Tidak Lalui Uji Coba, Dewan Belu Nilai Program Pada Dinas Pertanian Hanya Sambi Lalu
Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Belu, Johanes Atet menilai seluruh program Pemerintahan Bupati Belu Willybrodus Lay dan Wabup J.T Ose Luan masih jauh dari harapan.
Menurut dia, sejumlah program prioritas seperti pada bidang Pertanian tidak melalui suatu kajian tim teknis. Seharusnya suatu komoditi yang didatangkan guna budidaya harus di lakukan uji coba terlebih dahulu.
“Suatu komoditi yang didatangkan untuk budidaya harus dicoba terlebih dahulu bagaimana hasilnya. Jangan datang langsung tanam belum tentu cocok,” ketus Atet kepada NTTOnlinenow.com di Kantor Dewan, Jumat (14/6/2019).
Dituturkan, kalau orang teknik menghitung bukan soal produksi saja tapi sampai penanganan pasca panen. Apabila selesai panen mau diapakan hasil panennya, apakah dikirim keluar daerah.
“Kan tidak mungkin kita bikin satu program hanya untuk makan saja untuk konsumsi. Jadi maksudnya saya barang yang mau kita masukan itu harus kita uji coba dulu sebelum itu dijadikan program Kabupaten,” ujar Politisi Partai Gerindra itu.
Mantan Ketua Tim Pemenangan Paket Sahabat, Willybrodus Lay dan J.T Ose Luan itu jelaskan, apabila ada satu barang komoditi yang baru datang kembangkan dulu di kebun pertanian, harus uji coba dulu dan hasil yang di dapat produksi berapa.
“Program yang dilakukan Pemerintah bukan coba lagi tapi langsung, tetapi porsinya kecil sekali tidak ada dampak pada masyarakat,” sebut dia.
Atet menilai saat ini Pemerintah terkesan sekedar coba-coba saja setiap program yang dilakukan seperti program budidaya bawang tuk-tuk, program budidaya maek bako (porang), program pengembangan hortikultura serta program pengembangan tanaman umur panjang seperti, alpukat, rambutan, mangga dan nangka tidak dilakukan dengan komprehensif.
Dituturkan bahwa, sebuah komoditi kalau mau uji coba ya uji coba sebelum dijadikan program. Dinas teknis terkait perlu melakukan kajian dengan melibatkan tim ahli dan harus buat Demplot (Demonstration Plot) suatu jenis barang datang diuji coba di satu areal yang diukur terus kalau panen dihitung sudah bisa tahu satu hektar berapa.
“Saya tidak lihat ada program yang prioritas, saya lihat semua program program sambi lalu semua. Sebentar mau kepiting bakau, sebentar mau bawang tuk tuk dan kita hanya sekedar coba-coba,” tandas Atet.
Seharusnya menurut dia, siapa saja Pemimpin harus mulailah dari apa yang ada pada rakyat, jangan mulai barang-barang baru yang belum tentu keberhasilan artinya barang baru ini kita jadi barang uji coba. Datang kita uji coba dulu berhasil kita lempar jadi program kedua, ketiga.
“Gagal dan tidaknya program itu rakyat yang menilai. Setiap orang punya pola pikir masing-masing. Kalau menurut saya kita mulailah dari apa yang ada pada rakyat sekarang ini mau jagung ka holtikultura,” ucap dia.
Saat disinggung soal program maek bako dan holtikultura, Atet mengatakan harus bedakan program dan proyek. Kalau program itu gerakan masyarakat ada anggaran di APBD, tapi masyarakat harus diberdayakan.
“Artinya jangan kita sekedar datang kasih bibit lepaskan, tapi harus diikuti pendampingan dari PPL baru bisa. Kalau kita hanya kasih bibit selesai masyarakat tidak akan tanam apalagi dalam bentuk uang,” ujar dia.
Kembali Atet tegaskan, sesuatu program untuk dibudidayakan harus dikaji dulu, kecuali di Kabupaten tetangga sudah berhasil mengenai itu mungkin, tapi kalau ini barang belum sama sekali, barang baru kita harus uji coba dulu.
“Artinya program itu harus dikaji secara teknis oleh instansi teknis. Siapa saja pemimpin juga harus dengan di bawahan karena mereka ini yang mengerti kondisi di masyarakat soal tanah dan itu pertanian lebih tahu,” pungkas Atet.