Gereja Tuhan Ada Dari Zaman ke Zaman Karena Roh Kudus
Kupang, NTTOnlinenow.com – Gereja Tuhan ada dari zaman ke zaman, waktu ke waktu bukan karena pekerjaan seseorang dan komunitas tertentu tetapi karena pekerjaan Roh Kudus.
Penegasan tersebut disampaikan Pdt. Robert Litelnoni saat menyampaikan Refleksi Khotbah dari ponsel Kitab Perjanjian Lama, Yoel. Pasal 2:28-32 dalam Kebaktian Utama Minggu (23/5), Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Ebenhaezar Oeba pada Hari Pencurahan Roh Kudus.
Pdt. Litelnoni dalam kebaktian ketiga bulan budaya dan bahasa yang disiarkan secara live streaming ini menyampaikan thema Khotbah Perayaan Hari Pencurahan Roh Kudus tahun ini dari Majelis Sinode (MS) GMIT yakni Roh Kudus tercurah bagi semua manusia.
Dikatakannya di seluruh dunia gereja gereja merayakan hari Pencurahan Roh Kudus. Roh Kudus nafas kehidupan gereja, gereja tidak bisa ada, tumbuh dan berbuah tanpa Roh Kudus.
Selanjutnya dia mengemukakan gereja mampu bertahan karena Roh Kudus. Gereja tetap ada hingga saat ini meski gereja menghadapi tantangan secara institusi dan pribadi pribadi orang percaya. “Gereja tetap ada dalam tantangan dan pergumulan sepanjang masa,” ujarnya.
Bagaimana gereja ada dalam tantangan secara internal dan eksternal dari waktu ke waktu, mantan Ketua MS GMIT Periode 2011-2015 ini teringat sebuah lagu NKB Nomor 111 yang syairnya gereja bagai bahtera di laut yang seram, mengarahkan haluannya ke pantai seberang. Mengamuklah samudera dan badai menderu, gelombang zaman menghempas yang sulit ditempuh.
“Nyanyian ini mau menggambarkan pada kita gereja berhadapan dengan badai, gelombang dan tantangan dunia. Kalau gereja bertahan hingga saat ini bukan karena kehebatan seseorang dan komunitas, tetapi semata mata karena pekerjaan Roh Kudus,” tegasnya sembari menambahkan gereja terus ada dulu, hari ini bahkan hingga maranatha karena pekerjaan Roh Kudus.
Diungkapkannya karena itu agak aneh kalau ada orang atau pihak yang mengklaim Roh Kudus sebagai miliknya, Roh Kudus seolah olah hanya berada pada suatu komunitas atau orang tertentu. Anggapan seperti itu salah besar.
Ditegaskannya berkali kali gereja ada karena pekerjaan Roh Kudus, dan karena itu gereja mainstream, gereja besar tidak boleh mengatakan gereja kecil tidak ada Roh Kudus. Itu hal yang salah karena Allah bekerja menurut caranya untuk menghadirkan Roh Tuhan pada semua orang. ” Mari kita lihat kitab Yoel yang kita baca dan dengar. Nabi Yoel bernubuat tujuh abad sebelum Kristus lahir,” ujarnya.
Ia (Nabi Yoel red) katanya bernubuat untuk Bangsa Israel ada waktunya Allah mencurahkan Roh Tuhan karena pada saat itu Israel diperhadapkan dengan masalah. Dikisahkannya saat itu hama belalang melanda bangsa itu sehingga mereka tidak mempunyai makanan. Ia (Nabi Yoel) meminta untuk semua bertahan karena ada waktunya Allah mencurahkan Roh Tuhan kepada mereka yang akan menolong mereka dalam menghadapi tantangan.
