PON XX PAPUA Tanpa Emas Sepakbola, Bagai Juara Tanpa Mahkota
Laporan Frans Watu
Jakarta, NTTOnlinenow.com – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provonsi Papua, bertekad untuk menembus 5 besar perolehan medali diajang PON XX Papua. Bahkan 3 besar menjadi incaran KONI Papua. Menjadi tuan rumah penyelenggara rasanya cukup beralasan, karena disamping dukungan suporter, Papua bisa mengikutkan atlitnya bertanding disemua cabang olahraga yang dipertandingkan di PON XX Papua.
Bagi masyarakat di bumi cendrawasih, PON XX ini merupakan momentum bersejarah, PON ke 6 yang diselenggarakan di luara Pulau Jawa, dan pertama kali diselenggarakan di Indonesia bagian timur. PON Papua merupakan ajang multi event pertama di Indonesia yang diselenggarakan di tengah pandemic covid-19.
Ada istilah di pesta olahraga multi event, menjadi juara umum belum sempurna tanpa medali emas sepakbola. Juara umum tanpa emas sepakbola, bagaikan juara tanpa mahkota, bagai sayur tanpa garam. Karena itu baik Jawa Barat, DKI, Jawa Timur maupun tuan rumah Papua sangat berambisi karena inilah cabor yang digandrungi masyarakat dunia, termasuk masyarakat Papua.
Drawing atau pengundian grup cabang olahraga sepakbola bola Pekan Olahraga Nasional (PON) XX telah dilakukan, dan menempati beberapa raksasa sepakbola Indonesia di satu grup. Tim Papua sebagai unggulan berada satu grup dengan bertahan Jawa Barat. Drawing yang dilakukan di klaster Kota Jayapura, berlangsung Rabu (01/09/21) secara virtual.
Dari hasil undian, grup A dihuni tuan rumah Papua, Jawa Barat (juara bertahan PON XIX), NTT dan Maluku Utara. Grup B ditempati Sulawesi Selatan (peraih medali perak PON XIX), Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara. Kedua grup ini bisa dikatakan grup “neraka” karena dihuni tim-tim tangguh yang telah mapan dalam segi pembinaan dan kompetisi diberbagai level usia.
Sayangnya NTT dan Maluku Utara berada diantara mereka. Namun NTT dan Maluku Utara bisa menjadi kuda hitam bagi 2 tim unggulan Jawa Barat dan Papua dalam memperebutkan 2 tiket menuju babak selanjutnya. NTT dan Maluku Utara sedikit tertolong dengan faktor geografis yang mirip dengan kondisi Papua, disamping itu kehadiran masayarakat diaspora NTT dan Maluku Utara di bumi cendrawasih akan menambah semangat juang kedua tim tersebut. Populasi diaspora NTT dan Maluku di Papua cukup banyak tersebar di berbagai kabupaten di Papua.
Grup C relative ringan, disini bercokol Kalimantan Timur, Aceh, Sulawesi Utara, Bengkulu. Kalimantan Timur dan Aceh diprediksi akan melangkah ke babak berikut, namun Sulawesi Utara bisa menjadi tim yang bisa menggusur salah satu dari mereka.
Papua yang dilatih Eduardus Isak dalam legenda mutiara hitam Persipura, langsung mematok medali emas, bagi anak-anak mutiara hitam dari ujung timur Indonesia. Kurang lebih setahun tim ini dipersiapkan, dengan melakukan lebih dari 80 laga uji tanding (try out) rasanya tidak berlebihan jika Asprov Papua menargetkan emas sebagai harga mati.
Jawa Barat peraih emas PON XIX akan jadi batu sandungan bagi Papua, disusul NTT dan Maluku Utara. Tim PON Jawa Barat yang ditukangi pelatih Yudhiantara saat ini tengah melakukan aklimatisasi guna menyesuaikan dengan kondisi alam Papua. Tim Jawa Barat diperkuat mantan pemain yang pernah bermain di liga profesioanal namun telah beralih status ke amatir, seperti Agung Mulyadi, Wildan Ramdani, Ilham Kolba Pian Hadiansyah, Ade Chandra, dan beberapa dari mereka pernah membaa Jawa Barat merbeut emas di PON XIX.
Setelah 30 tahun absen di PON, NTT kembali hadir meramaikan salah satu cabang olahraga yang paling digandrungi. Tangan dingin pelatih Ricky Nelson dan Manejer Tim Jimmy Sianto, diharapkan dapat menoreh sejarah sepakbola NTT. Berbekal semangat, tim ini diharapkan jadi kuda hitam yang mampu melenggang ke fase berikut. Kendala yang dihadapi tim dari bumi Flobamora selama ini adalah anggaran yang ujungnya berpengaruh terhadap persiapan tim. Lapangan latihan yang jauh dari standar dan minimnya laga uji coba dengan tim yang level bermain diatasnya, tentu jadi handicap tersendiri bagi pelatih dalam membentuk tim.Hal ini semakin diperparah dengan adanya pemberlakuak PPKM yang membuat pelatih kesulitan melakukan try out. Semakin banyak tim melakuakan try out dengan level bermain di atasnya akan memudahkan pelatih dalam membentuk tim.
PSSI tidak mengijinkan penggunaan pemain professional, tentang perubahan ketentuan pemain sepak bola PON XX 2021, sudah tiatur dalam Technical Handbook (THB) cabang sepakbola PON XX Papua. Cabor sepakbola kali ini menerapkan aturan maksimal pemain berusia 23 tahun dan berstatus amatir.