CD Bethesda Gelar Workshop Pengendalian HIV-AIDS Terpadu Berbasis Masyarakat
Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – CD Bethesda Yakkum Yogyakarta area Belu menggeelar workshop pengendalian HIV-AIDS secara terpadu serta berbasis masyarakat di Kantor Camat Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Kamis (30/3/2023).
Kegiatan dibuka Wakil Bupati Belu, Aloysius Haleserens dihadiri Koordinator CD Bethesda Yakkum area Belu, Camat Tasbar, Kapus Tasbar, Kapus Atambua Selatan, Koordinator Kabupaten P3MD Kabupaten Belu, WPA Tasbar, KDS Tasbar, Koordinator KPM, Kader kesehatan serta tokoh adat, Kades Bakustulama, Kades Tukuneno.
Dalam arahannya, Wabup Aloysius menyampaikan kasus HIV-AIDS di wilayah Belu sesuai data Dinas Kesehatan 2013 hingga Mei 2023 berjumlah 807 orang. Karena itu, dibutuhkan strategi pencegahan dan pengendalian HIV dan AIDS sangat penting.
Menurut dia, pencegahan dan pengendalian HIV dan AIDS tentunya akan sangat efektif apabila seluruh pihak terlibat bersama, kolaborasi dalam pencegahan penyakit virus tersebut. “Buang stigma negatif dan diskriminasi bagi ODHA di tengah-tengah masyarakat dan rangkul mereka,” ujar dia.
“Dalam rangka pencegahan harus kolaborasi, tidak saja bebankan kepada Pemerintah, LSM tapi kita semua harus bersama-sama. Karena, di tahun 2030 itu zero, sudah tidak ada lagi warga Belu yang terkena AIDS,” tambah Wabup Aloysius.
Koordinator CD Bethesda Yosafa Ician menyampaikan, sumber Dinas Kesehatan mencatat kasus HIV dan AIDS di wilayah Belu selalu mengalami peningkatan dari tahun 2013 – Mei 2022, sudah mencapai 369 kasus HIV dan 438 kasus AIDS. Kasus HIV dan AIDS berdasarkan jenis kelamin yaitu 50,34 pada perempuan dan 49,74 pada laki-laki, berdasarkan profesi Ibu Rumah Tangga (IRT) menempati urutan pertama. Kelompok umur, kasus paling tinggi ditemukan pada usia 20-29 tahun dan faktor resiko penularan tertinggi pada Heteroseksual.
Data kasus HIV dan AIDS berdasarkan wilayah kecamatan secara komulatif dari tahun 2013-Mei 2022 menunjukkan Kecamatan Tasifeto Barat menempati urutan keenam setelah Kecamatan Atambua Selatan, Kakuluk Mesak, Atambua Barat, Kota Atambua, Tasifeto Timur dengan jumlah 80 kasus. Berdasarkan wilayah pelayanan kerja puskesmas dari tahun 2013-Mei 2022 Puskesmas Atambua Selatan yang didalamnya termasuk Desa Tukuneno menempati urutan pertama dengan 129 kasus dan Puskesmas Halilulik di urutan keempat dengan 83 kasus.
Menurut Yosafat, tingginya kasus HIV dan AIDS yang terjadi juga dengan masih kuatnya stigma dan diskriminasi di masyarakat. Walaupun berbagai upaya penyebaran informasi sudah dilakukan, namun belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat agar memliki pemahaman yang komprehensif tentang isu HIV dan AIDS.
Strategi untuk melibatkan lebih banyak lagi anggota masyarakat yang memiliki kepedulian dan komitmen dalam penanggulangan HIV dan AIDS mesti terus dilakukan. Keterlibatan dan peran aktif masyarakat dalam isu HIV maka akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian target Three Zero pada 2030 yaitu tidak ada lagi penularan HIV, Tidak ada lagi kematian akibat AIDS dan tidak ada lagi stgma dan disknminasi pada orang dengan HIV dan AIDS (ODHA).
“Di wilayah Belu sudah dibentuk Warga Peduli AIDS (WPA) di 8 Desa/ Kelurahan yang merupakan perwakilan dari masyarakat WPA tidak dapat bekerja sendiri namun membutuhkan dukungan dan berbagai pihak, seperti Kecamatan, Puskesmas, Desa dan LPM/BPD. Posisi WPA sangat strategis dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV. Keterlibatan WPA dan stakeholder terkait ini diharapkan akan memberikan dorongan besar terhadap upaya-upaya pencapaian Three Zero,” terang Yosafat.
Dijelaskan, tujuan workshop ini guna memberikan pemahaman kepada peserta tentang HIV dan AIDS serta Program dan Strategi Puskesmas Dalam Penanggulangan HIV dan AIDS berbasis masyarakat. Memberikan pemahaman kepada peserta tentang Penganggaran Program HIV dan AIDS di Tingkat Desa.
Selain itu, memberikan pemahaman kepada peserta tentang program HIV dan AIDS yang membutuhkan keterlibatan Masyarakat. Merumuskan peran, strategi dan komitmen WPA dan stakeholder di Desa dan Kecamatan terhadap isu HIV & AIDS di masyarakat.
Kita harapkan, para peserta kegiatan memahami tentang HIV dan AIDS serta Program dan Strategi Puskesmas dalam Penanggulangan HIV dan AIDS berbasis masyarakat. Memahami tentang Penganggaran Program HIV dan AIDS di Tingkat Desa. Memahami tentang program HIV dan AIDS yang membutuhkan keterlibatan masyarakat, serta ada rumusan peran, strategi dan komitmen WPA dan stakeholder di Desa dan Kecamatan terhadap isu HIV dan AIDS di masyarakat.