Nagekeo Ibarat Usus Buntu yang Butuh Penanganan Serius

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Wajah ibu kota Kabupaten Nagekeo di Mbay sangat memprihatinkan ibarat usus buntu yang memerlukan penanganan serius pemimpin daerah ke depan. Pemimpin hasil pilkada 2018 sangat menentukan untuk mengubah wajah daerah itu, sehingga kondisinya tidak terlihat seperti saat ini.

Putera Nagekeo, Don Bosco Do sampaikan ini kepada wartawan di Kupang, Jumat (25/8/2017).

Don Bosco mengatakan, untuk mengatasi “usus buntu” dimaksud, dibutuhkan rekayasa sosial yang dimotori pemimpin daerah. Pelabuhan laut Marapokot harus diperluas agar menjadi pelabuhan ternak terbesar di wilayah Utara Flores. Bandara Surabaya II harus dituntaskan persoalannya, agar menjadi bandara yang memiliki cargo.

“Prinsipnya, harus ditata secara baik, mana yang menjadi kawasan lahan pertanian (sawah) dan mana yang menjadi bandara, sehingga wajah Mbay sebagai ibu kota kabupaten bisa setara dengan daerah lain yang sudah maju,” kata Don Bosco.

Selain itu, lanjut bakal calon bupati Nagekeo ini, jika dirinya maju dan terpilih sebagai bupati pada pilkada 2018 mendatang, salah satu fokus perhatiannya adalah menjadikan Nagekeo sebagai sentra produksi pangan, daging, dan hortikultura dalam mendukung program pariwisata. Tentunya, dibutuhkan kerja sama dan sinergi antardaerah di NTT umumnya dan Flores khususnya.

Baca juga : Megawati Instruksikan Pengurus PDIP NTT Menangkan Pilkada 2018

“Memang sampai saat ini, kerja sama dan sinergi menjadi persoalan yang selalu dihadapi, karena gampang diucapkan tapi sulit diimplementasikan,” ujar Don Bosco.

Bupati Nagekeo, Elias Djo menyampaikan, dirinya terus melakukan berbagai program dan kebijakan yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan riil masyarakat, baik pemberdayaan ekonomi maupun infrastruktur. Beberapa program infrastruktur yang telah dan akan dituntaskan tahun ini antara lain, jalan strategis Aemali- Danga, dan Watuapi- Kobakoa yang akan dilanjutkan pengerjaan hotmix. Sedangkan ruas jalan Rowa- Soa sudah tuntas dikerjakan.

Dia mengakui, perluasan jaringan air minum bersih di Kecamatan Aesesa Selatan mengalami kendala karena sumber mata airnya lebih rendah dari permukiman. Memang sudah dipasang grafitasi dari sumber mata air Kelimado, tapi kurang efektif. Karena itu sedang diupayakan untuk mengubah jaringan dari yang sudah ada saat ini. Sehingga dari mata air, jaringan perpipaan menuju Tenatiba dan akan dibangun sebuah reservoar sebelum dialirkan ke permukiman penduduk.

Tentang waduk Lambo, Elias menjelaskan, beberapa waktu lalu masyarakat pemilik lahan yang akan dibangun waduk itu, difasilitasi Goris Mere ke Jakarta untuk melihat beberapa waduk besar di Jawa. Setelah melihat sejumlah waduk itu, mereka menyatakan menerima dan menyetujui untuk dibangun waduk Lambo. Namun setibanya di Nagekeo, mereka tidak bersikap dan malah diam saja.

“Kami masih menunggu sikap masyarakat pemilik lahan yang telah difasilitasi ke Jakarta itu, agar waduk Lambo bisa segera dibangun,” papar Elias.