Satlantas Sumba Timur Anti 3S Perlu Pembinaan

Bagikan Artikel ini

Laporan Mohammad Habibudin
Waingapu, NTTOnlinenow.com – Anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Sumba Timur yang anti tentang Salam, Sapa dan Salam (3S) perlu dilakukan pembinaan terhadap anggotanya dalam melaksanakan tugasnya dan hindari cara seram dan kasar terhadap pelangar berlalu lintas.

Menurut seorang tokoh masyarakat kota Waingapu yang tak mau disebut namanya ketika dimintai komentarnya Minggu (25/2/2018) mengatakan, jika dilihat kinerja Satlantas Sumba Timur masih ada juga anggota yang bertugas menangani pelanggaran lalu lintas dengan cara seram dan kasar terhadap pelanggar lalu lintas karna belum mengerti tentang 3S.

“Saya pikir ini perlu pembinaan mental terhadap anggota Satlantas itu, kalau yang masih pake cara seram dan kasar berarti anggota itu belum mengerti arti Salam, Sapa dan Senyum kepada pelanggar lalu lintas, padahal 3S itu yang sering disuarakan polisi kepada masayarakat”katanya.

Ia menambahkan, polisi harus selalu tersenyum khususnya Satlantas Sumba Timur dengan cara unik, salah satunya adalah pembinaan anggota ketika menahan pelanggar berlalu lintas dengan cara santun dan ramah dengan ciri khas 3S.

“Ini salah satu langkah revolusi mental terhadap anggota Satlantas Sumba Timur, karna sampai saat ini masih ada juga anggota Sat Lantas yang gaya seram terhadap pelanggar lalu lintas,”ungkapnya.

Hal yang dialami salah seorang pewarta di daerah Sumba Timur menuturkan, kekesalannya terhadap seorang anggota Satlantas yang menahannya dengan cara seram dan gayanya tersendiri seakan menunjukan namanya dicatat.

“Sikap ini tentu sangat disayangkan karna sudah bertentangan dengan instruksi Kepolisian bila menjalankan tugas agar selalu tersenyum dalam melayani masyarakat dengan santun agar merubah kesan seram sehingga masyarakat merasa lebih dekat dengan polisi,”ujarnya.

Lanjutnya, sikap anggota Sat Lantas itu mungkin belum memahami tentang 3S tentunya perlu pembinaan khusus agar diberikan pemahaman maksimal sehingga tidak lagi terjadi terhadap masyarakat Sumba Timur.