Ratusan Masyarakat Datangi PLN Ruteng

Bagikan Artikel ini

Sekitar ratusan pelanggan PLN Rayon Ruteng Kabupaten Manggarai, Flores-NTT, Selasa (19/7/2016) pagi, datangi PLN Rayon Ruteng untuk bertemu dengan kepala PLN Ruteng hendak mempertanyakan aturan PLN Ruteng tentang migrasi (pengalihan) meteran lama ke meteran prabayar (meteran pulsa).

Namun gagal bertemu karena diinformasikan bahwa yang bersangkutan saat ini masih berada diluar daerah.

Dengan begitu, mereka berjanji, Sabtu (23/7/2016) mendatang akan mendatangi kantor DPRD Manggarai untuk mengadu persoalan yang mereka alami saat ini.

Disaksikan NTTOnlinenow.com pagi tadi, ratusan pelanggan PLN itu berkumpul didepan halaman kantor PLN Ruteng.

Kepada wartawan mereka mengaku kedatangan mereka tanpa dikomando atau difasilitasi oleh siapapun, tetapi murni sebagai pelanggan PLN Ruteng yang tidak terima dengan kebijakan pihak PLN Ruteng yang memaksa pelanggan melakukan pengalihan meteran lama ke meteran prabayar.

Selain itu mereka juga mengaku tidak puas dengan langkah sepihak yang dilakukan oleh pihak PLN, dimana proses migrasi tidak dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kemasyarakat luas. Tetapi secara tiba-tiba diganti, lalu dibebani dengan biaya keterlambatan bagi pelanggan yang terlambat migrasi.

Ditambah lagi dengan sikap arogansi petugas PLN yang tidak mengedepankan etika sopan santun sebagaimana budaya manggarai yang sebenarnya, tetapi mereka secara sepihak melakukan pergantian meteran tidak melibatkan atau tanpa sepengetahuan pemilik rumah sebagai pemilik meteran.

Seperti yang dialamai oleh Vinsensius Jehadut warga kampung Ka Ruteng, Kecamatan Langke Rembong bersama Silvester Jeharum Kepala Sekolah Loce, kecamtan Reo. Oleh petugas PLN meteran mereka diambil dan diganti tanpa sepengetahuan mereka.

“Saya marah karena mereka mengambil meteran saya tanpa sepengetahuan saya sebagai pemilik. Tiba-tiba mereka ganti dengan meteran pulza,” tutur Jehadut

Hal serupa pula ternyata dialami oleh Silvester Jeharum, Kepsek Loce kecamatan Reok. Meteran miliknya diambil sepihak oleh petugas PLN saat dirinya masih berada di sekolah. Atas ulah petugas PLN itu, dirinya sempat melaporkannya kepada pihak kepolisian sektor (Polsek) Reo ketika itu, namun akhirnya diselesaikan secara damai.

Sejumlah pelanggan yang tak mau dimediakan namanya kepada wartawan mengaku menolak kehadiran meteran pulza, sebab sudah lama mereka menggunakan meteran lama namun tidak pernah bermasalah.

“Selama ini kami tidak ada masalah. Kami selalu mengutamakan kewajiban sebagai pelanggan. Apalagi ini bukan aturan pemerintah pusat. Ini hanya kebijakan PLN NTT. Kalau ini aturan undang-undang, silahkan tunjukan itu kepada kami. Bahwa memang ada meteran pulza tetapi sifat tidak memaksa kehendak pelanggan,” ungkap beberapa pelanggan  listrik itu kepada wartawan.