PR II Unkriswina Sumba Ceritera Soal Geliat Anggota Dasawisma di Kambatabundung
Laporan Mohammad Habibudin
Waingapu, NTTOnlinenow.com – Optimalisasi kinerja dasawisma merupakan harapan bagi Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Tim Peggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) hingga ke tingkat Pedesaan untuk mampu mengoptimalkan kelompok dasawisma di level paling bawah.
Salah satunya adalah geliat anggota dasawisma di Desa Kambatabundung, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur NTT Solvina Kahi Timba yang ditemui Pembantu Rektor (PR) II Universitas Kristen Wira Wacana (Unkriswina).
PR II Unkriswina Sumba Siti Suryani, SE, MSA saat ditemui Senin (14/11/2022) mengaku, di akhir pekan ketika tidak ada aktifitas Kampus Unkriswina Sumba. Ia selaku wakil ketua 1 TP-PKK Sumba Timur melakukan kegiatan sosial dengan memonitoring secara dekat geliat dasawisma di Desa-desa dalam memerangi stunting.
“Yah, kebetulan tidak ada kegiatan di kampus maka hari Sabtu 12 Nopember 2022 kemarin. Saya lakukan kegiatan sosial dengan memonitoring secara dekat geliat dasawisma di Desa-desa untuk kita perangi stunting di daerah kita Sumba Timur,”kata Suryani.
Menurut Suryani, ketika melakukan monitoring di Desa Kambatabundung. Salah satu anggota dasawisma Solvina Kahi Timba menceriterakan bahwa aliran air sebenarnya sudah ada di Desa sejak tahun 2018 lalu sudah masuk di halaman rumah namun meskipun ada air iapun tidak menanam sayur. Ia hanya membeli sayur dengan harga Rp 10.000,- itupun jika ada uang kalau tidak ada uang maka tidak dapat membeli sayur.
“Memang itu yang mereka hadapi di Desa yang sebenarnya air itu ada tetapi mereka belum memanfaatkan untuk melakukan kegiatan menanam. seperti mereka mau makan sayur harus beli lagi. Itupun kalau ada uang kalau tidak ya makan nasi kosong,”tutur Suryani mengutip pernyataan Solvina.
Lanjut Suryani, pada bulan September 2022 Solvina membuat kebun dirumah seluas 100M2 karena ada himbauan dari Bapak dan Ibu Desa bahwa dengan menanam sayur-sayuran kita bisa melawan dan perangi stunting.
“Jadi melalui dasawisma ini kita dihimbau untuk tanam sayur-sayuran maka ia harus membuat pagar untuk mengantisipasi ternak yang masuk kedalam kebun sedangkan untuk bibit mereka beli. Memang tanah kebun milik mereka agak kemiringan karena Desa itu diperbukitan. Tetapi ibu Solvina sangat kreatif mampu memenuhi kebun itu dengan berbagai tanaman sayuran seperti paria, kacang panjang, labu, kangkung, sawi, daun ubi, terong, tomat, bayam, bawang, lombok dan lainnya,”ungkapnya sambil acungkan jempol.
Suryani mengatakan, tanaman sayuran itu bervariasi sehingga setiap hari makan bisa berganti-ganti sayurnya sehingga tidak bosan makan sayur rasanya hanya tinggal beli garam dan bumbu saja untuk menyiapkan sayur di meja makan.
Suryani menanggapi hal itu, jika semua anggota dasawisma memiliki kebun dirumah seperti ini rasanya stunting pasti akan pergi jauh. Ia melihat di kebun itu hanya terdapat satu buah drum bekas untuk menampung air dan toples yang dilubangi untuk menyiram sayuran.
Sementara Solvina anggota dasawisma Desa Kambatabundung membenarkan, setelah menceriterakan pengalamannya tentunya tidak sulit mendapatkan sayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhan makan bersama keluarganya bahkan dapat membawa sayuran yang telah masak untuk kebutuhan anak penderita stunting.
Ia mengaku, kebun sayur ini selain bermanfaat untuk saya dan keluarga dalam kebutuhan makan sehari-hari namun dapat menjadi berkah berupa uang karena ada pembelinya. Selain itu juga jika ada yang mengambil sayur di kebun hanya untuk makan anaknya di beri uang Rp 5.000 – Rp 10.000.
“Tentu dengan usaha ini. Saya sangat bersyukur dan sayapun ingin memperluas usaha ini disamping punya kebun dan kolam ikan seperti di Desa Laimbonga maka itulah semangat wirausaha semoga kisah saya dapat menginspirasi anggota dasawarsa lainnya,”tutup Solvina Kahi Timba anggota Dasawarsa Desa Kambatabundung.