Robert Marut Sumbang Biogas Rumah Kepada Warga Kota Kupang
Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Bakal calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2018 -2023, Marsekal Muda (Pur) Robert Soter Marut (RSM) menyumbangkan biogas rumah kepada warga di Kelurahan Oepura, Kota Kupang, Senin (6/11/2017).
Pada acara Launching Biogas Rumah Sumbangan RSM itu, Robert menyatakan niatnya untuk membangun Nusa Tenggara Timur melalui intervensi teknologi. Salah satu yang akan dikembangkan adalah biogas rumah yang ramah lingkungan.
“Nusa Tenggara Timur harus sejahtera, karena itu kemandirian masyarakat harus dibangun. Misalkan direstui menjadi gubernur, maka biogas ini akan kita kembangkan di seluruh desa di NTT,” katanya.
Menurut Robert, NTT sangat potensial untuk pengembangan teknologi biogas rumah, karena mayoritas masyarakat di daerah ini rata- rata memiliki hewan peliharaan atau ternak. Pasalnya, energi biogas yang diterapkan dengan memanfaatkan kotoran ternak.
“Kotoran ternak sapi, babi, kambing dan kuda bisa dimanfaatkan untuk biogas untuk kebutuhan konsumsi bahan bakar skala rumah tangga,” ungkap Robert.
Dia menyebutkan, hingga saat ini, untuk pengembangan biogas rumah sudah dilakukannya di beberapa tempat di NTT, yakni di Kota Kupang, Larantuka, Maumere, Ende dan Manggarai. Semuanya disumbangkan kepada warga secara cuma- cama.
Adi Lagur, konsultan energi ramah lingkungan yang turut hadir pada acara Launching Biogas Rumah Sumbangan RSM itu mengatakan, langkah nyata yang dilakukan oleh bakal calon gubernur NTT, Robert Soter Marut yakni dengan menyumbangkan teknologi tepat guna.
“Selain Biogas, beliau juga menyumbangkan listrik tenaga matahari (solar cell) dan sudah dipasang di Desa Baumata, kemudian beliau juga akan menyumbangkan listrik tenaga air skala kecil kepada masyarakat, dan ini semua disumbangkan secara pribadi,” ujarnya.
Imelda Mirna, salah satu warga yang menerima bantuan biogas rumah dari Robert Soter Marut mengaku, sangat senang dengan bantuan biogas tersebut. Pasalnya, dengan teknologi biogas yang dipasangkan di rumahnya dengan memanfaatkan kotoran ternak peliharaannya itu, keluarganya terbantu secara ekonomis.
“Kami berterima kasih kepada bapak Robert yang sudah membantu kami, karena kalau secara hitung- hitungan, gunakan bahan bakar minyak tanah maka dalam sehari paling sedikit menghabiskan dua liter atau habis 10 ribu rupiah jika diuangkan,” katanya.
Dia menambahkan, ada pun bantuan yang diterimanya, yakni berupa pemasangan perangkat teknologi biogas, kompor gas yang pemanfaatannya menggunakan energi biogas, penanak nasi khusus biogas, dan juga penerangan atau lampu yang juga memanfaatkan energi biogas.
“Kebetulan kami ada piara babi, dan ternyata kotorannya itu bisa digunakan untuk kebutuhan bahan bakar kami sehari- hari. Setelah menggunakan teknologi ini ternyata kami merasa lebih irit, jika dibanding sebelumnya,” tandasnya.