Pena Batas RI-RDTL Sesalkan Sikap Bupati Belu dr. Agus Taolin

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Persatuan Jurnalis Belu Perbatasan (Pena Batas) RI-RDTL menyesalkan sikap Bupati Belu dr. Agustinus Taolin terhadap sejumlah wartawan saat menjalankan tugas peliputan kunker Deputi Bidang Pengelelolaan Batas Wilayah Badan Nasional Pengelola Perbatasan Robert Simbolon di PLBN Mota’ain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.

Pernyataan kesal Pena Batas RI-RDTL kepada Bupati Belu yang belum sepuluh hari dilantik itu lantaran sikapnya dinilai arogan dan terkesan kurang menghargai para jurnalis saat sesi wawancara kegiatan Rakor dan Konfirmasi Rencana Aksi Pelaksanaan Inpres nomor 1 tahun 2021, Rabu (05/05/2021) kemarin.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pena Batas RI-RDTL, Stefanus Dile Payong kepada awak media di Atambua, Kamis (06/05/2021) sore.

Dikatakan, Pena Batas menyesali sikap yang dilakukan oleh Bupati Belu kepada jurnalis saat sesi wawancara dimana sikap orang nomor satu di Kabupaten Belu itu dinilai arogan dan membatasi ruang gerak jurnalis.

Dikisahkan, sikap arogansi dan kurang menghargai para jurnalis ditunjukkan Bupati Belu Agus Taolin saat sesi wawancara usai kegiatan Rakor dan Konfirmasi Rencana Aksi Pelaksanaan Inpres nomor 1 tahun 2021 di PLBN Mota’ain kemarin.

Saat door stop, wartawan yang belum sempat wawancara langsung ditegur Bupati Belu dinilai arogan dengan mengatur wartawan tentang apa pertanyaan dan membatasi waktu pertanyaan. Hal seperti itu sudah dipahami wartawan sebelum melakukan door stop narasumber.

Ketika wartawan mengajukan pertanyaan kepada nara sumber yang adalah Pejabat dari pusat berkaitan dengan perhatian pemerintah bagi korban badai seroja, Bupati Agus langsung memotongnya sambil menyampaikan bahwa pertanyaan dari wartawan itu di luar konteks.

Padahal wartawan mengajukan pertanyaan kepada Pejabat dari pemerintah pusat yang kapasitasnya sangat tepat untuk menjelaskan atas pertanyaan tersebut. Sikap Bupati Agus dinilai belum paham secara benar cara kerja dan etika profesi jurnalistik.

Tidak saja itu, sikap kurang menghargai wartawan ditunjukan lagi Bupati Belu, Agus Taolin. Dengan nada tegas dan dihadapan banyak orang, Bupati Agus meminta seorang wartawan RRI, Febi Leo Lede yang sedang menopang tangan di meja untuk berdiri lurus saat mewawancarai nara sumber.

“Berdiri lurus, simpan botol baru bertanya,” sebut Evan sapaan akrab Ketua Pena Batas itu mengutip pembicaraan Bupati Belu kepada wartawati RRI Atambua itu.

Semua perintah Bupati diikuti wartawan saat itu dan tidak melakukan protes banyak karena wartawan memahami jalurnya dan tidak ingin terjadi inseden di saat ada kunjungan Pejabat Pusat.

Masih menurut Kontributor MNC Group itu, sikap arogansi, intimidasi dan kurang menghargai wartawan sebelumnya terjadi saat melakukan tugas peliputan di sela-sela sesi wawancara Bupati Agus saat sidak di RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua.

Bupati melarang wartawan menulis hal-hal negatif yang ada di Kabupaten Belu, tetapi hanya menulis hal yang positif. Wartawan memaklumi ketika Bupati menyampaikan pernyataan tersebut bersifat mengajak, namun pada kenyataannya Bupati lebih bersifat memaksa.

Sikap arogansi dan kurang menghargai wartawan juga kembali ditunjukan Bupati Agus Taolin saat kegiatan peninjauan lahan untuk relokasi warga korban bencana pada Kamis (29/04/2021) lalu.

Saat sesi wawancara Bupati Belu Agus Taolin terlebih dahulu mengecek keberadaan wartawan dengan mengeluarkan kata-kata yang cukup tegas. “Dari mana, mau tanya apa?,” tegas Bupati sambil menunjukkan jari ke hadapan wartawan.

Terhadap beberapa kejadian itu, awak media di Kabupaten Belu sungguh menyesali sikap Bupati Belu Agus Taolin. Pasalnya, pemimpin yang gencar dengan seruan tagline perubahan perilaku untuk membangun Belu tapi justru Bupati sendiri menunjukkan sikap tidak menghargai profesi orang lain.

“Terkait dengan kejadian ini saya sebagai Ketua Pena Batas RI RDTL sangat meyayangkan sikap dan sifat Bupati yang terkesan arogan dan mengintimidasi kebebasan pekerja pers dalam mencari dan membutuhkan informasi,” tegas Evan.

“Sebagai pekerja pers kita merasa sangat di batasi dalam membutuhkan informasi. Kita memahami karena Pak Bupati baru bertugas, namun sebagai pejabat publik dan sebagai mitra seharusnya Pak Bupati tidak pantas menunjukan sikap seperti itu, apalagi semua kejadian itu terjadi di hadapan masyarakat banyak,” tambah dia.

Lanjut Evan sebagai jurnalis yang juga wartawan TV MNC Group menegaskan, pihaknya tidak butuh untuk dihormati atau dihargai. Tapi sebagai mitra kerja, kita harus saling menjaga, mendukung dan bersinergi dalam memajukan dan membangun daerah Kabupaten Belu.

Terpisah Bupati Belu, Agus Taolin yang konfirmasi awak media terkait kekecewaan Jurnalis Belu atas sikap Pak Bupati di PLBN Mota’ain menuturkan bahwa, iya bertanya harus sopan, kecewa tidak apa. Jangan tanya tangan tongkat dll.

Silahkan kecewa, itu bagian dari sopan santun. Siapa namanya yang kecewa, nomor ini ya tanya Bupati Agus.

“Iya tidak apa kecewa. Suruh sampaikan kekecewaan ke Kominfo. Kekecewaan ditampung di sana dan ia juga meminta Ketua Pena Batas buat surat,” ucap Bupati Agus.