Dua Juta Babi di NTT Terancam Serangan Virus ASF
Kupang, NTTOnlinenow.com – Kurang lebih 2 juta ekor babi di NTT terancam serangan virus African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika yang saat ini sudah mewabah di Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Kepala Dinas Peternakan NTT, Danny Suhadi sampaikan ini kepada wartawan di Kupang, Senin (14/10/2019).
Danny mengatakan, otoritas kesehatan hewan RDTL dalam koordinasinya dengan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau OIE terungkap bahwa ASF menyerang ternak babi di negara pecahan Indonesia itu. Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) telah menyampaikan kewaspadaan dini dan terus melakukan upaya pengawasan dan pencegahan masuknya virus ASF ke Indonesia.
“Gubernur telah mengeluarkan surat edaran meminta semua daerah untuk waspada terhadap masuknya virus demam babi Afrika dari wilayah Timor Leste, terutama kabupaten yang berbatasan langsung dengan RDTL,” kata Danny.
Ia menyatakan, ada sejumlah langkah antisipatif yang telah dilakukan untuk mencegah masuknya virus ASF ke wilayah NTT. Langkah yang telah diambil antara lain berkoordinasi dengan petugas perbatasan di pos lintas batas Mota’ain, Sini dan Notamasin. Juga berkoordinasi dengan Balai Besar Karantina Hewan. Bahkan semua kendaraan dari RDTL yang hendak masuk wilayah NTT, roda dan kendaraan disemprot dengan cairan.
“Kita lakukan berbagai langkah antisipatif karena belum ada vaksin untuk mencegah virus yang mematikan ternak babi,” tandas Danny.
Pada kesempatan itu ia mengimbau kepada seluruh masyarakat NTT untuk tidak mendatangkan daging olahan atau daging beku dari babi dari RDTL. Juga tidak melakukan pemesanan secara online walau harga dagingnya jauh lebih murah.
“Daging olahan itu bukan hanya babi tapi semua jenis ternak lainnya untuk mencegah masuknya virus ASF ke wilayah NTT,” ujar Danny.
Asisten II Setda NTT, Semuel Rebo mengungkapkan, para petugas telah mengambil sampel ternak babi milik petani pada beberapa daerah di Pulau Timor untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Memang sampai saat ini, belum ada laporan mengenai kasus ternak yang terserang virus ASF di provinsi ini.
“Walau belum ada laporan kasus ASF, tapi kita perlu waspada karena NT berbatasan langsung dengan negara RDTL,” ujar Semuel.
Menurutnya, Pemerintah NTT telah menggelar rapat koordinasi bersama Karantina Pertanian Kupang dan instansi terkait setelah menerima laporan bahwa virus ASF semakin meluas dan telah mewabah di beberapa negara Asia, termasuk RDTL. Pengujian terhadap sampel babi yang mati telah dilakukan di Australia untuk mengetahui penyebab kematian massal itu. Dari semua sampel babi yang dikirim untuk diuji, 41 persen dinyatakan positif terserang virus ASF.
“Virus ASF mengancam populasi ternak babi di NTT, mengingat NTT merupakan daerah peternakan babi terbesar di Indonesia,” tandas Semuel.