Air Bersih Untuk Sumba Barat Daya
Oleh: Amelia Dena
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Akan tetapi yang menjadi masalah saat ini adalah ketersediaan air bersih. Ketersediaan air bersih saat ini masih menjadi masalah utama di Indonesia terutama di provinsi Nusa Tenggara Timur, kabupaten Sumba Barat Daya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya pada tahun 2018, menunjukkan bahwa masyarakat yang bisa mengakses air layak sebesar 51,74% serta sumber air minum utama menunjukkan bahwa masyarakat yang menggunakan sumur bor atau pompa sebesar 12,78% dan sumur atau mata air sebesar 50,86%.
Sebagian besar masyarakat di Sumba Barat daya memperoleh air bersih dengan membeli air tangki seharga 300-400 ribu. Masalah yang dihadapi oleh sebagian masyarakat saat ini adalah kurangnya fasilitas dalam memperoleh air bersih sehingga masyarakat setempat harus berjalan sekitar 2-3 km ke mata air untuk memperoleh air.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, akses terhadap air minum bersih untuk memasak tampaknya masih menjadi masalah yang serius bagi penduduk di Sumba Barat Daya. Berdasarkan hasil Susenas Maret 2017, lebih dari setengah rumah tangga di Sumba Barat Daya belum memiliki akses air bersih untuk memasak serta hanya 0,96 persen rumah tangga di Sumba Barat Daya yang mempunyai akses terhadap sumber air minum kemasan, isi ulang, dan leding.
Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah adanya program ProAir yang bekerja di bidang penyediaan air bersih dan sanitasi di pedesaan berbasis masyarakat di NTT yang dimulai pada tahun 2002 yang bertujuan dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan.
Program ini sangat membantu masyarakat, akan tetapi saat ini sebagian masyarakat masih mengalami krisis air bersih sehingga harus mengeluarkan uang untuk memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan. Adanya program ProAir sangat bermanfaat bagi masyarakat dimana mereka tidak perlu lagi berjalan susah payah ke mata air untuk mengambil air. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah belum menjamin ketersediaan air bersih saat ini sehingga kesulitan dalam akses air bersih ini masih menjadi masalah dari tahun ke tahun sehingga perlu upaya lebih lanjut dari pemerintah
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi belum menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan sarana air bersih belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Sulitnya akses air bersih diperparah dengan kebiasaan masyarakat dalam pola hidup yang tidak sehat sehingga menimbulkan wabah penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare. Hal ini juga diperparah dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, tingkat kemiskinan di Sumba Barat Daya juga masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional.
Selain itu, selama periode 2015-2017 persentase penduduk miskin di Sumba Barat Daya cukup fluktuatif. Tahun 2015, tercatat ada sekitar 30,01 persen penduduk miskin. Sementara tahun 2017, persentase penduduk miskin di Wilayah Sumba Barat Daya mencapai 30,13 persen.
Krisis air bersih dari tahun ke tahun masih menjadi permasalahan utama saat ini, sehingga berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah diharapkan tetap dipertahankan dan dilanjutkan serta adanya penanganan yang lebih maksimal sehingga diharapkan di masa mendatang Sumba Barat Daya tidak mengalami krisis air bersih. Demi mendukung tercapainya akses air bersih di Sumba Barat Daya juga diharapkan kerja sama dan partisipasi masyarakat dalam menjaga pola hidup sehat sehingga berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dapat dipergunakan sebaik mungkin.
Ameli Dena Mahasiswa Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta