HIV/Aids Kini Sangat Akrab dengan Kelompok Marginal

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Kasus HIV/Aids bukan lagi menjadi milik orang kaya atau suka hidup glamour, tapi sudah sangat akrab dengan kelompok marginal, termasuk ibu rumah tangga dan balita. Pemerintah bersama elemen terkait seperti Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi harus gencar melakukan sosialisasi hingga ke pelosok- pelosok daerah.

Anggota Komisi V DPRD NTT, Yohanes Rumat sampaikan ini kepada wartawan di Kupang, Kamis (5/10/2017).

Jhon, demikian Yohanes Rumat biasa disapa mengatakan, dulu orang dengan HIH/Aids adalah kelompok orang kaya yang suka membelanjakan sex secara bebas atau berganti pasangan. Sehingga jumlahnya pun sangat terbatas. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup yang lebih layak, banyak orang memilih untuk bekerja di luar daerah, bahkan luar negeri.

Menurutnya, dengan penghasilan yang didapat dan perubahan pola hidup, yang bersangkutan pun membelanjakan sex secara bebas. Akibat hubungan sex tidak aman itu, akhirnya terinfeksi HIV bahkan sampai pada tingkat Aids. Walau demikian, yang bersangkutan tidak memeriksakan diri di layanan kesehatan, padahal sudah terinfeksi HIV.

Sekembalinya ke kampung halaman, lanjut wakil rakyat asal daerah pemilihan Manggarai Raya ini, menikah dan atau berhubungan sex dengan isteri sah. Akibatnya, isteri yang tidak tahu riwayat infeksi HIV/Aids yang diidap suaminya, akhirnya ikut terinfeksi kasus yang membunuh imun tubuh itu. Selanjutya, keturunan yang dihasilkan pun terinfeksi HIV.

“Kita minta agar sosialisasi tentang bahaya HIV/Aids harus sampai ke daerah- daerah terpelosok dan kaum termarginal sehingga mereka sadar akan pentingnya memeriksakan kesehatannya,” kata Jhon.

Selain HIV/Aids, lanjut anggota Fraksi PKB ini, penyakit tuberkolosis dan malaria juga masih sangat tinggi di NTT. Sosialisasi dan pembagian fasilitas kelambu pun harus dilakukan merata hingga ke pelosok daerah, terutama di kantong- kantong tuberkolosis dan malaria. Jika ada kendala yang dihadapi terkait anggaran, dewan tentunya melalui politik anggaran siap mendukungnya, apalagi sangat bersentuhan dengan masyarakat kecil.

Anggota Komisi V dari Fraksi PDI Perjuangan, Kristofora Bantang mengatakan, Aids, tuberkolosis dan malaria (ATM), terutama sangat berkaitan dengan pola hidup sehat, di samping ada faktor eksternal lainnya. Selama ini, tiga masalah kesehatan ini mendapat dukungan dan perhatian dari Global Fund (GF) ATM. Namun sesuai kontrak, masa kerja tersisa kurang lebih tiga tahun. Dalam kurun waktu yang ada, pemerintah harus memanfaatkan secara maksimal program GF, agar ATM bisa ditekan.

“Pada masa transisi ini, pemerintah harus lebih serius lagi dan butuh dukungan lembaga dewan melalui politik anggaran, sehingga program yang telah dirintis GF itu bisa berkelanjutan,” tandas Feni, demikian Kristofora Bantang biasa disapa.

Dia berargumen, jaringan yang sudah dibangun GF harus berakar hingga ke daerah yang rentan malaria dan tuberkolosis. Sosialisasi tentang asupan gizi yang memadai dan pengelolaan makanan pun, harus dimaksimalkan. Jika tubuh mendapat asupan gizi dan makanan yang cukup, tentunya penyakit lain sulit menyerangnya.

“Dinas Kesehatan sebagai ujung tombak, harus mampu bekerja semaksimal mungkin melakukan berbagai program dan sosialisasi yang bersentuhan dengan masyarakat di pelosok- pelosok daerah,” pungkasnya.