KONSEPSI MIKRO KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PENDEKATAN PENILAIAN

Bagikan Artikel ini

Oleh : Yohanes Umbu Sogara
Fakultas Hukum Unwira
hansmere@yahoo.co.id

Abstrak
Setiap bangsa mempunyai cita-cita yang ingin dicapainya, cita-cita tersebut mempunyai fungsi sebagai penentu tujuan nasional. Upaya untuk mencapai tujuan nasional dihadapkan pada berbagai Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) yang harus dihadapi dan ditanggulangi, untuk itu suatu bangsa harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang mampu melahirkan kekuatan nasional.

Demikian pula halnya dengan Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, telah menegaskan cita-cita dan tujuan nasionalnya sebagaimana tercantum di dalam pembukaan UUD 1945, juga tidak terhindar dari adanya Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Ganggugan yang membahayakan kesatuan dan persatuan bangsa. Oleh karena itu Bangsa Indonesia harus memiliki Ketahanan Nasional yang berisi keuletan dan ketangguhan, sehingga bangsa Indonesia mampu menghadapi dan mengatasi segala macam Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan yang berasal dari dalam negeri maupun yang datangnya dari luar negeri agar dapat mempertahankan eksistensi bangsa dan negara kesatuan republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Dalam upaya mempersiapkan bangsa Indonesia untuk membela negaranya, di tempuh beberapa cara, antara lain mempersenjatai bangsa Indonesia secara psikis/mental dengan ideologi Pancasila, menumbuhkan kecintaan ke pada tanah air, kerelaan berkorban dan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

konsepsi mikro Ketahanan Nasional digunakan sebagai pendekatan penilaian terhadap wilayah Timor, baik sebagai kondisi yang diinginkan maupun kondisi yang nyata tentang ketahanan nasional.
Sebagai penilaian awal kondisi yang digambarkan merupakan asumsi yang mungkin belum mampu mengangkat kenyataan yang sebenarnya. Namun demikian, bahan sekunder tentang Pulau Timor diambil sebagai dasar asumsi tersebut.

Kata Kunci : Ketahanan Nasional, Keuletan, Ketangguhan.

PENDAHULUAN
Tujuan kemerdekaan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 adalah “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Seluruh bangsa Indonesia terikat secara hukum untuk mewujudkan tujuan nasional baik berupa aktif fisik maupun psikhologis menunjang tercapainya tujuan nasional tersebut. Tidak ada seorang pun yang ingin dirinya hanya menjadi beban bagi bangsanya, setiap individu bangsa Indonesia ingin menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk mewujudkan bangsa yang adil dan makmur baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila.

Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia sudah menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mewujudkannya. Bangsa Indonesia sebagai bangsa pejuang akan selalu berusaha melindungi orang lain dan lingkungannya, setiap orang berperan dalam melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia dengan mempersenjatai dirinya baik secara fisik maupun psykhis.

Untuk mewujudkan kesejahteraan umum maka bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan disegala bidang kehidupan secara komprehensif integral (utuh menyeluruh), dimana permasalahan yang timbul dilihat dari berbagai aspek yang dilandasi oleh landasan ideologi Pancasila Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Pembangunan yang menghasilkan hajat hidup paling hakiki berupa kesejahteraan dan keamanan, pada dasarnya mengandung tiga komponen yang memerlukan pelaksanaan secara serentak yaitu :
a.Pengembangan fisik guna pertumbuhan bangsa secara fisik, misalnya pengembangan ekonomi, pengembangan militer.
b.Pembaharuan, yaitu proses moralistik yang berwujud sebagai semangat nasional untuk mencapai cita-cita nasional.
c.Modernisasi, yaitu proses perubahan kebiasaan cara berpikir dinamik dan responsif terhadap perubahan lingkungan dengan tetap memelihara nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Ketiga komponen tersebut menempatkan faktor manusia dalam posisi yang penting yaitu sebagai obyek yang menikmati hasil pembangunan dan sebagai subyek yang melaksanakan pembangunan. Disamping itu moralitas kebiasaan dan cara berpikir yang di dasarkan pada nilai-nilai yang di anut merupakan faktor internal manusia dalam melaksanakan pembangunan yang perlu terus dibina dan dikembangkan, karena hal tersebut akan mempengaruhi sistem kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Kualitas moral, nilai-nilai, cara berpikir yang tinggi akan menentukan kualitas diri pribadi manusia yang dalam hubungan sosialnya dapat mempengaruhi kualitas bangsa dan negara. Pembinaan tersebut secara ke dalam akan menimbulkan keuletan masyarakat yang pada gilirannya akan meningkatkan Ketahanan Nasional.1)

Sebagai suatu bangsa yang telah menegara, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya yang merdeka dan berdaulat sangat diperlukan adanya Ketahanan Nasional.

Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu bangsa, di dalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional.

Kekuatan nasional ini sangat diperlukan untuk mengatasi segala macam Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan baik yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kesatuan, keberadaan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Ketahanan Nasional hanya dapat diwujudkan apabila setiap individu/pribadi warga negara, setiap lingkungan dan setiap daerah mempunyai keuletan dan ketanggguhan dalam menghadapi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan. Dengan demikian anasir utama dalam Ketahanan Nasional adalah keuletan dan ketangguhan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Keuletan dan ketangguhan ini merupakan keluaran dari sistem Ketahanan Nasional, sehingga mempelajari Ketahanan Nasional dengan pendekatan keuletan dan ketangguhan dapat pula disebut sebagai pemahaman Ketahanan Nasional dengan pendekatan keluaran.

1)Soewarso, Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional, Keamanan Nasional, Alumni STT TNI-AL, Jakarta, 1982. Hal. 310

Dari uraian di atas, nampak bahwa Ketahanan Nasional secara mikro dapat merupakan pancaran pribadi (keuletan dan ketangguhan) manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dapat mewujudkan kemampuan untuk menumbuhkan postur kekuatan yang sebenarnya baik pribadi, masyarakat maupun bangsa. Berdasarkan pengamatan tentatif perhatian terhadap pendekatan mikro Ketahanan Nasional belum banyak dilakukan oleh para pengkaji. Para pengkaji cenderung untuk menggunakan pendekatan makro dengan memberi perhatian yang besar terhadap pendekatan utama asta gatra.

Agar intensitas konsepsi mikro Ketahanan Nasional dapat semakin tinggi dan komprehensif maka pendekatan mikro perlu dikembangkan lebih lanjut. Berawal dari kepentingan inilah penulis menyajikan tulisan dengan judul “Konsepsi Mikro Ketahanan Nasional Sebagai Pendekatan Penilaian” yang berarti memberikan bobot yang cukup terhadap faktor internal individu dalam kaitannya dengan Ketahanan Nasional.

Tujuan
Adapun tujuannya penulisan ini adalah untuk menyumbangkan pemikiran dalam kerangka pengembangan dan pemasyarakatan Ketahanan Nasional dengan menggunakan pendekatan mikro.
Dengan pendekatatan mikro tersebut akan di cari jawaban atas pertanyaan berikut :
a.Bagaimana pola pembinaan Ketahanan Nasional dengan pendekatan mikro.
b.Bagaimanakah konsepsi manusia seutuhnya.
c.Dalam kajian terhadap wilayah NTT (Pulau Timor), bagaimanakah kondisi keuletan dan ketangguhannya.
d.Bagaimanakah interaksi setiap dimensi yang di ajukan yakni dimensi Moral Pancasila (MPS), SOSPOL, SOSEK, SOSEUD, dan HANKAM.
e.Bagaimanakah kondisi Ketahanan Nasional wilayah NTT ( Pulau Timor) berdasarkan kondisi dimensi Ketahanan Nasional yang di miliki.
f.Upaya-upaya apakah yang di perlukan untuk mewujudkan Ketahanan Nasional yang di inginkan dengan pendekatan mikro sebagai pendekatan penilaian.

Ruang Lingkup dan Sistematika
Menyadari akan segala keterbatasan dan adanya keinginan yang mengarah pada upaya pembahasan yang lebih mendalam maka di perlukan adanya pembatasan ruang lingkup yaitu Konsepsi Mikro Ketahanan Nasional Sebagai Pendekatan Penilaian, dengan sub bahasan tentang eksistensi manusia dalam pembangunan guna meningkatkan Ketahanan Nasional, Internalisasi nilai-nilai moral kedalam struktur gestalt kehidupan naional dan Ketahanan Nasional sebagai kondisi. Selanjutnya akan dikaji kondisi Ketahanan Nasional yang di inginkan untuk di bandingkan dengan kenyataan kondisi pada saat ini, guna mengupayakan pembinaan terhadap keuletanan dan ketangguhannya.

