Komunitas Anak Timor Hitz Creative Gelar Timorland Festival II di Belu

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Komunitas Anak Timor Hitz Creative akan gelar Timorland Festival II di Kabupaten Belu perbatasan RI-RDTL.

Kegiatan seni budaya dan bazzar bertajuk Hamutuk dan Hakawak berlangsung selama dua hari terhitung tanggal 27-28 Oktober 2023 mendatang.

Kegiatan Timorland Festival II ini lanjutan dari Timorland Fest I yang digelar sebelumnya pada tahun 2019 di Jakarta lalu.

Demikian Ketua pelaksana Engel Seran didampingi Founder Anak Timorhitz Creative, Pius Agustinus Bria, Pemerhati Budaya, Pius Fahik serta jajaran Anak Timor Hitz, Erwin Medah dan Don Capitan dalam jumpa pers di coffe kembar Atambua, Rabu malam (25/10/2023).

Dikatakan bahwa, terkait festival Timorland dari sisi persiapan lapangan untuk kegiatan ini telah mencapai 80 persen. Untuk kegiatan akan berlangsung dari tanggal 27 -28 Oktober 2023 yang bertempat di halaman Plaza Perijinan Atambua.

Dikemukakan, kegiatan Timorland Fest II di Atambua ini akan mengumpulkan para pegiat dan pentas budaya dengan kemasan yang lebih entertain atau menghibur. Selain komunitas budaya sedaratan Timor, festival ini juga libatkan komunitas budaya Timor Leste.

“Kita juga hadirkan Narasumber dari Timor Leste yaitu pegiat lingkungan hidup dan bergabung pula peserta pentas budaya dari Kabupaten TTU di tarian teaterikal,” terang Engel.

Dijelaskan, Komunitas Anak Timorhitz Creative adalah kelompok anak muda yang bergerak khusus memperkenalkan tentang budaya, talent talent yang ada di pulau Timor dan konsen mengkampanyekan tentang produk lokal dan saat ini juga konsen ke lingkungan.

Sementara itu, Founder Anak Timorhitz Creative, Pius Agustinus Bria menyampaikan, kegiatan Timorland Fest II ini juga dalam rangka peringatan momentum bersejarah Sumpah Pemuda di Atambua Kabupaten Belu pada 28 Oktober 2023 ini.

Menurut dia, Timorland Fest II di Kota Atambua sama halnya dengan yang sudah dilakukan terdahulu yaitu mengangkat semangat dan nilai kebudayaan Timor.

“Kita coba menghadirkan spirit kebudayaan Timor, kenapa kami memilih kota Atambua karena kami merasa ada satu spirit yang kami rasa penting yaitu budaya menjadi tema dalam kehidupan bermasyarakat, budaya menjadi fondasi penting dari kehidupan dan kemajuan jaman ini,” ungkap dia.

“Sehingga tantangan-tantangan itu dengan spirit budaya yang kuat kita mampu mengimbangi perkembangan jaman yang semakin modern dan menggerus kehidupan bermasyarakat,” sambung Pius Bria.

Timorland Fest II ini jelas dia mengangkat tema Hamutuk Hakawak, ada beberapa item kegiatan penting yang akan kita lakukan di momentum 28 Oktober sebagai hari Sumpah Pemuda, tidak hanya sekedar kegiatan entertain tapi syarat literasi kebudayaan.

Pertama workshop yang akan mengupas tuntas tentang bagaimana nilai dan spirit kebudayaan di Kabupaten Belu bagi generasi muda.

Kedua, kita akan buat yang namanya tur hamutuk atau sekelompok anak muda akan duduk membicarakan tentang nilai dan literasi budaya yang sudah hilang dan dikeluarkan menjadi 1 petisi bersama menjadi rekomendasi di hari sumpah pemuda ini untuk pemerintah kabupaten Belu, Provinsi maupun Pusat.

Kemudian ada kegiatan teaterikal budaya dari komunitas Timor Dance yang tariannya mengangkat kembali kesadaran dan memberikan kritikan terhadap kehidupan bermasyarakat, kehidupan anak muda di Atambua Kabupaten Belu ataupun di tanah Timor.

“Juga nanti ada pameran bazzar tenun juga ada food atau makanan lokal salah satunya yang akan disajikan secara spesial adalah akabilan, Lalu ada pentas seni yang khusus bagi talent lokal,” ungkap Pius Bria.

Kesempatan itu, Pemerhati Budaya. Pius Fahik pada kesempatan itu menjelaskan tema besar Hamutuk Hakawak.
Diuraikan, Hamutuk Hakawak terdiri atas dua kata dari bahasa tetun yang sarat makna dan berkaitan erat dengan kehidupan sosial masyarakat Belu

Hamutuk diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah bersama. Dalam masyarakat tradisional hamutuk ada dua bentuk atau bagian yakni hamutuk tanpa paksaan. Mereka (masyarakat dahulu) datang dan duduk bersama dengan kesadaran lalu membicarakan hal – hal penting bagi kehidupan mereka dalam suatu wilayah atau suatu komunitas.

Hamutuk yang berikut terjadi apabila didalam suatu keluarga atau lingkungan membutuhkan orang lain lalu menginformasikan kepada keluarga dan sahabat kenalan lalu mereka dengan tanpa paksaan datang membicarakan tentang sesuatu.

Sementara Hakawak berarti bergotong royong atau bekerja bersama-sama. Nilai hakawak katanya mulai pudar, ditengah individualistis yang makin kuat ditengah masyarakat. “Kami apresiasi kegiatan ini, karena menumbuhkan nilai hamutuk dan hakawak,” pungkas Pius Fahik.