Ratusan Areal Persawahan Milik Warga Naiola Terancam Kikisan Longsor, Akibat Tanggul Pengaman Ambruk
Laporan Judith Lorenzo Taolin
Kefamenanu, NTTOnlinenow.com – Tanggul pengaman tebing yang dibangun Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) di pinggir kali Noemuti, desa Naiola kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten TTU, sebagian besar telah ambruk.
Tanggul pengaman tersebut merupakan tanggul yang mengamankan ratusan areal persawahan di lokasi Klae yang terletak persis di pinggiran sungai Noemuti.
Pantauan media ini di lokasi tersebut beberapa waktu lalu, saat ini tanggul pengaman tersebut sebagian besar sudah ambruk terkikis air. Tersisa beberapa meter saja yang masih kokoh berdiri.
Di bagian ujung nampak sudah dibangun bronjong namun bronjong tersebut sudah terancam roboh jika tidak segera ditangani.
Akibat ambruknya tembok tersebut, saat ini saluran irigasi yang baru dibangun Pemda TTU beberapa waktu lalu di lokasi tersebut juga ikut terancam terkikis longsor.
Agustinus Tnome, warga desa setempat mengaku sebelum tahun 2007, areal persawahan di lokasi Klae terancam kikisan longsor lantaran aliran air dari Kali Noemuti sudah masuk melintasi sawah milik masyarakat. Sehingga Pemda TTU, pada tahun 2007 membangun tanggul pengaman tersebut dengan menghabiskan anggaran senilai Rp 700 juta lebih.
“Sesuai teknis untuk kemiringannya itu dari bibir atas (tanggul) dari helm kebawah itu 35 meter, jadi istilahnya kalau macam bangunan rumah itu ada skurnya itu,” tuturnya.
Pasca dibangunnya tanggul tersebut, tambahnya, areal persawahan Klae dipastikan aman dari terjangan banjir bandang saat musim penghujan.
Namun beberapa sejak beberapa tahun lalu, tanggul pengaman tersebut mulai ambruk saat diterjang banjir.
Ia menduga hal tersebut diakibatkan tanah di bagian belakang yang selama ini berfungsi untuk menopang tanggul tersebut untuk terus berdiri kokoh sudah dikeruk habis oleh pemilik tanah menggunakan alat berat untuk selanjutnya dijadikan sawah.
Ia khawatir dengan ambruknya tanggul tersebut maka saat banjir bandang air akan kembali masuk melintasi areal persawahan masyarakat di lokasi Klae.
“Mulai rubuh itu sejak tahun 2019, ketika tanah (bagian belakang tanggul) mulai dikeruk, tahun 2020 itu hujan tidak terlalu dan belum lama ini sudah rubuh,” ujar Agustinus.
“Ini untungnya banjir tidak terlalu besar,kalau besar kan itu dia sudah langsng langgar lewat blok yang rubuh dan serobot tanggul sudah,” tuturnya.
Lebih lanjut ia menegaskan, jika tanggul yang ambruk tersebut tidak segera ditangani oleh pemerintah maka tentunya kerugian bukan hanya dialami oleh warga desa Naiola.
Namun juga oleh warga dari beberapa desa lain yang juga memiliki areal persawahan di lokasi Klae tersebut.
Wakil ketua BPD Naiola Patris Tlali saat dikonfirmasi media ini via telepon, Kamis 09 Maret 2023 mengakui saat musrembang tingkat dusun beberapa waktu lalu, persoalan ambruknya blok beton pada tanggul pengaman tebing tersebut.
Usulan tersebut kemudian diangkat dalam musrembang tingkat desa dan menjadi program prioritas untuk ditanggulangi pada tahun anggaran 2023 menggunakan dana desa.
Namun saat pihaknya melakukan asistensi anggaran ke tingkat kecamatan dan kabupaten, jelasnya, program tersebut ditolak dengan alasan untuk penanggulangan tebing tersebut merupakan kewenangan dari dinas PUPR kabupaten TTU.
“Kita sudah muat dalam RAPBDes, tapi dalam asistensi pihak kecamatan melihat bahwa itu kewenangan dari kabupaten sehingga program kegiatan itu (penanggulangan tebing di kali Naiola) tidak disetujui,” Agustinus Tnome.
Artikel ini sudah tayang di : www.nusrainside.com