Pra Anggapan
Dalam penyusunan tulisan ini digunakan pra-anggapan sebagai berikut ;
a.Bahwa konsepsi mikro Ketahanan Nasional merupakan suatu alternatif pemecahan masalah Ketahanan Nasional yang sifatnya menambah atau mendukung konsepsi yang telah di lakukan sebelumnya.
b.Bahwa konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia masih memerlukan pengembangan, karena sifat Ketahanan Nasional adalah berubah menurut waktu sehingga di butuhkan masukan-masukan berbagai alternatifpendekatan sejauh alternatif dan pendekatan tersebut tidak menyimpang dari Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Pembahasan
Perwujudan dan peningkatan Ketahanan Nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Wawasan Nusantara dilaksanakan secara realistik dan pragmatis sesuai dengan kemampuan yang ada. Oleh kaena itu di perlukan apresiasi yang tepat tentang kekuatan dan kelemahan kondisi Ketahanan Nasional, aspek yang kuat dijadikan pancangan kaki dan dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan memberikan kesempatan pada aspek yang lemah untuk diperbaiki dan diperkuat, sehingga lambat laun dapat diperoleh suatu kekuatan nasional yang serasi dan seimbang.

Politik dan strategi nasional yang bijaksana akan memperhatikan dan berpijak pada kondisi dan situasi Ketahanan Nasional Indonesia yang riil. Ketahanan nasional dikembang tingkatkan berdasarkan suatu sikap mental percaya pada diri sendiri. Komponen Ketahanan Nasional diantaranya adalah keuletan dan ketangguhan bangsa, yang berarti keuletan dan ketangguhan seluruh masyarakat Indonesia yang merupakan luaran (output) dari sistem Ketahanan Nasional.

Keuletan yang sifatnya ke dalam secara alami mewujud mendahului ketangguhan yang sifatnya ke luar, keuletan itu diperoleh melalui penciptaan keseimbangan diri manusia yaitu keseimbangan antara kemampuan intelektual dan emosional yang dilaksanakan oleh kalbu yang disebut manajemen pribadi.

Keuletan dan ketangguhan itu merupakan konsekwensi logis rasional dari kesadaran manusia dalam menjawab sapaan Tuhan berupa firman atau wahyu sebagaimana diajarkan dan diyakini oleh manusia yang beriman. Dari firman atau wahyu itu manusia menarik adanya suatu tugas, adanya suatu misi yang dibebankan atas pundak manusia yaitu antara lain menyembah dan mencintai pencipta, melanjutkan keturunan, memanfaatkan segenap karunia yang melimpah untuk keperluan hidupnya. Sehingga manusia dalam perjalanan hidupnya selalu menjalin hubungan dengan Tuhannya, dengan sesama manusianya dan dengan alam sekitarnya.

Keuletan yang sifatnya ke dalam yang mampu mengabsorbsi dampak lingkungan sebagai hasil manajemen pribadi dan ketangguhan yang memberikan dimensi kekuatan penangkalan (sifatnya memancar keluar) akan mempengaruhi nilai-nilai lingkungan sosialnya dalam berbagai dimensi kehidupan. Oleh karena itu kesatuan yang utuh yang terdiri dari dua kualitas (keuletan dan ketangguhan) akan dapat mewujudkan kemampuan untuk menumbuhkan postur kekuatan yang sebenarnya baik pribadi, masyarakat maupun bangsa.

Dari paparan di atas jelaslah kiranya bahwa manajemen pribadi akan menentukan keuletan yang berhasil diwujudkan sebagaimana diungkapkan oleh R. M. Sunardi tentang keuletan dan ketangguhan bahwa :
a.Tingkat ketaqwaan menentukan keuletan individu,
b.Manajemen pribadi menentukan keseimbangannya dalam dimensi etis, dan
c.Keuletan yang sifatnya ke dalam mendahului ketangguhan yang sifatnya keluar2).
Jadi keimanan seseorang akan mempengaruhi moralitasnya, moralitas akan membentuk keuletan manusia yang dipancarkan dalam ketangguhannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kualitas Manusia Sebagai Modal pembangunan guna meningkatkan Ketahanan Nasional
Masalah kualitas manusia dalam pembangunan merupakan salah satu masalah terpenting dalam semua tahap pembangunan karena dari segi manusianya pembangunan bertujuan terbentuknya manusia dengan kualitas yang sesuai dengan pembangunan. Pembangunan hanya mungkin dilaksanakan apabila pembangunan itu sekaligus berarti membangun manusia pembangunan3).

