Internasional Rabies Taskforce Kenalkan Metode Baru Vaksin Rabies Secara Oral di Belu

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen
Atambua,NTTOnlinenow.com-Internasional Rabies Taskforce UK bekerja sama dengan PDHI Cabang NTT, Mission Rabies, Worldwide Veterinery Service dan Dinas Peternakan NTT melakukan pelatihan vaksinasi rabies bagi petugas vaksinator Kabupaten Belu dan Malaka.

Kegiatan diikuti sebanyak 30 vaksinator dari Belu dan 36 vaksinator dari Malaka berlangsung selama dua hari hingga besok bertempat di Hotel Nusa II Atambua perbatasan RI-RDTL, Jumat (19/9/2025).

Diketahui, kegiatan yang dilakukan Internasional Rabies Taskforce kolaborasi mitra merupakan yang
kedua di Indonesia dan pertama di Provinsi NTT dan sebelumnya di Bali, Denpasar.

Direktur International Rabies Taskforce UK, Andrew Beron menjelaskan, tujuan kampanye ini adalah mencapai cakupan minimal 70 persen dari seluruh populasi anjing di wilayah Belu dan Malaka.

Salah satu hal yang membedakan kampanye ini dari kampanye sebelumnya adalah penerapan vaksinasi rabies dunia dengan metode ORV (Oral Rabies Vaccination) di wilayah tersebut,” ujar dia.

Dijelaskan, kegiatan ini adalah kali kedua metode ini diterapkan di Indonesia. Sebelumnya, uji coba dilakukan di Bali sebagai proyek penelitian.

Namun, untuk kali ini di wilayah Belu dan Malaka, pelaksanaan ORV dilakukan secara komersial dan dalam skala yang jauh lebih besar.
“Targetnya adalah mencapai cakupan penuh dengan mengombinasikan vaksin suntik konvensional dan vaksin oral ORV,” kata Andre.

Lanjut dia, perbedaan antara keduanya terletak pada cara pemberiannya. Vaksin suntik disalurkan dengan injeksi, sedangkan ORV diberikan dalam bentuk sachet berisi vaksin rabies. Sachet ini dibungkus dengan lapisan luar yang terbuat dari bahan mirip telur yang kenyal.

“Ketika anjing menggigit lapisan luar tersebut, sachet akan pecah dan vaksin masuk melalui rongga mulut, sehingga anjing menjadi kebal terhadap rabies. Metode ini sangat bermanfaat khususnya untuk anjing yang sulit ditangkap atau cenderung agresif. Cara pemberiannya pun sederhana, cukup meletakkan vaksin di tanah, anjing akan mengambilnya, mengunyah, dan otomatis mendapatkan perlindungan dari rabies,” ucap Andre.

Ditekankan, perlu digarisbawahi bahwa metode ini bukan pengganti vaksin suntik, melainkan tambahan yang sangat membantu untuk memastikan cakupan vaksinasi minimal 70 persen pada populasi anjing liar. “Kami sangat antusias dapat menerapkan strategi ini di Belu dan Malaka,” ungkap Andre.

Drh.Melky Angsar Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Peternakan Provinsi NTT menyampaikan, dari Provinsi mensuport melalui vaksin yang kami kirimkan bantuan dari Mission Rabies ini sebanyak 60 ribu yang dibagikan ke 6 Kabupaten/Kota di pulau Timor.

“Tahap kedua ini akan datang lagi 150 ribu dosis sehingga total untuk kita vaksin 200 ribu ekor. Jadi kampanye kedua di bulan September ini akan kami vaksin di 6 Kabupaten/Kota di pulau Timor. Mudah-mudahan cakupannya sudah diatas 70 persen kalau semua tervaksin dengan baik,” kata dia.

Lanjut Angsar, tujuan kegiatan ini untuk bagaimana meningkatkan koordinasi juga untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga mereka tahu bagaimana cara
memelihara anjing yang baik, divaksin, jangan dilepas liarkan.

Salah satu peserta vaksinator, Kornelis Cesar menyampaikan, kegiatan ini sangat positif dan memotivasi untuk kami vaksinator baru pertama kali di wilayah Belu karena vaksinasi rabies tidak melalui suntik lagi, tapi melalui oral.

“Dengan melalui vaksinasi baru ini sangat membantu karena kita di lapangan itu agak sulit yaitu penangkapan anjing liar. Dengan satu cara melalui oral ini umpannya cukup di buang dan anjingnya langsung makan, vaksinya langsung masuk ke dalam tubuh. Jadi sangat bagus untuk membantu petugas vaksinator,” kata dia.