Pameran Tunggal Lukisan Yos Suprapto, Arus Balik Cakrawala 2017

Bagikan Artikel ini

Jakarta, NTTOnlinenow.com – Yos Suprapto merupakan pelukis Indonesia yang akrab dengan karya yang bertautan dengan masalah sosial, lingkungan dan perkembangan baru situasi politik nasional. Dalam rekam jejak pameranya, Yos tidak pernah lepas dari masalah sosial. Pada tahun 1994, ia mengangkat isu lingkungan dalam pameran tunggalnya bertajuk “Bersatu Dengan Alam” di Taman Ismail Marzuki. Demikian siaran pers yang diterima redaksi NTTOnlinenow.com.

Pada tahun 2001, ia kembali menggelar pameran tunggal bertema “Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa” di Galeri Nasional Indonesia yang melontarkan kritik atas budaya kekerasaan dalam realitas kebangsaan kontemporer. Pada tahun 2005, ia kembali mengangkat isu sosial, kali ini dalam bentuk kritik atas korupsi di lingkungan elit birokrasi, melalui pameran tunggal bertajuk “Republik Udang” di Tembi Gallery, Yogyakarta.

Selain itu, ia terlibat pula dalam pameran bersama yang mengangkat isu-isu sosial seperti pameran “Mata Hati Demokrasi” di Taman Budaya Surakarta di tahun 2002. Dan kali ini, melalui 33 karya lukisan, Yos mengangkat evaluasi mendalam perjalanan budaya bangsa terutama budaya maritim.

Meski masalah sosial yang diangkat, Yos tetap mempertahankan estetika berupa garis, warna dan gaya. Dalam karya-karya yang dipamerkan dalam tajuk “Arus Balik Cakrawala 2017” ini, ia menampilkan kebolehannya mengolah figurasi realis yang berakar pada tradisi realisme sosial ala Diego Rivera dan Taring Padi dengan simbolisme surealistik yang mengingatkan kita pada sapuan kuas para perupa Jogja era 1980-an. Dalam lukisan-lukisannya, komentar dan kritik sosial dihadirkan dalam bahasa simbolisme. Menurut Mohamad Sobary Budayawan, “titik dan siklus yang bebas dan bergerak dan kebebasan pelukis Tiongkok menggerakkan kanvas merupakan kekuatan yang besar pengaruhnya terhadap sikap hidup dan pemikiran Yos”.

Permainan garis dan warna menjadi ciri khas sangat provokatif dari lukisan Yos. Ada warna hitam, merah, nuansa biru, aneka hijau, coklat, kuning, ungu, jingga, dan putih. Warna-warna tersebut ditampilkan dengan daya visual yang kuat dan keras sifatnya, bersanding satu sama lain yang tampil sebagai komposisi yang tidak halus atau lembut, seperti ada ketegangan. Ada tema sosial, politik, budaya, ekologi, kemanusiaan, semacam komponen-komponen utama dalam kehidupan di negeri ini.  Menurut Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA Guru besar FSRD ITB, “Ekspresi pada karya Yos memiliki keberbagaian kesan dan pesan, yang langsung dan lantang tapi juga terdapat yang lembut dan simbolik. Ringkas cerita, koleksi karya Yos Suprapto mengandung kegalauan seluruh dimensi berkehidupan di Indonesia”.

Yos ingin menghadirkan sebuah narasi visual. Layaknya cerita novel mengalir dalam bentuk sapuan warna yang mengundang imajinasi kita untuk sebuah kisah. Menurut pengamat senirupa Bambang Bujono, ”melihat lukisan Yos Suprapto dalam pameran kali ini kuat menyarankan adanya cerita”. Tampaknya Yos Suprapto adalah seniman yang ingin menyajikan pada kanvasnya cerita yang mengandung “masalah” yang bisa mengusik “ketenteraman” kita.

Diakui oleh Yos selama setahun, Yos melakukan penelitian di Banyuwangi dan Indonesia Timur, baik di dataran pegunungan maupun pesisir, hasilnya sebuah mata rantai budaya yang hilang. Yakni kekuatan budaya bahari inilah yang lenyap ketika kerajaan-kerajaan besar Nusantara mulai memunggungi laut akibat konflik antardaerah dan kedatangan kekuatan kolonial. Dalam lukisan 15 kapal dagang VOC digambarkan jelas menandai pendudukan hingga 350 tahun. Namun menurut Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, “Lukisan-lukisan Yos selain menyiratkan keprihatinan kondisi sosial, dalam pameran kali ini juga memperlihatkan harapan. Inilah yang tergambar dalam seri lukisan berjudul “Arus Balik” yang sekaligus juga menjadi tajuk pamerannya”. Yos seperti mau menunjukkan kekuatan budaya maritim bangsa kita sebagai harapan masa depan. Pandangan ini bisa dibenarkan lewat sejarah.

Dalam keprihatinan ini juga terletak harapan akan “arus balik” ke masa depan yang lebih baik. Arus balik itu hanya akan terwujud apabila kita berhenti memunggungi laut dan kembali menghidupkan budaya maritim. Imajinasi visual tentang revitalisasi budaya maritim inilah yang disuarakan oleh Yos dalam seri karya “Arus Balik.