Persoalan tentang masalah kualitas manusia adalah apakah manusia sebagai tujuan atau sasaran pembangunan atau manusia sebagai sarana pembangunan?. Mungkinkah ditemukan suatu metode di dalam pendidikan kita yang sekaligus mampu menghasilkan manusia-manusia dengan efisiensi, efektivitas dan produktivitas tinggi dan serentak dengan itu mendapat kesempatan bertumbuh dan berkembang menjadi manusia utuh?. Untuk mendapatkan pemecahan persoalan ini R. M. Sunardi mengemukakan bahwa manajemen pribadi dapat mewujudkan keseimbangan antara kemampuan intelektual dan emosional, menentukan keuletan setiap individu dalam menghadapi setiap, ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. dalam mewujudkan tujuan hidup sesuai dengan tuntutan embanan hidup; manajemen pribadi juga membentuk ketahanan pribadi4).

2)R.M Sunardi, Pemahaman Ketahanan Nasional dengan Pendekatan Luaran, LEMHANNAS, Jakarta 1987.
3)J. Riberu, Masalah Sumber Daya Manusia Bagi Pembangunan Nasional, Makalah pada Konferensi Studi untuk Pembangunan, Cipayung, Mei 1970.
4)R,M Sunardi, op.cit hal 21.

Persoalan kualitas manusia dalam pembangunan di Indonesia dapat dilihat pada dua tingkat masalah, untuk jangka pendek masalah yang dihadapi adalah menentukan dan menumbuhkan suatu sistem pembinaan yang teratur, kualitas mana saja yang diperlukan oleh manusia di Indonesia sebagai pelaksana tahap lepas landas pembangunannya. Keadaan ini dapat dimengerti bila pada awal pembangunan para ilmuwan mempersoalkan halangan-halangan mental dalam menghadapi pembangunan, maka tahap selanjutnya patut dipersoalkan kualitas manusia yang cocok bahkan kualitas yang ideal untuk pembangunan, bukan hanya dalam segi kemampuan dan potensi manusianya tetapi juga menyangkut mentalnya.

Dalam jangka panjang yang ingin dicapai tentu bukan hanya kualitas teknis yang sangat diperlukan untuk mendukung proses lepas landas, melainkan kualitas lainnya yang memungkinkan perkembangan seseorang menjadi manusia yang utuh. Dengan kata lain persoalan jangka panjang adalah agar proses pembangunan dan hasil-hasil yang dicapainya tidak merugikan manusianya atau terlalu menghalangi perkembangannya sedangkan persoalan jangka pendek adalah supaya manusia dengan kualitas yang dimilikinya jangan menjadi halangan dan tidak merugikan pembangunan5).

Dalam proses menuju lepas landas salah satu persiapan terpenting adalah mengarahkan pranata sosial dan orientasi serta potensi manusianya untuk menyambut dan mendukung lepas landas, sehingga sangat diperlukan pembinaan keuletan dan ketangguhan pribadi manusia sebagai modal pembangunan dan bukannya manusia sebagai beban pembangunan.

R. M. Sunardi menyatakan bahwa keuletan dan ketangguhan merupakan kualitas yang dapat mewujudkan kemampuan untuk menumbuhkan postur kekuatan yang sebenarnya baik pribadi, masyarakat maupun bangsa dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional Indonesia. Keberhasilan dalam meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa sehingga pada akhirnya meningkatkan Ketahanan Nasional6).

5)Ignas Kleden, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, LP3ES, Jakarta, 1987, hal.108
6)R.M.Sunardi, op.cit hal. 15

Internalisasi Nilai Moral ke dalam Struktur Gestalt Kehidupan Nasional
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah mewujudkan diri dalam kehidupan menegara atau bangsa yang telah menegara. Sebagai suatu bangsa ia percaya akan adanya Tuhan yaitu kekuatan gaib yang membina hidup manusia sejak dilahirkan sampai berpulang kepadanya (sangkan paraning urip).

Tuhan melalui sifat kelahirannya telah menciptakan makhluk, salah satu diantaranya adalah manusia. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia dikaruniai berbagai kemampuan yang berbeda dari makhluk ciptaan lainnya yakni akhlak dan daya pikir. Dengan adanya kemampuan yang dimiliki oleh manusia ini maka ia dapat menangkap apa saja yang disampaikan Tuhan kepada umat manusia berupa firman atau wahyu melalui ajaran kehidupan yang memberikan pengetahuan dan kemudian diyakini yaitu pengetahuan adikodrati.

Melalui firman atau wahyu ini manusia dapat menarik adanya suatu tugas yang dibebankan atas pundaknya, dengan adanya dorongan tugas ini maka manusia bergerak dalam dua bidang besar yaitu dibidang universal filosofis dan dibidang sosial politik. Bergerak dalam bidang universal filosofis ini adalah bergerak dibidang yang ideal, idealistis (transenden) sebab ada dalam hati nurani manusia, sedangkan kegiatan dibidang sosial politik sifatnya nyata atau imanen.

