12/9) dari pukul 20.00 Wita hingga Pukul 22,30 Wita. Dari PIAR NTT, Koordinator PIAR NTT, Ir. Sarah Lery Mboeik, Petugas Lapngan PIAR NTT, Zevan Aoeme dan Gadrida Djukana. Sementara Lurah LLBK, Ayub Petra Bayang Mauta, SH, Lurah Oesapa Barat, Christian E Candra, Lurah Kelapa Lima, Sentus Kahan dan Lurah Lasiana, Wellem Bentura.

Audienasi diawali dengan penjelasan Koordintaor PIAR NTT, Ir. Sarah Lery Mboeik tentang Program Penanggulanngan Dampak Covid 19 melalui Revitalisasi Desa/Kelurahan Inklusi. Mengapa inklusi karena pengalaman Pandemi Covid 19 dua tahun lebih warga inklusi yang paling rentan.
Menurut dia, tidak semua warga inklusi tercatat baik dalam dokumen kependudukan karena itu berdampak bagi bantuan bantuan bagi warga inklusi dan kebijakan kebijakan pemerntah yang diskriminatif bagi warga inklusi.

Dari pendampingan selama beberapa bulan ini sejak MoU dengan Pemerintah Kota Kupang pihaknya mengidentifikasi beberapa issue strategis antara lain perencanaan anggaran yang tidak berbasis kelompok inklusi, kelompok inklusi belum semuanya dilibatkan dalam perencanaan pemangunan, perencanaan pembangunan yang tidak berbasis data atau data belum digunakan untuk perencanaan pembangunan.

PIAR NTT melalui projek ini bersama sama Konsersium Swapar melalui program ini menyusun strategi untuk pemulihan warga inklusi. Ia mencontohkan saat pendampingan banyak tuna netra saat pandemi Covid 19 dengan keahlian memijatnya tidak bisa memijat di hotel hotel. Contoh lain ada bantuan mestinya netra butuh tongkat penunjuk jalan tetapi diberikan tongkat untuk keterbatasan kaki. Semua ini disebabkan warga netra tidak dilibatkan dalam perencanaan sehingga kebutuhan mereka direncakan oleh warga non disabilitas.

Tak lupa Sarah menyampaikan sulit mendapatkan akses data by name by adress dari puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Kupang dengan berbagai alasan. Ia meminta perhatian Penjabat Wali Kota Kupang untuk hal hal tersebut.

Terakhir ia meminta Penjabat Wali Kota membuat SK Perwali bagi Kelompok Peduli Wisata Berbasis Masyarakat yang ada di empat kelurahan dimana empa lurah telah menerbitkan SK Lurah bagi empat KPW SIKAT.

Sarah menyampaikan persoalan yang harus segera direspon Penjabat Walikota pengelolaan kedua tempat wisata di Pantai Koepan, LLBK dan Pantai Kelapa Lima yang sudah diresmikan presiden. Tak lupa Sarah memberi apresiasi kepada kinerja empat lurah dari empat kelurahan tersebut yang mendukung penuh Program Penanggulangan Dampak Covid melalui revitalisasi Desa/Kelurahan Wisata Inklusi.

Dukung
Merespon apa yang disampaikan Koordinator PIAR NTT, Ir. Sarah Lery Mboeik, Penjabat Wali Kota Kupang, George Hadjo menyatakan mendukung Program PIAR NTT bagi warga inklusi yang ada di empat kelurahan dalam Kota Kupang.

Ia mengingatkan keempat lurah untuk bekerja keras jangan tidur dan harus turun ke masyarakat. Karena lurah dengan kinerja rendah akan diganti. “Saya tidak peduli. Saya sudah konsultasi dengan depdagri. Lurah yang hanya tidur tidur saya kasih kesempatan sampah akhir tahun ini. Tidak ada yang berubah, saya ganti,” tegasnya sambil menatap tajam kepada empat lurah.

Dia menegaskan meski Koordinator PIAR NTT memuji kinerja keempat lurah di depannya itu tidak serta merta ia percaya. Ia harus menilai langsung kerja para lurah di lapangan. “Maaf Ti’i biar puji puji mereka tunggu dulu, saya harus lihat sendiri kinerja mereka,” ujarnya sambil melihat ke arah Koordinator PIAR NTT dan PL PIAR NTT.

Menurut dia, selama ia menjabat yang harus diselesaikan yakni masalah sampah dalam Kota Kupang dan juga sampah plastik. Tidak ada yang tidak bisa. “Yang tidak bisa itu pemalas. Bersama Tuhan tidak ada yang tidak bisa dikerjakan. Tuhan tidak suka orang malas. Saya sebelum bekerja minta pertolongan hikmat dari Tuhan. Saya berlutut minta Tuhan. Jangan main main,” ujranya memberi contoh caranya berlutut berdoa.

Ditegaskannya ia tidak takut kepada siapapun selain Tuhan karena ia menghargai berkat yang diberikan Tuhan menjadi Penjabat Wali Kota Kupang. Jadi harus benar benar bertanggung jawab. “Saya ini petarung jalanan dan arena. Saya dari kecil nakal. Tetapi itu cara Tuhan menangkap seseorang untuk berubah itu ajaib,” ungkapnya.

Menyinggung Tata Kelola dua tempat wisata di Pantai Koepan, LLBK dan Kelapa Lima itu tidak bisa diberikan kepada orang yang tidak profesional. Harus diberikan kepada pihak profesional karena itu ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi seperti pengelolaan air, listrik.

Ia tidak suka dengan manusia yang tidak militan gampang menyerah dan suka mendahulukan uang dalam kerja. Baginya bekerja yang baik dan bertanggung jawab Tuhan akan memberkati dengan caranya. “Kerja duluan. Saya tidak pikir uang. Saya pikir bagaimana agar rakyat terlayani. Saya yakin Tuhan telah menyediakan bagian saya,” tegasnya.

“Teman teman lurah harus militan. Sebagai pemimpin harus datang paling duluan dan pulang paling akhir. Menyangkut data Covid 19 tidak ada yang tidak bisa di saya. Harus bisa. Itu karena malas jadi bilang tidak bisa. Buat dulu sampai di mana kesulitan cari jalan keluar. Jangan belum apa apa tidak bisa. Orang seperti itu di saya tidak pakai,” tambahnya.

Lebih lanjut menjadi pemimpin harus menjadi agen perubahan bagi Kota Kupang. Jangan berpikir apa yang didapat. “Harus menjadi agen perubahan bagi Kota Kupang. Jangan pikir apa yang kita dapat, loyal, kerja keras. Siapa pernah pikir George pakai soke,” katanya sambil tertawa.

Ditambahkan menumbuhkan pariwisata dengan membuat kalender ivent, libatkan paguuban, etnis membuat festival. Harus kreatif dan inovatif. Jangan semua harus tunggu uang.
Diskusi selama dua jam lebih diwarnai dengan joke joke penjabat menceritakan pengalamannya dan membagi kesaksian betapa baiknya Tuhan. Pertemuan diakhiri makan malam bersama.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya Walikota Kupang Jefry Riwu Kore telah menandatangani MoU dengan Koordintaor PIAR NTT dan melaunching Program Penenanggulangan Dampak Covid 19 melalui Revitalisasi Desa/Kelurahan Wisata Inklusi April dan Mei 2022 lalu.(non)