Ahok: Kecurangan Dalam Demokrasi sama dengan Korupsi

Bagikan Artikel ini

Jakarta, NTTOnlinenow.com – Kecurangan dalam demokrasi untuk meraih kekuasaan itu sama dengan korupsi, karena ujung tombak dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat, tegas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pernyataannya menyambut hari Anti Korupsi Nasional.

“Kunci untuk melakukan upaya dalam mencegah korupsi adalah dengan keterbukaan, termasuk untuk kampanye. Karena akar permasalahan di negeri ini adalah korupsi. Untuk menyelesaikan korupsi yang sangat utama adalah transparansi. Tanpa itu mustahil (diberantas),” kata Ahok, cagub nomor urut dua Pilkada DKI di Rumah Lembang, Jumat (09/12/2016) pagi.

Eks-Bupati Belitung Timur dalam rilis fraksi Nasdem mencontohkan bagaimana semangat transparansi diterapkannya dalam penggalangan dana kampanye dan masalah proyek yang ada di DKI. “Coba bayangkan kalau untuk meraih kekuasaan ini dengan cara korupsi, bagaimana kita mau bicara demokrasi.”

Basuki yang sudah tiga kali menerima penghargaan sebagai tokoh antikorupsi nasional, selalu menerapkan keterbukaan dalam setiap pekerjaan proyek yang dilakukan di lingkungan Pemda DKI.

Hal ini juga diceritakan oleh teman lama gubernur petahana DKI Jakarta ini, Gus Sholeh MZ. Dia bercerita, bahwa dirinya pernah mendatangi Ahok dengan membawa tiga orang pengusaha untuk mempermudah proyek yang dilakukan. Tapi oleh Basuki Tjahaja Purnama malah ditolak dan meminta mengikuti prosedur yang berlaku.

Baca : DPRD TTU Dukung Pembangunan Patung Kristus Raja Tertinggi di Dunia

“Saya mendatangi saudara saya ini, ahok, dengan tiga orang teman pengusaha untuk diperkenalkan kepada Bapak Ahok. Tapi oleh saudara saya ini ditolak mentah-mentah dan disarankan untuk mengikuti lelang secara online sesuai sistem yang sudah dijalankan. Jadi kalau bapak/ibu yang mendukung Bapak Basuki jangan pernah berharap mendapat embel-embel proyek apapun, jadi harus lillahi ta’ala,” jelas Gus Sholeh.

Ahok ‘bikin’ pesantren di Beltim
Kisah ini berawal ketika Gus Sholeh membantu Ahok saat pemilihan Bupati Belitung Timur (Beltim). Dia membantu kampanye Ahok yang saat itu berjanji mendirikan pesantren di Bangka Belitung jika memenangi pemilihan. Tak disangka, Ahok menang telak menjadi Bupati Belitung Timur. “Begitu Ahok menang, saya langsung ditelepon sama dia. ‘Alhamdulliah puji Tuhan, kita bisa bikin pesantren’,” kata Gus Sholeh menirukan ucapan Ahok.

Gus Sholeh berdecak kagum, karena hal pertama yang diingat Ahok saat menang adalah menenuhi janjinya mendirikan pesantren. Tidak lama berselang, didirikan pesantren di atas tanah seluas 20 hektare yang merupakan tanah pemerintah di Bangka Belitung. Karena itu, Gus Soleh heran jika ada tudingan Ahok menistakan agama Islam. Dia mengaku melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keluarga Ahok memperlakukan agama lain tanpa membeda-bedakan.

Gus Sholeh mengaku datang ke Rumah Lembang bukan karena undangan Ahok, tapi salah satu relawan pendukung Ahok-Djarot. “Makanya saya datang bukan untuk yang lainnya. Tapi untuk mewujudkan yang saya diskusikan dengan Pak Ahok di waktu awal beliau menjadi Bupati di Belitung Timur. Mewujudkan sila ke-lima yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, Ahok yang berada di samping Gus Sholeh juga mulanya tidak tahu kedatangan teman lamanya tersebut. “Tadi pagi aku agak pangling. Ini kayak Gus Sholeh. Saya itu enggak begitu suka memanfaatkan temen untuk kepentingan pribadi. Temen-teman kiai tidak ada satu pun yang saya ajak-ajak. Ini aja (Gus Sholeh) enggak kasih tahu saya, (tiba-tiba) nongol,” tutup Ahok.