Dalam bidang universal filosofis ada tiga aspek yang selalu menjadi pemikiran manusia yaitu hakekat hubungan manusia dengan kata hatinya dan dengan Tuhannya; hubungan manusia dengan sesama manusia dan; hubungan manusia dengan milik materiilnya.

Dalam bidang sosial politik ada dua kegiatan manusia yakni pertama, menyangkut tempat kedudukan manusia di atas bumi dan yang kedua, menyangkut zaman yakni waktu manusia hidup di atas bumi ini. Hasil pemikiran manusia dalam bidang universal filosofis diwujudkan dalam aspirasi bangsa, hasil perumusan aspirasi bangsa tersebut adalah Pancasila. Aspirasi bangsa ini kemudian diwujudkan dalam kenyataan dibidang sosial politik, dan untuk mencapai kenyataan itu aspirasi bangsa dituangkan dalam undang-undang Dasar 19457).

7)R.I. Soetopo, Pemikiran Tentang Wawasan Nasional, Suatu Pendekatan Universal/Filosofis, LEMHANNAS, 197
Telah menjadi kesepakatan kita bahwa nilai-nilai positif yang telah dianut oleh bangsa Indonesia baik yang berupa warisan nenek moyang bangsa Indonesia, maupun yang timbul sebagai upaya antisipasi terhadap perkembangan masa depan, terakomodasi di dalam budaya demokrasi Pancasila karena nilai-nilai yang terakomodasi dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus di internalisasikan dan di sosialisasikan kedalam seluruh sikap bangsa Indonesia.

Proses sosialisasi, internalisasi dan institusionalisasi Pancasila apabila berhasil di laksanakan akan menjadi identitas bangsa yang selalu di sadari dan di pelihara serta dikembangkan. Identitas bangsa dan nasionalisme yang didasarkan pada moralitas Pancasila akan membentuk keuletan dan pada gilirannya akan menumbuhkan ketangguhan dalam praktek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai Pancasila yang membentuk moralitas Pancasila yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat akan mewarnai berbagai sistem kehidupan nasional, baik sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan sebagai suatu sistem nilai saling berkaitan atau mengandung interelasi dan interdependensi serta merupakan suatu gestalt kehidupan nasional, sebab keseluruhan hubungan tersebut membentuk tata laku masyarakat yang akan mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai moralitas yang dimiliki setiap orang atau kelompok masyarakat terakomodasi menjadi moralitas Pancasila yang menjiwai medan pengaruh, terdiri dari sosial budaya, sosial ekonomi, sosial politik dan pertahanan keamanan, gestalt kehidupan tersebut adalah hasil pemetaan homorphic dari gestalt yang sebenarnya di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Sebagai ideologi dimana Pancasila itu mampu memberikan arah bagi segenap perilaku masyarakat maka Moralitas Pancasila (MPS) mampu menjiwai dan menunjukan arah bagi aspek kehidupan lainnya, secara serasi, selaras dan seimbang. Setiap aspek tersebut tidak bergerak sendiri dalam suasana kekosongan, tetapi ia mempunyai interdependensi dan interelasi dengan aspek-aspek lainnya.

Suatu sistem nilai di bentuk oleh perpaduan antara keinginan dan kenyataan sehingga membentuk suatu mekanisme tindakan, demikian juga sistem kehidupan nasional itu perlu memperhatikan bagaimana kenyataan yang ada sebagai komponen yang relatif statis dalam menunjang pencapaian tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu sistem politik merupakan suatu sistem sosial yang merupakan hasil interaksi secara gestalt dari unsur-unsur penduduk, geografi dan sumber daya alam. Dengan kata lain, aspek sosial politik dapat dipahami sebagai aspek tatalaku yang berkembang di masyarakat (gatra demografi) pada bidang politik (gatra politik) di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (gatra geografi) dengan seluruh sumber kekayaan alamnya.
Demikian juga dengan aspek sosial ekonomi, sosial bidaya dan aspek pertahanan keamanan, masing-masing dapat dipahami sebagai tata laku yang berkembang dalam masyarakat pada masing-masing bidang (ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan) di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan seluruh sumber kekayaan alamnya. Pengembangannya di dalam kehidupan nasional sesuai dengan prinsip Wawasan Nusantara, sehingga masing-masing sistem tersebut haruslah di jiwai oleh Moralitas Pancasila dan bergerak sebagai kesatuan di bidang politik, kesatuan di bidang sosial budaya, kesatuan di bidang pertahanan keamanan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adanya kesatuan dari pengembangan setiap aspek kehidupan tersebut di atas maka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia di seluruh wilayah tanah air jika berhasil maka akan meningkatkan Ketahanan Nasional.

