KOPITU Buka Rahasia Peningkatan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Pertanian dengan Teknologi Bioreaktor dan Bahan Organik
Laporan Frans Watu
Jakarta, NTTOnlinenow.com – Teknologi pertanian semakin berkembang dari waktu ke waktu. Berbagai temuan dan inovasi telah banyak diciptakan oleh inventor jenius dari seluruh penjuru negeri. Belakangan ini, trend yang sedang begitu ramai dikembangkan adalah adanya teknologi Bioreaktor. Salah satu teknologi Bioreaktor yang asli berasal dari Indonesia adalah Bioreaktor Kapal Selam.
Melalui event webinar KOPITU (Komite Pengusaha Kecil Menengah Indonesia), Mohammad Sobri selaku penemu Bioreaktor Kapal Selam dan Eny Prasetyowati selaku Ketua Komunitas 3GO berbagi pengalaman dan ilmu terkait peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pertanian. Selain itu, webinar ini juga turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi dan Ketua Umum KOPITU Yoyok Pitoyo.
“Bioreaktor Kapal Selam ini bisa mengolah sampah maupun limbah peternakan dan pertanian menjadi pupuk organik dan energi. Petani terbantu dengan hasil pupuknya dan energinya bisa digunakan seperti untuk menerangi lampu jalan”, ungkap Sobri.
Selain energi listrik, ada juga output berupa gas yang juga bisa digunakan sebagai bahan bakar.
Di sisi lain, menurut Eny Prasetyowati, pupuk organik memiliki efek yang lebih signifikan dibanding pupuk kimia. Selain lebih murah, tingkat bahaya yang ditimbulkan juga lebih minimum.
“Dengan produksi pupuk organik secara mandiri, sebenarnya bisa dibilang tidak perlu modal banyak lagi untuk menjalankan. Karena pada dasarnya, limbah hasil panen merupakan bahan dasar pupuk organik itu sendiri yang digunakan untuk menyuburkan tanaman”, ungkapnya.
“Kita memang sudah jalin kerjasama dan siap untuk mengembangkan lebih jauh lagi. Yang tidak kalah pentingnya adalah pendampingan bagi para user nanti yang akan mengembangkan. Kita organisir sehingga efek dan pelaksanaanya akan berhasil dengan baik nantinya. Salam KOPITU”, ungkap Ketua Umum KOPITU Yoyok Pitoyo.
“Kita berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan kembali dan juga tetap eksis dalam pemberdayaan bersama dengan KOPITU dan Bu Eny juga. Dengan kerjasama seperti ini saya rasa merupakan langkah paling efektif, apalagi dengan tingginya minat dan antusias petani terhadap teknologi semacam ini dan metode metode pertanian organik.”, pungkas Sobri.