Workshop Perumusan Rencana Aksi Kelurahan Penanggulangan HIV dan AIDS Berbasis SALT
Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – CD Bethesda Yakkum Yogyakarta area Belu menggelar workshop perumusan rencana aksi kelurahan untuk penanggulangan HIV dan AIDS berbasis hasil kunjungan SAL di Kantor Camat Atambua Barat, Kabupaten Belu perbatasan RI-RDTL, Jumat (23/3/2023).
Kegiatan dihadiri Camat Atambua Barat, Lurah Umanen, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, Ketua PKK Kecamatan, Ketua PKK Kelurahan Umanen, KDS Atambua Barat, WPA Kelurahan Umanen, Kepala Puskesmas Umanen, Pengelola program HIV Puskesmas, Dinas Kesehatan Belu, BP4D Belu, KPA Belu, Babinpol Kelurahan Umanen, Babinsa Kelurahan Umanen serta Koordinator Kader Kesehatan dan KB.
Kepada media, Koordinator CD Bethesda Yakkum area Belu, Yosafat Ician menyampaikan, data komulatif HIV dan AIDS di NTT penode 1997-Maret 2021 yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi NTT menunjukkan bahwa berdasarkan sebaran wilayah masih menempatkan Kabupaten Belu pada urutan kedua setelah Kota Kupang.
Kabupaten Belu kasus HIV dan AIDS berjumlah 1.019 dengan rincian HIV 509 kasus dan AIDS 510 kasus. Kota Kupang menempati urutan pertama dengan 1.566 kasus HIV dan AIDS. Namun angka kematian Kabupaten Belu menempati urutan pertama di NTT dengan 250 kasus, sedangkan Kota Kupang 68 kasus.
Sementara kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Belu, tahun 2013 – Mei 2022 berjumlah 807 kasus dengan rinciannya 369 kasus HIV, 438 kasus AIDS dan 89 meninggal. Distribusi kasus HIV dan AIDS berdasarkan golongan umur pada penode yang sama menunjukkan usia produktif 25-49 tahun menempati urutan pertama dengan 562 kasus.
Lanjut Ician, berdasarkan jenis pekerjaan, kasus tertinggi Ibu Rumah Tangga (307). Kemudian berturut-turut pekerja swasta (127), petani (101), ojek (40), TKI (39), TNI-Poln (33), belum bekerja (33), sopir (31), guru (23), mahasiswa (17), mahasiswa (13), WPS (12), tukang (8), pelajar (7), teko (4), honor (3), pensiun (3), nelayan (3), waria (1), perawat (1), satpam (1) dan veteran TNI (1) (Maten sekdinkes Belu yang disampaikan dalam pertemuan membahas isu HIV AIDS di wilayah perbatasan di Hotel Setia Atambua, 29 juni 202).
Meningkatnya kasus HIV dan AIDS ditengarai masih tingginya mobilitas penduduk, meningkatnya jumlah pekerja seks dan murah, pengiriman TKI tanpa dibekali informasi HIV dan AIDS cukup. Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan, Puskesmas dan KPA Kabupaten Belu terus melakukan terobosan untuk mencegah penyebaran HIV.
“Hanya saja upaya yang dilakukan belum optimal karena terbatasnya sumber-sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, kehadiran CD Bethesda Yakkum melalui program pengendalian HIV dan AIDS sebagai upaya mendukung kerja-kerja pemerintah daerah dalam
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Salah satu kegiatannya memperkuat kader Warga Peduli AIDS (WPA) di desa dan kelurahan dengan pendekatan SALT,” ujar dia
SALT adalah metode pendekatan Berbasis Aset (berupa Manusia, Sosial, Alam, Fisik, Spiritual dan Ekonomi), dimulai dari apa yang terbaik (kekuatan, potensi) yang dimiliki masyarakat. Pendekatan ini relatif berbeda dengan pendekatan yang dilakukan banyak kalangan selama ini.
Lembaga-emabaga peduli HIV dan AIDS cenderung berkonsentrasi kepada permasalahan yang dihadapi oleh ODHA dan belum berangkat dan potensi yang dimiliki oleh ODHA dan keluarga. Kunjungan SALT yang telah dilakukan oleh Tim SALT untuk memotret potensi, harapan dan cita-cita dan keluarga ODHA maupun kelompok berisiko di masyarakat.
“Hal ini juga merupakan salah satu upaya untuk melibatkan ODHA mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS serta memberikan dukungan bagi ODHA dan keluarganya,” kata Ician.
Masih menurut dia, tujuan kegiatan workshop guna memberikan dukungan bagi ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) serta keluarga untuk bebas dari stigma dan disknminasi, mencegah kematian karena AIDS, tidak ada infeksi baru penularan HIV lebih lanjut.
Memberikan informasi dan gambaran kepada peserta tentang hasil kunjungan SALT yang dilakukan baik potensi, harapan dan rencana ke depan ODHA dan keluarga. Membahas hasil kunjungan SALT dan merefleksikannya dalam kerja-kerja perencanaan dan penganggaran pembangunan di desa sampai kabupaten.
Lanjut Ician, output yang diharapkan, peserta memahami situasi yang dihadapi oleh ODHA, OHIDHA (Orang Yang Hidup dengan ODHA) dan Kelompok Rentan.
Teridentifikasinya potensi, harapan dan upaya yang dilakukan saat ini dan kedepan oleh ODHA, OHIDHA dan Kelompok Rentan untuk mencapai harapan/cita-cita.
Ada kesepahaman persepsi dan strategi tentang upaya penanggulangan HIV dan AIDS kedepannya, dan ada draf rumusan Rencana Aksi Kelurahan (RAK) untuk Penanggulangan HIV dan AIDS.