POLA PIKIR PEMBINAAN KETAHANAN NASIONAL
(kasus wilayah NTT)
Ketahanan Nasional yang merupakan suatu kondisi dinamik akan merupakan kekuatan nyata dan efektif apabila dibina secara bertahap melalui wilayah/daerah dimana ketahanan daerah ini dibina melalui adanya ketahanan lingkungan dan ketahanan lingkungan dibina atas adanya ketahanan keluarga/rumah tangga dan akhirnya ketahanan keluarga ini akan bertumpu pada kekuatan-kekuatan unsurnya yaitu pribadi manusia yang harus memiliki ketahanan pribadi.

Dengan demikian ketahanan yang multi aspek ini pada akhirnya bertumpuh pada unsur manusianya yang perlu memiliki ketahanan pribadi. Ketahanan pribadi akan memberikan corak yang jelas untuk ditampilkannya sercara nyata dalam bentuk identitas bangsa dan negara, integritas bangsa dan negara yang akan secara sadar memperjuangkan hak kelangsungan hidupnya.

Ketahanan pribadi manusia Indonesia harus mencerminkan kepribadian Pancasila yaitu suatu sikap hidup yang mempunyai ciri-ciri: Percaya pada diri sendiri, bebas dari rasa ketergantungan, memiliki jiwa dinamis, kreatif dan pantang menyerah. Kesemuanya ini ditujukan untuk memperjuangkan hak asasinya sebagai pribadi manusia Indonesia juga mengarah pada pengabdian terhadap bangsa dan negaranya secara nyata.

Pada hakekatnya Ketahanan Nasional itu mempunyai dua kondisi dinamis, dimana kedua kondisi dinamis ini merupakan permasalahan pokok yaitu di satu pihak keuletan dan ketangguhan dan dilain pihak adalah adanya hakekat tantangan, ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Kedua masalah pokok tersebut mempunyai sasaran yang sama yaitu di satu pihak keuletan dan ketangguhan merupakan kemampuan yang dapat mengelolah kekuatan nasional secara baik dan dilain pihak adanya hakekat ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat merongrong kekuatan nasional.

Dengan adanya pengertian seperti tersebut di atas maka kekuatan nasional akan sangat tergantung pada hasil pengelolaan atau akibat perongrongan, seberapa jauh hal ini dapat dimanfaatkan dalam rangka pencapaian tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan nasional sangat tergantung pada tingkat ketahanan nasional dalam bentuk keuletan dan ketangguhan yang ditransformasikan dalam bentuk pengelolaan kekuatan nasional di satu pihak dan di lain pihak dapat mengatasi dan menghadapi segala bentuk tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan. Tingkat ketahanan yang di inginkan hanya dapat di capai melalui fungsi pembinaan. Tingkat ketahanan akan bergerak dari satu tingkat ke tingkat lainnya, baik geraknya secara positif maupun secara negatif. Untuk dapat menjamin agar proses bergeraknya selalu kearah positif maka perlu dilakukan usaha-usaha pembinaan yang pada hakekatnya dilakukan secara terus menerus dan berlanjut serta mempunyai arah yang pasti dan jelas.

Ketahanan Nasional yang Nyata
Untuk mengetahui Ketahanan Nasional yang nyata maka perlu diperhatikan komponen atau dimensi-dimensi strategis Ketahanan Nasional yakni; Moral Pancasila (MPS), Sosial Politik (SOSPOL), Sosial Ekonomi (SOSEK), Sosial Budaya (SOSBUD) dan Pertahanan Keamanan (HANKAM).

Diasumsikan bahwa masalah Moral Pancasila (MPS) yang dianut masyarakat NTT menunjukan kadar yang cukup tinggi terutama dalam mempengaruhi dimensi Sosial Politik, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan terbinanya hubungan kekeluargaan yang di jiwai oleh sikap gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Namun dimensi ekonomi masih membutuhkan pembinaan karena masih adanya pemborosan yang tidak pada tempatnya oleh karena pengaruh adat yang masih kuat.