Menurut dia, tujuh abad baru Nubuat Yoel ini terjadi. “Kita bisa membaca Kisah Para Rasul Pasal 2;16-17, menyebutkan Nubuat Nabi Yoel. Raul Paulus mengutip nubuatan Yoel untuk menegaskan apa yang dinubuatkan Yoel terwujud saat Allah mencurahkan Roh Kudus kepada Para Rasul. Dibacanya Kisah Para Rasul 2;16-17, tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan Nabi Yoel: Akan terjadi pada hari hari terakhir -demikianlah Firman Allah- bahwa aku akan mencurahkan Roh-ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki laki dan perempuan akan bernubuat dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan, dan orang orang yang tua akan mendapat mimpi.
Menurutnya, Nubuat Nabi Yoel ini ada tiga kategori. Ini penting diketahui saudara saudara, mengapa?. Orang tua dianggap sebagai pemimpin dan penentu kebijakan. “Contoh dalam acara adat, kumpul keluarga kita akan mendengarkan suara orangtua,” ucapnya sembari menambahkan betul kata Yoel Roh Allah ada pada orangtua yang memimpin secara bijaksana.
Tetapi tambahnya Roh Tuhan juga dicurahkan pada orang muda. Karena itu anak muda tiddak boleh dianggap enteng. Karena memiliki Roh orang muda harus menjadi berkat bagi semua orang. Begitu juga anak anak. Yoel mau tegaskan anak anak pun dipenuhi Roh, supaya sekat sekat karena usia tidak boleh membatasi karya Allah.
Ditegaskannya Roh Tuhan dicurahkan bagi semua manusia dalam perbedaan usia. Karena itu menurut Yoel strata sosial tidak berlaku bagi pekerjaan Roh Kudus. “Bahasa apapun, suku apapun, strata sosial apapun, perbedaan usia sekalipun kita ada dalam satu Roh yang memberi kehidupan kepada kita dan tidak mengklaim hanya orang orang tertentu saja yang dipenuhi Roh Kudus,” ujarnya.
Gereja itu menurut dia ada dari zaman ke zaman dan waktu ke waktu karena roh kudus. “Sebentar saya akan pergi meninggalkan dunia Allah memberikan Roh kepada orang muda untuk melanjutkan karya Allah. Siapapun tidak dapat menghambat dan membendung pekerjaan Roh Kudus bagi gereja Tuhan,” tegasnya. Rasul Petrus kata Pdt. Boby biasa ia disapa meski seorang nelayan tetapi dipakai Allah untuk mengabarkan sukacita kepada dunia.
Yesus mau katakan Roh diberikan kepada para rasul mereka bangkit dan mengabarkan sukacita kepada dunia dalam berbagai bahasa. Orang sederhana dipakai untuk memberikan sukacita.
Roh Tuhan ujarnya memberikan kehidupan, spirit baru, kepada orang orang sederhana untuk mengabarkan sukacita kepada dunia dalam berbagai bahasa. “Roh Kudus yang kita rayakan saat ini adalah Roh yang memberikan kehidupan. Allah sudah mencurahkan kepada semua manusia tergantung kepda kita mau memberikan ruang kepada Roh untuk hidup atau tidak Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita harus mengubah hidup kita, supaya kita sungguh menjadi anak Tuhan yang menjadi berkat bagi orang lain,”tandasnya.
“Allah mencurahkan Roh Kudus agar kita menjadi berkat bagi banyak orang. Mari di hari Pencurahan Roh Kudus meski kita berbeda tetapi kita hidup karena Roh Kudus. Roh Kudus hidup, memampukan kita untuk berbuat baik bagi Tuhan dan sesama. Baik yang tua, muda, anak anak mari kita bertumbuh dalam Roh Tuhan, amin,” ujarnya mengakhiri khotbahnya.
Kebaktian ini diawali dengan prosesi pendeta sebagai pemimpin kebaktian dan para presbiter yang menjadi petugas dalam liturgi diiringi iringan musik sejumlah anak anak tanggung masuk dengan tarian tarian asal Flores, Pdt. Robert Litelnoni, petugas, anak anak yang menari dan jemaat mengenakan busana adat dari daerah Flores. (non)