Pelatihan Kepemimpinan Bagi 11 Organisasi Perempuan di Belu

Bagikan Artikel ini

Laporan Yansen Bau
Atambua, NTTOnlinenow.com – Lembaga Panitia Pengembangan Sosial dan Ekonomi (PPSE) Keuskupan Atambua bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Belu menggelar pelatihan kepemimpinan bagi perempuan di wilayah Belu selama tiga hari sejak 22 sampai 24 Agustus 2016 di Hotel, Atambua, Kabupaten Belu, Timor Barat wilayah perbatasan RI-RDTL.

Koordinator Program Mampu PPSE Keuskupan Atambua Mikael Leuape, Rabu (24/8/2016) mengatakan, kegiatan pelatihan bagi perempuan sangat penting dilaksanakan. Pasalnya pemberdayaan kaum perempuan di wilayah Belu belum maksimal, karena masih terkendala dengan regulasi.

“Kita harapkan agar pemerintah segera terbitkan regulasi daerah. Sehingga bisa berikan ruang bagi kaum perempuan untuk tampil setara dengan kaum pria,” ungkap dia.

Dikatakan, pelatihan kemampuan perempuan diikuti 11 organisasi diantaranya, Persit Chandra Kirana, WKRI, wanita gemit, bhayangkari, DWP, PKK, Adhiyaksa dan dharma yukti, wanita islam, hindu, dan forkom p2hp. Kaum perempuan dilatih berpidato, tampil bicara di depan publik.

“Selama ini kaum perempuan kurang percaya diri untuk tampil dan bicara di depan publik. Karena itu perlu didorong terus sehingga mereka memiliki mental untuk tampil prima,” ujar Leuape.

Lanjut dia, materi yang disampaikan tentang konsep diri dan publik speaking. Simpulan materi kaum perempuan bisa memiliki potensi, kebal akan mental, percaya diri biar saat tampil di publik mereka sudah mampu karena sudah punya mental dalam berbicara di publik.

“Juga materi dari Romo Anton Kapitan pengorganisasian kaum muda, bicara tentang pengorganisasian, sistem pelaporan dan manajemen keuangan kelompok dari gereja. Sedangkan Ketua PKK Belu Nyonya Vivi membawa materi tentang kepemimpinan perempuan,” beber dia.

Kabid Pemberdayaan Perempuan Yulita Kali Mau mengatakan, pemberdayaan kaum perempuan di Belu belum merata. Secara keseluruhan sdm baik peremuan dan laki-laki banyak kemajuan, tapi yang menonjol kaum laki saja, karena itu pelatihan untuk kaum perempuan penting supaya setara dengan kaum pria.

“Dengan adanya inpres No 9 tahun 2000 tentang pengarustamaan gender. Kedepan kita akan terus dorong kesetaraan gender. Selama ini kaum perempuan hanya ditanya soal konsumsi dan lainnya, tapi soal pengambilan keputusan selalu didominasi laki-laki,” ucap Kali Mau.

Tambah dia, selama ini kita melihat kekerasan yang terjadi atau diskrimiasi yang dialami kaum perempuan di daerah Belu sangat meningkat. Kita selalu rutin melakukan sosialisasi inpres kepada masyarakat, sehingga bisa memanalisir tindakan kekerasan terhadap perempuan. “Potensi perempuan dalam pembangunan ibarat dalam keluarga kaum perempuan tiang keluarga, karena itu kaum perempuan harus dihargai layaknya setara dengan kaum laki-laki,” akhir dia.