Pengaruh sosial politik terhadap dimensi-dimensi lainnya dapat diasumsikan bahwa pengaruh terhadap Moralita Pancasila dan Pertahanan Keamanan belum mengakibatkan hal-hal yang menguatirkan. Kepemimpinan daerah hingga dewasa ini masih dapat mengakomodasi berbagai situasi yang menunjang kepentingan masyarakatnya dan nasional pada umumnya. Yang masih harus mendapat perhatian adalah masalah pengawasan terhadap perkembangan ekonomi, adanya eksploitasi hasil hutan terutama kayu cendana yang dapat merugikan perkembangan kayu cendana, dan juga masih adanya orang yang membakar padang atau hutan untuk kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan kerawanan lingkungan.

Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Moralita Pancasila kurang menunjukan tanda yang menggembirakan. Praktek pembangunan ekonomi yang dianggap kurang memperhatikan pemerataan dan keadilan dapat mengurangi rasa kesetia kawanan diantara warga masyarakat. Demikian juga dengan pengaruhnya terhadap aspek sosial politik dan sosial budaya. Akan tetapi pengaruhnya terhadap aspek pertahanan keamanan tidak menunjukan hal yang menguatirkan. Aspek Sosial Budaya dalam mempengaruhi aspek lainnya tidak menunjukan hal-hal yang terlalu menguatirkan.

Kondisi Ketahanan Nasional Yang Diinginkan
Setiap bangsa dan negara menghendaki pembangunan terus berlanjut dan berkesinambungan, untuk itu maka secara mikro Ketahanan Nasional perlu selalu diciptakan adanya korelasi atau interdependensi yang kuat antara dimensi ketahanan Nasional yang satu dengan yang lainnya. Moralitas Pancasila harus mempunyai keeratan hubungan dengan dimensi sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi dan pertahanan keamanan. Demikian juga dimensi sosial politik perlu berhubungan erat dengan Moralitas Pancasila, sosial ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, demikian seterusnya dengan dimensi-dimensi lainnya.

Apabila digambarkan dalam matriks maka keeratan hubungan dari masing-masing dimensi akan nampak sebagai berikut :
MPS  SOSPOL  SOSEK  SOSBUD  HANKAM
MPS                   1             1               1                1                 1
SOSPOL            1             1               1                1                 1
SOSEK              1             1                1                1                 1
SOSBUD           1             1                1                1                 1
HANKAM         1             1                1                1                 1

Angka 1 tersebut menunjukan keeratan yang tinggi dari hubungan antar dimensi. Tidak ada satu dimensipun yang kurang atau tidak erat hubungannya dengan dimensi yang lain.

Keadaan ini dapat dipahami karena Ketahanan Nasional memprasyaratkan ketahanan masing-masing aspek kehidupan nasional. Jika ada aspek yang rendah ketahanannya maka hal tersebut akan mempengaruhi ketahanan nasional secara keseluruhan.

Dari gambaran Ketahanan Nasional yang nyata dan Ketahanan Nasional yang diinginkan sebagaimana diuraikan di atas, tampak bahwa terdapat kesenjangan meskipun tidak terlalu menguatirkan. Namun demikian kesenjangan tersebut diperlukan adanya upaya-upaya pembinaan Ketahanan Nasional secara mikro.

Pembinaan Ketahanan Nasional Secara Mikro
Untuk mencapai suatu tingkat kondisi dinamik yang diinginkan maka perlu dilakukan pembinaan terhadap semua aspek yang tercakup dalam rangka pencapaian tujuan nasional. Dengan demikian maka perlu dilakukan pembinaan terhadap aspek keuletan dan ketangguhan bangsa dan negara, disamping itu dilakukan pembinaan penanggulangan terhadap hakekat tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan dan juga dilakukan pembinan secara langsung terhadap kekuatan potensi nasional.

Apabila kita gunakan suatu ilustrasi hasil pembinaan dengan pendekatan neraca, maka bobot hasil pembinaan terhadap keuletan dan ketangguhan harus lebih besar dari hakekat ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, maka kemampuan yang diperoleh dari hasil pembinaan aspek keuletan dan ketangguhan ini dapat mengatasi aspek hasil pembinaan tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, sehingga berkemampuan mengelolah kekuatan nasional secara baik, dengan demikian dimungkinkan terwujudnya pencapaian tujuan nasional sebagaimana yang diinginkan.

Berhasilnya pembinaan terhadapa bidang-bidang yang strategis diharapkan akan mempengaruhi secara positif keberanian pembinaan terhadap bidang-bidang lainnya. Dalam pembinaan ketahanan Nasional secara mikro bidang-bidang yang dianggap strategis adalah :
a.Pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila
b.Pembinaan kelembagaan baik sosial, budaya, ekonomi maupun pertahanan keamanan.
c.Peningkatan kualitas kepemimpinan berbagai lembaga baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan.
d.Peningkatan koordinasi dalam perencanaan pembangunan.
e.Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pembangunan.

