Tingkat Kesejahteraan Petani di NTT Meningkat

Bagikan Artikel ini

Laporan Jean Alfredo Neno
Kupang, NTTOnlinenow.com – Tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada bulan September 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau Agustus 2016.

Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maritje Pattiwaellapia kepada wartawan di Kupang, Senin (03/10/2016).

Menurut Maritje, Nilai Tukar Petani (NTP) bulan September 2016 didasarkan pada perhitungan NTP dengan tahun dasar 2012 (2012=100). Penghitungan NTP ini mencakup lima (5) subsektor, yaitu subsektor padi dan palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

Baca Juga : NTT Perlu Buka Konektivitas Transportasi Hubungkan Destinasi Wisata

“Jika nilai tukar petani pada bulan September 2016 dibandingkan dengan nilai tukar petani pada bulan Agustus 2016 maka terjadi peningkatan sebesar 0,91 persen,” katanya.

Maritje menjelaskan, Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.

“NTP juga menunjukkan daya tukar term of trade dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani,” jelasnya.

Baca Juga : Kelompok Bahan Makanan Sumbang Deflasi di NTT

Dia mengungkapkan, berdasarkan hasil pemantuan harga-harga pedesaan di NTT pada September 2016, NTP di NTT mengalami peningkatan dibanding Agustus 2016 yaitu sebesar 0,91 persen.

Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan pada indeks harga hasil produksi pertanian dan terjadi penurunan pada indeks harga barang yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupaun keperluan produksi pertanian.

“Di daerah perdesaan terjadi deflasi pada bulan September 2016 sebesar 0,14 persen. Sub kelompok bahan makanan mengalami deflasi tertinggi yaitu sebesar 0,49 persen. Sedangkan deflasi terendah adalah sub kelompok transportasi dan komunikasi yaitu sebesar 0,02,” tandasnya.