Polisi Sebut Enam Orang yang Diamankan Bukan Teman Pelaku Penyerang Siswa di Sabu

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Pihak kepolisian daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap enam orang yang diamankan sesaat setelah peristiwa penyerangan terhadap murid sekolah dasar (SD) di Kabupaten Sabu Raijua, tidak berkaitan dengan si pelaku.

Pernyataan ini disampaikan Kapolda Nusa Tenggara Timur Brigjen Pol E. Widyo Sunaryo kepada wartawan pada jumpa pers di Mapolda NTT, Kamis (15/12/2016).

Menurut Kapolda Sunaryo, tujuh orang yang sempat disebut-sebut sebagai rekan pelaku tersebut berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Ketujuh orang tersebut bekerja sebagai pedagang keliling yang berjualan perabot rumah tangga.

“Mereka datang dari Makassar sekitar bulan Agustus tahun 2016 menuju Kupang, dengan tujuan berjualan barang pecah belah berupa mangkok. Di Kupang, mereka mengontrak sebuah rumah tinggal di Desa Oesao dan melakukan aktivitas berjualan mangkok keliling,” katanya.

Dia menjelaskan, setelah berada di Desa Oesao, Kabupaten Kupang selama kurang lebih satu minggu, mereka kemudian pindah ke sebuah rumah kontrakan di Osmok, Kota Kupang. Tiga hari kemudian mereka berangkat ke Kabupaten Rote Ndao untuk berjualan di sana, setelah itu kembali lagi ke Kupang.

Kemudian pada tanggal 5 Desember 2016, mereka berangkat ke Kabupaten Sabu Raijua dengan tujuan yang sama yakni berjualan. Setibanya di Sabu, mereka mengontrak sebuah rumah milik warga setempat. Selanjutnya mereka berjualan keliling.

“Pada tanggal 13 Desember, ketujuh orang ini pamit kepada pemilik rumah untuk kembali ke Kupang, karena barang dagangannya sudah habis. Pada jam sembilan Wita, mereka berangkat ke Kupang dengan menggunakan kapal cepat Cantika Ekspres,” jelasnya.

Namun ketika dalam perjalanan, lanjut dia, kapal tiba-tiba berhenti dan mereka diminta untuk berkumpul di ruangan nakhoda untuk selanjutnya berkumpul di haluan kapal cepat tersebut untuk dijemput dengan menggunakan kapal milik pemda.

Baca : Lelang Terlambat, Pembangunan Rujab Pimpinan DPRD Terhambat

Dari tujuh orang tersebut, seorang di antaranya bernama Mohammad Hata, melompat ke laut diduga karena ketakutan dan mengira akan dikejar warga, dan sejak saat itu pria tersebut hilang dan belum ditemukan. Meski demikian, Sunaryo mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan upaya pencaharian.

Sunaryo menegaskan, saat ini enam dari tujuh orang tersebut berada di Markas Polda NTT untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan tim Polda NTT dan dibantu oleh tim Densus 88, tidak ditemukan adanya keterkaitan dari keenam orang tersebut dengan tersangka yang sudah tewas dihakimi massa.

“Dan berdasarkan hasil penyelidikan tidak diketemukan keterkaitan dari keenam orang tersebut dengan jaringan teroris mana pun, sebagaimana yang banyak disebutkan dalam pemberitaan di media sosial (medsos).

Sebagaimana diketahui, penyerangan yang dilakukan pelaku yang berinisial (IR) terhadap tujuh siswa SD di NTT itu terjadi ketika jam pelajaran sedang berlangsung, Selasa (13/12/2016) sekitar pukul 08.47 Wita.

Saat itu, IR datang memasuki ruangan kelas V SDN 1 Sabu Barat sambil memegang sebilah pisau. Pelaku menuju ke bangku belakang dan mendekati seorang siswi dan melukai leher korban.

Setelah itu, pelaku mencari korban lain dan melukai leher maupun tangan dan kaki korban. Total korban sebanyak tujuh orang siswa. Melihat hal itu, siswa lain lari berhamburan keluar sekolah. Para guru berteriak histeris.

IR kemudian dibekuk oleh aparat TNI dan dibawa ke Markas Polsek setempat. Massa geram dan mendatangi mapolsek setempat serta menghakimi pelaku hingga tewas. Berdasarkan identitas pelaku, diketahui berasal dari Depok, Jawa Barat.