Langkah Kapolri Hentikan Spekulasi dan Politisasi, LIRA Apresiasi Kinerja Kepolisian
Laporan Frans Watu
Jakarta, NTTOnlinenow.com – Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy Sambo sebagai tersangka kasus pembunuhan Brigadir Joshua Nofriansyah Hutabarat atau yang dikenal dengan Brigadir J. Saat mengumumkan Ferdy Sambo tersangka, tampak sejumlah Jenderal bintang tiga di lingkungan Tri Barata turut mendampingi Kapolri.
Penetapan Ferdy Sambo (FS) sebagai tersangka pembunuhan Brigadir J oleh Tim Khusus yang dibentuk Kapolri telah membuktikan bahwa diplomasi kejujuran, transparansi dan kinerja berbasis data telah mengantarkan pada kesimpulan dan fakta dengan bukti permulaan yang cukup bahwa telah terjadi pembunuhan atas Brigadir J yang melibatkan FS, tutur Ketua SETARA Institute Hendardi.
Pada awalnya Polri sempat terkesan sangat berhati-hati, karena peristiwa tersebut menyangkut perwira tinggi Polri yang juga berprestasi dan adanya suatu upaya menghalangi proses penegakan hukum (obstruction of justice).
“Belum lagi semburan informasi menyangkut kasus ini yang sangat massif membuat proses penyidikan sempat terhambat. Di tengah menurunnya kepercayaan publik pada institusi Polri, kasus ini sungguh menjadi ujian terberat bagi Kapolri, meskipun akhirnya Jenderal Listyo Sigit Prabowo lulus dari ujian tersebut”, lanjut Hendardi.
Pengungkapan keterlibatan FS dalam peristiwa pembunuhan ini menjadi pembelajaran sangat penting bahwa oleh faktor-faktor tertentu, anggota Polri dan juga penegak hukum lainnya, dapat saja terlibat suatu perbuatan yang melanggar hukum. Dalam sebuah korps, naughty cop dan clean cop akan selalu ada. Tetapi, sebagai sebagai sebuah instrumen penegakan hukum, institusi Polri tetap harus menjalankan tugas legal dan
konstitusionalnya menegakan keadilan. Polri harus diawasi dan dikritik tetapi sebagai sebuah mekanisme tentu harus dipercaya.
Setara Institute melihat peristiwa ini sebagai langkah maju Polri dalam penanganan kasus ini telah memutus berbagai spekulasi dan politisasi yang mengaitkan peristiwa ini dengan banyak hal di luar isu pembunuhan itu sendiri.
Meskipun motif pembunuhan itu mungkin belum terungkap, tetapi penetapan tersangka atas FS telah memusatkan kepemimpinan penyidikan Polri mengalami kemajuan signifikan dan memutus politisasi oleh banyak pihak yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan politik dan keamanan. Capaian ini bukan hanya ditujukan untuk menjaga citra Polri semata tetapi yang utama menunjukkan bahwa kinerja instrumen keadilan ini masih bekerja dan dipercaya.
Kabar Ferdy Sambo menjadi tersangka ini lantas memantik sejumlah tokoh angkat suara. Masyarakat sejak awal tidak percaya dengan narasi yang dibangun, bahwa telah terjadi tembak menembak antara polisi dan polisi. Masyarakat akhirnya sedikit lega dengan sikap tegas Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Keberanian dan ketegasan Kapolri menyampaikan aktor dan eksekutornya, turut mendapat apresiasi dari Presiden Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Andi Syafrani. Masyarakat sedikit lega, drama kematian Brigadir Joshua Nofriansyah Hutabarat akhirnya terkuak.
“LIRA mengapresiasi Kepolisian RI, khususnya Kapolri yang telah seius mengusut dan membuat kasus ini dengan terang benderang, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.,” tegas Andi Syafrani.
Kepada sejumlah wartawan ditengah kunjungannya di Kalimantan Barat, Selasa (9/8/22), Presiden Joko Widodo kembali menyampaikan ketegasannya terkait kasus penembakan yang terjadi pada Brigadir Joshua Nofriansyah Hutabarat.
“Sejak awal saya sampaikan, usut tuntas, jangan ragu-ragu, jangan ada yang ditutup-tutupi, ungkap kebenaran apa adanya,” Tegas Presiden Jokowi dari Mempawah, Kalimantan Barat.
Lebih lanjut, Kepala Negara menegaskan agar jangan sampai kasus tersebut menurunkan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. Menurutnya, citra Polri harus terus dijaga.