Saat Siklon Tropis Seroja Tugas Perempuan Semakin Berat

Bagikan Artikel ini

Kupang, NTTOnlinenow.com – Pada saat bencana Badai Siklon Tropis Seroja tugas perempuan semakin berat untuk memastikan keterpenuhan kebutuhan rumahtangga, sehingga rentan terhadap masalah kesehatan termasuk kesehatanreproduksi. Keamanan perempuan juga terganggu karena tempat tinggal yang tidak aman.

Demikian fakta yang ditemukan dan diangkat dalam lokakarya sehari terkait Profi Kesetaraan Gender Disabilitas dan InklusiSosial (GEDSI) di NTT, Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bersama Bapelitbangda NTT dan lembaga terkait melakukan lokakarya sehari, Rabu 30/6), dalam Siaran PERs yang diterima Redaksi.

Disebutkan beberapa hal yang menarik adalah seperti Data BPS pada tahun 2022, jumlah penduduk Nusa Tenggara Timur adalah 5,466,365 dengan persentase yang hampir sama antara laki-laki dari pada perempuan (L 49,90%; P 49,10%).

Menariknya, dari persentase ini, usia produktif perempuan sedikit lebih banyak (P: 50,28%; L: 49,12%), namun partisipasi angkatan kerjanya lebih sedikit disbanding laki-laki (P: 45,88%; L: 54,12%).

Banyak perempuan melakukan pekerjaan tak berbayar dibanding laki-laki (P: 70,85%; L: 29,15%); salah satunya adalah pekerjaan mengurus rumah tangga (83,82%).

Kepala Rumah Tangga (KRT) Perempuan di NTT 1.183.251, mayoritas memiliki beban ganda, aset produksi terbatas, tanggungan dalam rumah tangga, kesulitan mengakses modal sehingga sulit mengembangkan usaha. Tahun 2017 tercatat 120,876 anak dan 33.939 balita terlantar, sehinggamigrasi yang diimingkan dapat meningkatkan keterpenuhan kebutuhan rumah tangga seringkali menimbulkan lebih banyak persoalan baru.

Keluhan kesahatan perempuan di beberapalokasi dan waktu sering lebih tinggi dari laki- laki sepanjang tahun 2019–2021.

Angka kesakitan mulai menurun di tahun 2022 dengan terkendalinya pandemic COVID-19.
UPTD Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak NTT mencatat tahun 2022 terjadi 779 kasus kekerasan terhadap anak (KTA)P: 611, L: 168, mayoritas kasus kekerasan seksual pada anak perempuan. 802 kasus kekerasan terhadap perempuan dewasa (KTP), mayoritas kasus KDRT. Saat Pandemi COVID-19 KTP meningkat 50%, namun mereka kesulitan mengakses layanan akibat pembatasan.

Pada saat bencana Seroja tugas perempuan semakin berat untuk memastikan keterpenuhan kebutuhan rumahtangga, sehingga rentan terhadap masalah kesehatan termasuk kesehatanreproduksi. Keamanan perempuan juga terganggu karena tempat tinggal yang tidak aman.

Lebih klanjut diuangkapkan saat Pandemi COVID-19, perempuan lebih taat menjalan protokol kesehatan dibandingkan laki- laki. Lebih banyak perempuan (76,2%) mendapatkanvaksin dengan kesadaran sendiri dibandingkan dengan laki-laki (70,0%).

Situasi ini dipengaruhi oleh peran perempuan sebagai penanggung jawab perawatan kesehatan keluarga, sehingga mereka lebih banyak mengakses informasi kesehatan . Anak-anak, lansia dan difabel kurang mendapatkan akses vaksinkarena kurangnya pendataan yang lengkap dan kesulitan menjangkau tempat vaksin.

Dalam hak kesehatan hewan dan masyarakat, babi merupakan hewan piaraan yang penting dalam kehidupan masyarakat NTT. Umumnya dipelihara di sekitar rumah dan mayoritas perempuan bertanggungjawab dalam pemeliharaan (membersihkan kandang, menyiapkan dan memberimakan, membeli obat dan memanggil vaksinator untuk vaksin ternak) .

Saat penyakit ASF/Flu babi perempuan merupakan kelompok terdampak. NTT kehilangan sekitar 500.000-an babi dengan kerugian mencapai miliaran rupiah. Sama halnya dengan kasus kehilangan pekerjaan akibat COVID 19.

Kerugian ini dapat mempengaruhi kondisi perekonomian keluarga, kesehatan, nutrisi kesehatan ibu hamil dan anak (stunting), bahkan konflik dalam rumah tangga atau kekerasan.

Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara tradisional dengan pengetahuan yang terbatas soal kesehatan hewan dan manusia. Sebagai contoh, tidak adanya pengetahuan tentang biosekuriti kandang ternak dan peternakan semi intensif membuat wabah ASF cepatsekali menyebar.

Dalam hal rabies, anjing merupakan hewan pelindung manusia dan penjaga aset keluarga dan komunitas. Umumnya lebih banyak perempuan berperan dalam pemeliharaan anjing, terutama dalam member makan atau merawat anjing sakit.

Anak merupakan kelompok yang senang bermain dengan anjing termasuk memprovokasi anjing (terutama anak laki- laki). Perempuan merupakan perawat utama dalam keluarga ketika anak tergigit anjing.

Saat kasus penyakit anjing rabies merebak di TTS, jumlah korban gigitan anjing 1.092 orang mayoritas pada kelompok anak. Terdapat 6 orang meninggal, 1 dewasa dan 5 orang anak (L: 4, P:.

Diitemukan fakta masih banyak kelompok yang belum terpapar informasi tentang rabies di masyarakat, terutama dalam hal penanganan gigitan dan interpretas isebera paparah gigitan anjing.

Informasi untuk pencegahan rabies belum secara cermat mempertimbangkan detil informasi yang dapat dipahami masyarakat, media yang sesuai dengan kelompok sasaran, serta bahasa yang digunakan dalam keragaman etnis dan bahasa yang ada.(*/non)