Menkum HAM Harus Jelaskan Alasan Menitip Narapidana Teroris di NTT

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Menteri Hukum (Menkum) dan HAM, Yasona Laoly harus menjelaskan alasan menitip narapidana teroris (Napiter) di lapas dan rutan di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Selestinus sampaikan ini dalam keterangan persnya yang diterima media ini, Rabu (23/5/2018).

Petrus mengatakan, hingga saat ini publik NTT tidak pernah tahu ada napiter yang dititipkan di lapas dan rutan di NTT, termasuk jumlah yang dititip dan untuk alasan apa titip napiter di NTT. Ini namanya kebijakan pusat yang kontra produktif karena mendekatkan napiter dengan obyek-obyek yang selama ini menjadi target teroris.

Selain itu hak masyarakat NTT untuk tahu bahkan ikut menentukan dapat tidaknya napiter dititip di NTT diabaikan pemerintah. Padahal masyarakat NTT berperan besar dalam menjaga NKRI, merawat Kebhinekaan, Pancasila dan UUD 1945.

“Teroris adalah musuh rakyat, karena itu menitipkan napiter di lapas dan rutan di NTT adalah langkah yang kontra produktif,” kata Petrus.

Dia menyatakan, pemerintah pusat harus mengubah model pendekatan kekuasaan yang dilakukan secara berlebihan terkait penempatan napiter di NTT dengan cara pendekatan yang lebih beradab dan harus transparan. Itulah demokrasi dan cara memberi penghormatan terhadap HAM yang adil dan sehat. Jangan hanya HAM-nya napiter yang dianggap lebih penting sedangkan HAM masyarakat NTT diabaikan.

“Hentikan kebijakan yang selalu menganggap semua keputusan yang datang dari pusat selalu benar dan wajib ditaati,” tandas Petrus.

Petrus menegaskan, yang harus dilakukan adalah sesegera mungkin menarik napiter titipan. Publik NTT tidak mau hal-hal yang berbau teror dan terorisme apalagi yang bermotif politik untuk membubarkan NKRI, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan UUD’1945 tumbuh dan berkembang di NTT. Dimana pada gilirannya menjadikan NTT sebagai target teroris.

Advokat Peradi ini menyatakan, pihak Kanwil Kemenkum HAM dan Polda NTT perlu segera mendata ulang secara cermat siapa saja tamu para napiter yang sering melakukan aktivitas kunjungan keluarga kepada napiter titipan itu. Juga harus diketahui apakah mantan anggota dan pengurus HTI di NTT juga melakukan kontak komunikasi dengan sejumlah napiter sebagai titipan di sejumlah lapas dan rutan di NTT.

“Ini semua harus jelas demi menguji loyalitas aparat di NTT, apakah loyalitasnya tunggal hanya kepada NKRI atau ada yang memiliki loyalitas ganda,” papar Petrus.