Dari uraian di atas maka usaha pembinaan harus ditujukan pada bagaimana cara meningkatkan keuletan dan ketangguhan masyarakat, bangsa dan negara, mengelolah kekuatan nasional secara baik dan terarah pada pencapaian tujuan nasional dan pada waktu yang bersamaan melakukan pembinaan bagaimana caranya meniadakan atau paling tidak mengecilkan hakekat ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

Kesimpulan
Ketahanan Nasional pada hakekatnya merupakan suatu konsepsi di dalam pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan di dalam kehidupan nasional. Ketahanan Nasional yang merupakan suatu kondisi dinamis bangsa dan negara dalam rangka pencapaian tujuan nasional, pada hakekatnya berawal pada masalah pemilikan keuletan dan ketangguhan masyarakat, bangsa dan negara yang harus ditampilkan dalam bentuk kemampuan mengelolah kekuatan nasional secara baik.

Pendekatan mikro adalah pendekatan yang berawal mula dari pemahaman terhadap manusia sebagai individu. Moralitas yang dibentuk oleh ketangguhan berasal dari moralitas yang dibentuk oleh kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta. Bagi Bangsa Indonesia, moralitas itu merupakan moralitas Pancasila yang menuntun manusia dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Keuletan dan ketangguhan membentuk kualitas diri manusia yang terpancar keluar sehingga berpengaruh terhadap kelembagaan yang ada, mulai dari lembaga yang kecil misalnya keluarga sampai lembaga yang besar seperti negara. Keuletan dan ketangguhan manusia individu akan mempengaruhi keuletan dan ketangguhan masyarakat dan pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap keuletan dan ketangguhan bangsa, keadaan inilah yang membentuk Ketahanan Nasional.

Ketahanan mempunyai pengertian secara sempit dan statis yaitu daya lenting, sedangkan dalam arti luas dan dinamis adalah ketahanan pribadi yang dikembangkan secara bertahap menjadi Ketahanan Nasional. Dilihat dari segi individu, maka ketahanan pribadi ini akan memberikan corak yang jelas untuk ditampilkannya secara nyata dalam bentuk integritas, identitas bangsa dan negara, yang akan secara sadar memperjuangkan hak kelangsungan hidupnya.

Mempelajari ketahanan nasional dengan kasus wilayah Timor nampak bahwa kondisi masing-masing dimensi ketahanan masih membutuhkan upaya pembinaan yang lebih lanjut dan terarah. Interelasi dan interdependensi antar dimensi belum menunjukan adanya kaitan yang erat. Kondisi yang satu belum memberikan pengaruh yang proporsional terhadap kondisi lainnya. Hal tersebut menyebabkan adanya kesenjangan antara Ketahanan Nasional yang diinginkan dengan Ketahanan Nasional yang nyata.

Untuk meperkecil atau meniadakan kesenjangan tersebut diperlukan adanya pembinaan ketahanan Nasional secara mikro melalui bidang-bidang yang dianggap strategis sehingga mampu meningkatkan pembinaan Ketahanan Nasional dibidang lainnya. Implementasi dari pola pikir pembinaan Ketahanan Nasional ini harus dapat dituangkan dalam bentuk program dan rencana kerja yang konkrit dari pemerintah, disamping adanya pengetahuan apresiasi dan penjiwaan dari segenap lapisan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1.Kleden, Ignas, 1987, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, LP3ES, Jakarta.
2.Riberu, J., 1970, Masalah Sumber Daya Manusia Bagi Pembangunan Nasional, Makalah pada Konferensi Studi untuk Pembangunan, Cipayung, 1970.
3.Sagir, Soeharsono, dalam A. W. Eidjaja (ed), 1986, Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan Masyarakat, Akademika Pressindo, Jakarta.
4.Soedarsono, Soemarno, 1984, Pembinaan Ketahanan Nasional, Lemhannas, Jakarta.
5.Soetopo, R.I, 1977, Pemikiran Tentang Wawasan Nasional Suatu Pendekatan Universal Filosofis, Lemhannas, jakarta.
6.Soewarso, 1982, Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional, Keamanan Nasional, Alumni STT.TNI AL, Jakarta.
7.Sunardi, R.M., 1987, Pemahaman Ketahanan Nasional Dengan Pendekatan Luaran, Lemhannas, Jakarta.