Hasil Uji Laboratorium, Kematian Sapi di Amarasi Akibat SE
Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Hasil uji laboratorium kesehatan hewan di Denpasar, Bali memastikan, kematian puluhan ekor ternak sapi milik warga di Desa Pakubaun, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat terserang penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau sapi ngorok.
Kepala Dinas Peternakan NTT, Danny Suhadi sampaikan ini kepada wartawan di Kupang, Selasa (7/2/2017).
Danny menjelaskan, setelah mendapat informasi dan laporan terkait kematian sapi, pihaknya menerjunkan tim reaksi cepat ke lokasi kejadian. Pada hari pertama, tim tidak bisa sampai di lokasi kejadian, karena terhalang banjir besar menuju daerah itu. Setelah banjir agak redah, barulah pada hari kedua tim bisa menjangkau Desa Pakubaun, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang.
“Di lokasi kejadian, tim mengambil lima sampel untuk dikirim ke laboratorium kesehatan hewan di Denpasar, Bali. Hasil uji laboratorium, kematian ternak sapi di Naunu akibat terserang penyakit SE,” kata Danny.
Mantan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) NTT ini menyatakan, langkah yang diambil untuk menyikapi penyakit SE dimaksud yakni, melakukan pengobatan selama dua minggu. Setelah kondisi fisik ternak sudah agak membaik, barulah dilakukan vaksinasi.
Baca : Puluhan Ekor Sapi di Amarasi Timur Mati Mendadak
“Pemberian vaksin ini tidak hanya pada sapi yang terserang penyakit SE, tapi semua ternak dalam radius tiga kilometer. Langkah ini untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit itu,” ungkap Danny.
Dia menyatakan, jumlah sapi yang mati akibat terserang penyakit SE bukan sebayak 70 ekor sebagaimana informasi yang berkembang selama ini. Namun data resmi yang tercatat sejak Januari 2016 sampai Januari 2017 sebanyak 24 ekor. Penyakit SE sering muncul pada kondisi iklim seperti ini. Ketika kondisi iklim dingin seperti sekarang, ternak sapi rentan terserang penyakit SE.
Anggota Komisi II DPRD NTT, Welem Kalle menegaskan, pemerintah mesti mengambil langkah segera dan cepat untuk menangani penyakit SE yang menyerang ternak sapi dimaksud. Apalagi cuaca dingin seperti sekarang, ternak sapi rentan sekali dengan jenis penyakit tersebut. Jangan sampai, penyakit yang sama menyerang ternak sapi di pusat pembibitan milik pemerintah provinsi.
“Jangan sampai kita amini begitu saja terhadap kematian sapi akibat cuaca dingin. Pemerintah mesti melakukan langkah- langkah konkrit untuk mencegahnya,” ujar Welem.