Wujud Toleransi, Pastor, Suster dan Umat Lintas Agama Belu-Malaka Buka Puasa Bersama

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Tolernasi kerukunan hidup umat beragama di wilayah perbatasan Kabupaten Belu dan Malaka sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan keikutsertaan para tokoh agama dan umat lintas agama di dua wilayah yang mengikuti kegiatan buka puasa bersama umat Muslim yang berlangsung di lapangan hitam Makodim Belu, Sabtu (17/6/2017).

Kegiatan silaturahmi kebangsaan buka puasa bersama yang digagas Kodim 1605/Belu kerja sama Polres Belu dihadiri kurang lebih 100 orang umat lintas agama termasuk personel TNI dan Polri. Hadir dalam acara itu Dandim Belu, Kasdim Belu, Kapolres Belu, Kalapas Atambua, Kepala Imigrasi, Kelapa Kantor Agama, Danki Brimob, Pastor, Suster, Pendeta, Ketua MUI, pemimpin Budha dan Hindu. Turut Anggota DPRD Belu, Dansatgas Yonif Raider 712/WT serta Perwira staf baik TNI maupun Polri.

Tokoh agama Katolik Romo Yoris Giri, Pr dihadapan umat lintas agama menyampaikan, di sore yang berbahagia ini mewakili umat Katolik di perbatasan Belu-Malaka memberikan apresiasi sedalam dalamnya pada Dandim Belu yang menghadirkan warga Indonesia sesungguhnya. Kegiatan sore ini panggilan kita sebagai anak-anak bangsa yang membela Pancasila, UUD dan Kebhinekaan kita.

Hal lainnya sebagai wujud bahwa sesungguhnya bangsa kita bangsa keluarga yang sejak dahulu kala berjuang bersama hingga hari ini selamanya dan seterusnya selama-lamanya. Kita sebagai satu keluarga yang terdiri dari berbagai macam warna yang ada di wilayah perbatasan ini. “Tugas kita sebagai anak-anak bangsa sekarang mempertahankan, memelihara melanjutkan keberagaman ini sebagai ciri khas negara kita kebangsaan kita,” ujar dia.

Kegiatan berbuka puasa bersama sore ini jelas Romo Yoris, tidak saja sebagai wujud toleransi tetapi wujud dimana
pancasila, Undang Undang Dasar, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dihadirkan secara nyata hingga secara istimewa, hingga diantara kita, kita tidak ada rasa asing satu terhadap yang lain, tetapi kita merasa sebagai satu keluarga.

“Bersyukur kita hadir sore ini untuk buka puasa bersama. Diantara kita tidak ada sekat, terimakasih untuk Pak Dandim 1605/Belu beserta jajarannya yang punya inisiatif mengadakan kegiatan sore hari ini,” ucap dia.

Baca : Polisi Bersihkan Timbunan Longsor di Jalan Raya Ende-Maumere

Ditegaskan, kita Indonesia yang sesungguhnya. Kegembiraan itu sangat indah dan abadi yang terus dipupuk bersama. Kegiatan ini tidak saja sebatas di lapangan Kodim hari ini, tapi besok lusa terus dilakukan dalam silaturahmi saling kunjung satu sama lain di bawah Pancasila. “Mudah-mudahan kita yang lain juga belajar dari kegiatan sore hari ini kita menjaga, memelihara keberagaman kita memelihara pancasila dan undang-undang dasar,” harap Pastor Pembantu Paroki St. Stella Maris Atapupu itu.

Ustad Rizky menegaskan, saya Pancasila, saya Indonesia, Tuhan menciptakan kita berbeda-beda tetapi tetap satu dalam naungan Pancasila, UUD, Bhineka tunggal Ika dan NKRI. Indonesia itu ditinggali orang-orang yang beragam agama, berbeda tetap satu. Kegiatan sore ini wujud toleransi umat bergama di tapal batas Belu-Malaka agar kita hidup nyaman dan seterusnya karena kita satu ciptaan tuhan.

Kapolres Belu, AKBP Yandri Irsan menuturkan, kegiatan ini positif yang diinisiasi oleh Dandim 1605/Belu yang tujuannya selain kita buka puasa bersama tentunya dibalik itu menjalin kebersamaan memupuk tali persaudaraan antar sesama umat dan toleransi antar umat beragama di perbatasan Belu-Malaka. “Kegiatan ini juga merupakan momentum sebagaimana kita ketahui di wilayah lain, kebhinekaan itu mulai luntur tapi justru di wilayah Belu dan Malaka, kebhinekaan itu sudah tertanam, sehingga adanya sekat-sekat perbedaaan itu justru menjadi kekayaan yang ada di wilayah perbatasan Belu dan Malaka ini,” ungkap dia.

Dandim 1605/Belu, Letkol Czi. Nurdihin Adi Nugroho mengatakan, kegiatan ini kita bersilaturahmi kebangsaan seluruh elemen baik masyarakat TNI-Polri juga pejabat pemerintah daerah agar semakin akrab lagi. Di Kabupaten Belu dan Malaka ini memang toleransi agama sangat tinggi, juga situasi sudah sangat kondusif dan aman. “Terimakasih untuk seluruh elemen masyarakat yang mampu menjaga, keamanan di tengah masyarakat,” kata dia.

Masyarakat perbatasan tidak bermasalah terhadap kebhinekaan itu sendiri, buktinya tadi kita lihat bersama semuanya hadir tidak peduli dari agama apaupun walaupun mereka gunakan simbol-simbol keagamaan, tapi mereka bisa duduk bersama, makan bersama, komunikasi juga lancar diantara mereka. “Jadi, permasalahan tentang kebhinekaan di dua Kabupaten ini tidak ada dan toleransi lintas agama sangat tinggi,” pungkas Nurdihin